Sepuluh

16 4 1
                                    

Tak apa jika belum tentu setia, yang penting slalu ada -Claretta

Di tengah perjalanan pulang, Claretta kembali melingkarkan tangannya di perut Gavin. Suasana sore itu yang mendukung seorang Retta untuk melepas rindu yang selama ini ia pendam, garis senyum terukir pula di pipi Gavin yang memperlihatkan lesung pipit nya

"Vin kenapa lo suka jadi pembalap sih?" Tanya Retta yang sebenarnya pertanyaan ini sudah cukup lama ingin ia tanyakan, namun baru teringat kembali

"Itu hidup gue" jawabnya singkat

Balapan yang di maksud Retta itu memang balapan motor, tapi bukan balapan liar yang Gavin ikuti, melainkan balapan resmi. Ia sampai masuk club balapan resmi untuk menunjang cita citanya menjadi pembalap

"Lo tuh ya, pembalap, ketua geng, na-"

Belum sempat Retta membereskan ucapannya, ia sudah di bikin geger karena Gavin yang tiba tiba menaikkan kecepatan motornya dan mengangkat ban depan motornya. Membuat Retta yang terkejut sontak mempererat tangannya yang melingkar di perut Gavin dan berteriak

"VIN LO GILA YA! VIN UDAHHH! GUE TAKUT HWAAAAAA" teriaknya ketakutan

Gavin yang tak tega akhirnya menurunkan ban depan motornya yang terangkat, dan tertawa dengan rasa penuh dengan kepuasan

"Gila kaget gue lo teriak teriak kaya gitu, masa lo takut sih digituin sama pembalap" ujarnya sambil membanggakan dirinya yang merupakan seorang pembalap

"SHOMBONG AMAT LO KUTIL ONTA, GUE PANGGANG JUGA LO LAMA LAMA" ketus nya sangat kesal yang hanya dibalas kekehan oleh Gavin

"gimana kalo gue nyakitin lo ta?" celetuk Gavin yang membuat Retta terkejut dan bingung harus menjawab apa

"tak apa jika belum tentu setia, yang penting slalu ada" jawabnya santai

Menurut Retta, jika selalu ada akan menurunkan kemungkinan seseorang untuk tak setia. Karena selalu ada membuat Gavin dan dirinya semakin terbiasa bersama, dan merasa kehilangan jika suatu hari tak seperti itu lagi

Perjalanan menuju rumah Retta terasa sangat singkat. Gavin yang mengantar Retta sampai depan pintu gerbang rumahnya, segera berpamitan dan langsung pulang karena ia sangat ngantuk setelah semalaman tak bisa tidur dan baru bisa terjepam saat mendekati subuh

• • •

Retta Masuk ke dalam rumah yang ternyata belum terdapat siapapun. Kamar, kasur, rebahan. Hanya tiga hal itu yang ada di fikiran Retta sekarang, bahkan ia lupa bahwa dirinya belum sarapan sejak pagi

Lupa bahwa dirinya mau tidak mau harus mendapat asupan makanan karena dirinya yang mempunyai sakit maag mewajibkannya untuk makan dengan teratur, jika tidak? Dirinya akan merasa perih di bagian lambung dan ulu hatinya

Retta menjatuhkan badannya ke kasur, dan membuka ponsel nya untuk memutar lagu kesukaan nya yaitu nyaman -Admesh. Bagi Retta, lagu itu pas untuknya dan Gavin, sehingga jika ia mendengarkan lagu itu, sejenak ia akan lupa rasa kecewa nya pada Gavin, amarahnya, rasa ingin menyudahi hubungannya.

Namun tanpa disadari, Retta benar benar hanyut dalam lagu itu dan membuatnya benar benar terpejam, tertidur.

Entah sangat lelah atau bagaimana, pukul delapan malam Retta baru kembali membuka mata dan tersadar bahwa dirinya belum membereskan buku untuk besok sekolah, dan secepat mungkin ia beranjak dari kasur langsung menuju lemari buku yang tak jauh dari kasurnya. Ia tak dulu mengecek bukunya, jika ada tugas pun ia akan lebih memilih untuk melihat dan menyalin milik Laura.

Malam tak begitu lama, kini sudah pukul 11 dan Claretta sudah kembali berada di atas kasur nya dan memejamkan mata, benar benar lelah. Bahkan ia tak ingat makan sekalipun dan tak merasa kelaparan sedikitpun.

Jika sudah berada di rumah, kadang keluarganya pun sibuk masing masing dan jarang bercengkrama bersama, yang membuat Retta sangat bodoamat ketika tidak diperdulikan Dan keluarganya jarang menanyakan tentang keadaannya. kalaupun ia sakit, tinggal meminum obat dan tertidur, itu akan lebih simple daripada harus bilang pada keluarganya, belum tentu mereka akan menanggapinya.

• • •

"Rettaaa ayo cepattt udah jam berapa ini" teriak papa Retta dari halaman rumah

"Iya pah bentarrrr" jawabnya dengan berteriak dan terburu buru

Retta memang diantar kesekolah setiap hari oleh papanya, membuat Retta lebih mudah dan lebih bisa berhemat.

Belllllll

"Ta lo kenapa sih kayanya bahagiaaa banget" Alan yang kebingungan karena sikap Retta hari ini sangat berbeda, dia terlihat lebih ceria dari biasanya

"Gpp lan, cumaa lagi seneng aja" jawabnya sembari mengeluarkan buku pelajaran jam pertama

"Ada asap ada api" sambung Alan belum puas dengan jawaban Retta

"kemar-"

"Assalamu alaikum wr wb" omongan Retta terpotong karena Pa Arya yang sudah memasuki kelas dan akan segera memulai pelajaran

"Waalaikum salam wr wb" seru seisi kelas menjawab salam dari Pa Arya

"Hari ini kita akan membahas tentang Termodinamika" Lanjut Pa Arya yang mendapat respon tidak senang dari para murid. Karena dalam pelajaran IPA , fisika adalah bagian termalas yang harus dikerjakan mau tidak mau bagi mereka.

"Ta, lo ngerti ga?" tanya Alan di tengah tengah Pa Arya sedang menjelaskan dan tak mendapat respon apapun dari Retta

"RETTAA" ulang nya dengan nada menekan namun sedikit berbisik, kali ini Retta merespon nya dengan meliriknya dan mengangkat satu alisnya

"Ih lo mah gue nanya ga di denger" kesalnya

"Diem dulu elah, gue kan lagi dengerin penjelasan Pa Arya, kalo gue ngerti nanti lo gue ajarin" jelas Retta

"Kaya yg lagi berantem aja minta penjelasan segala" goda Alan yang hanya dibalas sedikit tarikan dari ujung bibir Retta

Jika sedang serius memperhatikan, Retta memang tak suka bila ada yang mengganggu, itu akan membuyarkan konsentrasinya. Jadi jika ingin menanyakan sesuatu, tunggulah sampai Retta tidak memperhatikan apapun

Retta yang sudah jenuh memperhatikan, tak sengaja melirik seseorang yang ternyata sedang memperhatikannya dan memberi senyuman pada Retta

"Lo liatin siapa sih?" cibir Laura yang heran melihat teman sebangkunya berpandangan kosong

"Itu.."

EVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang