Meanwhile cringe wkwk,
Happy Reading!
"Kamu nggak makan siang dulu?" Yeri, mantan serketaris perusahaan sebelah ini menatap khawatir pada sosok cowok yang usianya tiga tahun lebih muda darinya sedang sibuk membereskan meja kantornya.
"Nggak, Mba Yeri. Renjun harus ke kampus, lima belas menit lagi kelas Renjun dimulai, nanti bisa-bisa jadi mahasiswa tua." jawab yang lebih muda, tersenyum hangat sebelum benar-benar pergi keluar dari ruangannya.
Yeri mengangguk mengerti, "Baru pertama kali nemu pegawai magang kayak dia, udah rajin, baik pula." kemudian wanita cantik itu berjalan menuju kantin untuk makan siang.
...
Selesai kuliah, Renjun bergegas. Mengingat ulang jika awan meredup kembali menghantarkan gemericik air berlomba menangisi bumi yang mulai kering. Sialnya, dia hanya bermodalkan jalan kaki dan menaiki bus, belum lagi baju yang dikenakannya bukanlah baju tebal.
Dingin memeluk erat tubuh Renjun, cowok berambut cokelat itu sibuk menyatukan kedua telapak tangannya lalu digerakan agar saling bergesekan dan menimbulkan rasa hangat--walau tidak semuanya sih. Badannya lumayan kuyub, mengerang karena bisa ia tebak esoknya demam menyerang.
"Cari tempat neduh, terus telpon TangXin buat jemput."
Dengan seperjuangannya melawan hujan kian menderas, Renjun akhirnya bisa sampai di halte bus untuk meneduh sekaligus melaksanakan ucapannya tadi, mengeluarkan ponsel androidnya lalu menekan aplikasi kontak guna mencari nama adiknya, setelah dapat ia tekan ikon hijau dan menempelkan benda pipih itu ke telinganya.
"Assalamualaikum, Xin!"
"Kenapa, Kak Njun?"
"Jemput kakak bisa nggak? Di halte dekat kampus nih, kehujanan."
"Nggak bisa, kak. Gue lagi nugas di rumah temen. Minta jemput Raesung aja, mumpung tuh orang nganggur."
"Halah nugas di tetangga sebrang aja, sok sibuk. BURUAN JEMPUT GUA KAGAK!? ATAU VIDEO ANU LO GUA KASIH MAMA!?"
"IYE GUE JEMPUT! AMPUN, JANGAN DONG!"
"Cepet! Telat tujuh menit aja, gua buang semua koleksi lo!"
"Siap, Kapten!!"Serketaris
Dan, benar saja pasca kehujanan kemarin, badan mungil namun sedikit berisi itu terasa tidak nyaman digunakan untuk bekerja di jam pagi menjelang siang ini. Renjun memaksakan diri tetap menyambi tugas kuliahnya dengan pekerjaan kantor, melupakan jam sarapan dan ngemilnya.
Kepalanya berdenyut luar biasa, perutnya serasa di lempari batu saking tidak enaknya. Suhu badannya mulai menghangat, ingatkan dia untuk membawa jaket beserta obat alergi dinginnya agar tidak terjadi pingsan seperti kejadian lima minggu yang lalu. Untung tadi malam suaminya tidak curiga, soalnya sibuk ngelembur.
"Ren, dipanggil Presdir." Seungmin menyampaikan amanat, cowok yang menyandang sebagai suami dari Lee Felix-ponakan Renjun-itu pergi setelah menutup ulang pintu ruang kerja Renjun.
Si surai cokelat menghela napasnya kemudian bangkit sambil membawa beberapa laporan keuangan perusahaan. Saat berdiri, tubuhnya limbung sedikit untung saja sempat berpegangan pada meja. Membuka pintu, melangkahkan tungkainya dalam keadaan pelan.
Setelah sampai di depan lift, Renjun menekan tombol naik. Ruangan bosnya itu ada di lantai lima, menggerutu karena letaknya itu tidak main-main. Ingin sekali Renjun mendobrak pintunya, memarahi orang yang berbeda beberapa bulan darinya itu. Menjedotkannya ke tembok, setelah itu Renjun berkuasa hahahs-
"Mba, Joy. Bos ada?" Cah ayu kemayu yang menjabat sebagai serketaris kantor dari bosnya mendongak dari acara memeriksa berkas.
"Ada, Njun. Masuk aja gak apa-apa! Gue sibuk meriksa ini, maaf gak bisa nganter." Joy tersenyum kikuk melihat wajah putus asa Renjun.
"Yaudah, gak apa kok mba. Permisi." diangguki yang lebih tua.
Renjun menarik napasnya, menekan kenop pintu lalu membuka pintu berwarna cokelat dari kayu mahoni itu. Menatap malas pada bosnya yang memasang gaya sok sibuk, padahal berujung Renjun bakal mengomeli dia. Kekanakan.
"Apa?" sahut Renjun malas. Pakai sangat.
Menurunkan berkas perusahaan yang dipegangnya ke meja, "Nggak ada apa-apa. Kamu duduk aja di sofa, temenin saya ngerjakan beberapa ber-RENJUN!"
Dengan sigap segera bos bucin lemon kecut itu menghampiri tubuh Renjun, sudah tergeletak di lantai karena pingsan.
"Pak Jeno! Anda tidak apa?!" Joy menerobos masuk. Terkejut melihat Jeno menggendong serketaris rumahan imutnya ke arah sofa.
"Kamu telepon ambulan, saya mengurusnya nanti." dengan segera Joy menelpon pihak rumah sakit.
Serketaris
Renjun mengerjapkan matanya, menyesuakian pergerakan otot kelopak. Kepalanya pening bukan main, berdenyut tak karuan. Mual. Iya, perutnya mual. Memindai sekitar, netra beningnya membola sempurna saat menangkap sosok berbadan gagah tengah menatapnya tajam.
Seolah menguliti.. Kan, jadi takut Renjun-nya..
"Oh, udah sadar?" dari caranya ngomong saja terkesan dingin. Renjun tebak bosnya sedang marah.
Mencoba bangkit, melupakan soal perutnya yang mual. "Maaf.. Saya nggak bermaksud buat hujan-hujanan kemarin.." merunduk sambil memilin bajunya.
Jeno menghela napasnya, "Untung saya sayang sama kamu, Ren. Kalau nggak, udah saya buang kamu dari kantor tadi." dia bangkit menghampiri serketaris hariannya itu.
"Kamu tau'kan kamu itu nggak sendiri, ada yang kamu jagain kalau kemana-mana? Kamu lupa sama dia atau kamu emang nggak niat buat jadi ibu?"
"Maaf ih!! Aku ceroboh, iya aku salah. Nggak bisa jaga diri, tapi kamu nggak ngerasain jadi aku ih, mas Jeno! Kemarin tuh aku terpaksa, kamu lagi rapat, gak mungkin aku ganggu.."
"Bisa minta tolong sama Seungmin, sayang.. Gunanya adik iparmu itu apa? Yaudah, saya maafin kamu. Inget ya, jangan sampai kejadian lagi!" Jeno memeluk istrinya, iya istrinya.
"Mas.."
"Kenapa?"
"Mau eskrim rasa brokoli sama sundae rasa pare!"
"Hah?"
"Iiih!! AKU MAU ESKRIM RASA BROKOLI!"Renjun melepaskan diri dari Jeno, bersedekap dada dan tak lupa mengerucutkan bibir merah mudanya.
"Gak ada yang begituan, sayang. Nggak ada yang jual." Jeno berniat memeluk ulang istrinya, namun segera di sentak oleh maung kesayangannya itu.
"JANGAN DEKET-DEKET! KAMU BAU KECUT!"
Jeno mengelus dadanya sabar, ntar digaplok kalau tidak nurut. Sakit begini, istrinya masih bakal kuat untuk marah dan galakin dia. Sabar. Sabar sangat. Tersenyum terpaksa lalu keluar untuk mencarikan apa yang tadi diminta oleh Renjun.
With love
-buldoser
Maap klo gak nymbung atau krang bgus wkwk. Amateour okay, thx.Next or unpub??
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot [AllxRenjun]
Short Story"Apa?" "Saya suka kamu, soalnya manis tapi galak." "Sampis, Pak Bos."