Jarum jam sudah menunjuk pukul 12:30. Waktu dimana para pekerja beristirahat sejenak dari kesibukan. Meskipun cuaca akhir - akhir ini tidak baik, namun makan diluar masih menjadi pilihan terbanyak. Tak terkecuali tiga pria yang tengah duduk di sebuah restoran lumayan jauh dari keramaian kota. Menikmati secangkir kopi panas dengan kepulan asap putih menguar di udara.
"Akhir - akhir ini, cuaca kota Seoul bener - bener buruk" ujar Taeil sembari menyeruput kopi hitamnya. Jungwoo dan Haechan mengangguk setuju.
"Dari kemarin mendung terus tapi gak hujan - hujan" imbuh Jungwoo menatap awan hitam diatas sana. Haechan menarik nafas lalu menghembuskan pelan. "Perasaan gue juga dari kemarin gak enak terus" ucap Haechan.
"Gak enak gimana Chan?" Taeil bertanya serius setelah menangkap raut ketakutan di wajah Haechan. Haechan bergumam tidak jelas, menimbulkan tatapan penuh tanya di wajah Taeil dan Jungwoo.
"Chan, ada apaan? Kalau cerita yang bener dong, jangan buat gue sama mas Taeil jadi penasaran gini" sungut Jungwoo agak kesal dengan Haechan yang malah melamun. Haechan kembali mendesah pelan.
"Gue juga gak tau mas kenapa perasaan gue gak enak. Tiba - tiba aja gini, gue takut" jawab Haechan sebelum menelungkupkan wajahnya. "Gak usah terlalu dipikirin Chan, mungkin lu lagi gak enak badan" Taeil mengusap pundak Haechan, berharap sedikit membuat pria itu tenang.
"Bener kata mas Taeil, udah kita kan mau santai disini. Jadi, gak usah mikirin hal lain, have fun Chan" kata Jungwoo lalu menepuk punggung Haechan memberi semangat. Sedangkan Haechan menggeleng samar, perasaannya benar - benar buruk.
"Tapi feeling gue beneran
kayak mau ada sesuatu"
-Haechan-💉💉💉
Pria berwajah seperti tokoh animasi baru saja keluar dari sebuah gedung kantor dengan wajah gembira. Namanya Yuta, hari ini timnya baru saja memenangkan proyek besar dan tentu berdampak pada kenaikan gaji yang akan ia rasakan. Bahkan Yuta sudah memiliki rencana berlibur ke Bali bulan depan.
"Makan ke restoran biasa enak nih" monolognya sambil berjalan menuju restoran tidak jauh dari tempatnya bekerja.
Tring
Bel di atas pintu restoran berbunyi, menandakan bahwa pria keturunan Jepang itu sudah menginjakkan kaki di sebuah restoran bernuansa Italia, kemudian ia melangkahkan kaki menuju salah satu meja.
"Ada yang bisa saya bantu, tuan?" tanya seorang pelayan perempuan ramah begitu Yuta sudah duduk di kursinya.
"Saya pesan Ragu alla Bolongnese dan Aperetivo" pelayan itu mengangguk, kemudian menulis pesanannya pada sebuah buku berukuran kecil.
"Ada yang bisa saya bantu lagi?" Yuta menggeleng, "Baik, mohon ditunggu sebentar pesanannya" pelayan itu berbalik badan, pergi masuk kedalam dapur.
Di belakang meja nomor 7, meja yang ditempati Yuta. Ada tiga pria yang asik berbicara mengenai cuaca kota Seoul. Meskipun itu topik yang biasa saja, tapi entah mengapa Yuta tertarik mendengarkannya. Memang tidak sopan, hanya saja mereka bertiga cukup berbicara keras. Bagaimana Yuta tidak mendengar kalau begitu. Apalagi ketika salah satu pria itu terus berbicara aneh, mengatakan hal - hal tidak jelas.
"Permisi tuan, ini pesanan anda" sebuah suara dari seorang waiters laki - laki membuyarkan kegiatan Yuta. Yuta tersenyum kecil, "Terimakasih ya" katanya ramah di balas anggukan si waiters.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neo City T-Virus [NCT]
Misterio / Suspenso[BEBERAPA CHAPTER DI PRIVATE. FOLLOW DULU BARU BISA BACA!!] -REVISI- Hari itu niatnya hanya sekedar menikmati secangkir kopi. Entah pastinya bagaimana, tiba - tiba seluruh penduduk negeri bahkan satu dunia berubah menjadi mutan menjijikkan. Seseger...