Dilihatnya banyak orang berlalu lalang tanpa henti dengan beberapa barang bawaan yang berbeda-beda di tangan mereka, sangat sibuk menurutnya. Nikotin rasa mint itu ia hembuskan mengudara, mata sipit turunan dari ibunya tak henti mengabsen satu persatu barang bawaan orang pantai.
Bermodalkan informasi dari internet, ia rela kabur dari rumah demi menonton cantiknya acara nanti malam di pantai Pahawang, Lampung, dimana menyambut raut wajah baru tahun 2020. Jeno Nahayangan Mahendra sebenarnya bukan hanya bertujuan melihat acara pesta di pantai, namun ia juga sedang menghindari rapat mengenai tunangan dirinya dengan anak dari kolega ayahnya.
Jeno merasakan bahunya sakit saat seseorang menabraknya lumayan kuat, mungkin orang itu berlarian dikejar rasa terburu-burunya hingga menabrak orang lain di sekitarnya. Dapat Jeno lihat sosok itu, bersurai blonde dihiasi bandana hitam. Badanya pas di pelukannya, itu perkiraan Jeno sewaktu fokus memperhatikan gerak-gerik cowok bersurai blonde tadi.
"Imut juga." gunamnya. Tersenyum tipis, menyulut rokok keempatnya.
"Mas-nya ngapain di sini?" seorang ibu mengampirinya, bertanya seramah mungkin.
Jeno tersenyum, "Ada vila nggak, bu?"
Beach
Jeno merebahkan badan bongsornya ke atas kasur putih, tertawa sendiri seperti orang kerasukan kuyang berkepala kuntilanak, dalam memori ingatannya ia masih belum bisa melupakan sosok cowok manis berambut agak panjang dihiasi bandana.
Wajah marahnya sungguh menggemaskan menurut Jeno, yah ia sendiri heran bisa sampai seperti ini hanya karena melihat sekilas wajah orang itu. Ah, Jeno jadi penasaran siapa nama cowok imut itu, besok ia akan mendapatkannya. Itu pasti. Yakin sekali kamu, Jen.
Ia tertidur setelah mandi. Berharap memimpikan cowok imut tadi.
Sedangkan yang dipikirkan oleh Jeno sendiri tengah menulis random pasir di hadapannya, kaki putihnya telanjang tanpa alas kaki. Tersapu ombak, memandangi lautan hitam efek malam berpuisi menyenandung tidurkan bintang dan bulan sehingga tak menunjukkan cahaya mereka. Menaruh dagunya ke lipatan tangannya, bibirnya mengerucut lucu.
"Iih~ Njun jadi kepikiran jama meghanai sai(sama cowo yang) tadi, ganteng. Tapi, Njun mak(tidak) tahu sipa namani..(siapa namanya..)" ia berceloteh sendirian. Memikirkannya saja membikin jantung berdegup kencang, apalagi bisa sampai bersitatap nanti ya? Mati jantungan mungkin.
Beach
Sudah tidak bangun pagi, tidak sarapan pula, kesialan lainnya menyusul dengan santainya, Renjun lagi-lagi berjalan tergesa sambil membawa tumbrl satu dus penuh tanpa ditutup atasnya. Kakinya terkilir, tadi setelah menabrak Jeno dirinya tersandung kakinya sendiri. Tumpukan lampu cantik itu berserakan di dekatnya.
"Lo nggak apa-apa?" panik. Jeno mengecek kaki Renjun, raut seriusnya membikin kesan gentle di benak Renjun.
"Ssh! Perih!" Ada kerang yang menggores kaki putih pucatnya, Renjun meringis saat Jeno menyentuh kaki kirinya. Di situ bagian lukanya.
Si surai hitam ikut meringis, membuang putung rokoknya ke sembarang arah. Saat hendak mengangkat Renjun, ia justru mendapatkan gertakan galak dari cowok manis pengisi pikirannya itu.
"Itu putung rokoknya buang ke tempat sampah! Jangan ngotorin ekosistem, dasar manusia!"
Jeno terpengarah. Matanya mengerjap, masih memproses. Ini orang niat ditolong tapi kebanyakan bacot, Jeno mendengus setelah ia kembali sadar dari acara loadingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot [AllxRenjun]
Short Story"Apa?" "Saya suka kamu, soalnya manis tapi galak." "Sampis, Pak Bos."