Tiga

32 6 1
                                    

Tak selalu ada bukan berarti tak memantau dari jauh -Gavin badai

Di sisi lain Gavin terlihat frustasi memikirkan apa yang tengah terjadi antara dirinya dengan kekasihnya, ia hanya terbaring dan menatap langit langit kamarnya dan mencoba mencerna semua yang terjadi pada hubungannya, kedekatan dirinya dengan beberapa teman wanitanya, bahkan bisa di bilang ia lebih sering menghabiskan waktu bersama teman teman wanitanya dibandingkan pacarnya sendiri, terkadang jika dia diajak jalan oleh Retta pun selalu menolak karena urusannya dengan anak anak gengnya yang menurutnya lebih penting membuat dirinya dan Retta jarang bertemu, wajar saja jika Retta terkadang tak suka dan mengungkapkan apa yang ia pendam pada Gavin, tapi mengapa Gavin tak pernah mengerti perasaannya? Gavin bahkan bilang bahwa Retta terlalu lebay, yang selalu berpikiran negatif dan termakan omongan teman teman Gavin yang sering mengadu pada Retta

"Ta, salah ga sih gue bilang lo lebay, bilang lo terlalu bocah dalam menjalin hubungan, apa gue yang terlalu egois sama lo? gue yang ga pernah dapet kabar lo deket sama cowo lain buat gue percaya lo setia sama gue, tapi lo yang selalu dapet kabar miring tentang gue buat lo selalu ragu buat lanjut sama gue kan? Sekarang gimana lo deh ta, gue ikhlas' hal yang selalu muncul di benak Gavin membuat Gavin sadar akan keegoisannya dan memutuskan untuk menyerahkan kelanjutan hubungan nya pada Retta. karena menurutnya, Retta lebih pantas memutuskan apa yang akan mereka jalani selanjutnya

Hari ini, Gavin yang tadi malam hanya tidur sebentar, membuatnya masih ingin memanjakan tubuhnya di atas kasur berukurang king size nya, tetapi ia yang sudah menjanjikan akan mengajak pacarnya jalan tengah sibuk memilih baju yang akan ia pakai agar terlihat lebih kece di depan pacarnya. Tak hanya itu, bahkan Gavin memakai parfum sangat banyak dan pomade untuk membuat rambutnya terlihat rapih dan wangi

Keasikannya tiba tiba terganggu oleh suara gebrakan seseorang yang membuka pintu kamarnya

*brak

"Gila lo vin, tumben wangi banget, mo kondangan lo?" seseorang yang tadi menggebrak pintu kamarnya tersebut adalah sahabat Gavin sejak kecil. Riza, kini dia sudah berada diatas kasur berukuran king size miliknya dan keheranan melihat tingkah sahabatnya yang menurutnya tak biasa

"Iya, gue mau ke sunatan bapa lo" jawab Gavin dengan sangat kesal karena merasa terganggu

"wah bangsat lo ya, gue sunat juga lo lama lama" ucap Riza tak terima karena Gavin membawa bawa bapak nya

"Yaelah lo sensi amat kentut monyet" leluconnya berhasil membuat Riza tertawa terbahak bahak dan mengurungkan niatnya untuk marah dan membaku hantam Gavin

"udah jam 1 siang, gue mau jalan dulu sama my little bagong , bye kentut monyet, bae bae ya jaga rumah gue. Jangan di angkat, berat. Lo ga akan kuat dan ga ada kerjaan juga sih lo ngangkat rumah gue" papar Gavin sangat panjang membuat Riza rasanya ingin membunuh Gavin saat itu juga

Dia menjemput Retta bersama dengan motor kesayangannya yang ia beri nama 'manda' yang memiliki arti merah menggoda, memang terdengar seperti nama wanita, namun ia sengaja memberi motornya nama itu agar jika ia sedang berada di motor sendirian, ia merasa tak kesepian karena selalu ditemani manda.

Gavin yang sudah sampai rumah milik nenek Retta dan hendak menyapa Retta yang sudah berada di halaman rumah tersebut pun tidak jadi menyapa karena Retta yang sudah lebih dulu memulai pembicaraan

"Lama banget elah, lo ngapain dulu sih vin?" ketus Retta yang tak terima karena dirinya sudah menunggu Gavin sangat lama

"Gue tadi bangun kesiangan ta, tadi malem kan gue ga tidur" gavin memberi penjelasan agar pacarnya tak kesal pada dirinnya

"Makanya jangan mikirin mba kasir indomaret terus, jadi ga bisa tidur kan" kesal Retta

"So tau banget sih bambang, siapa juga yang mikirin mba kasir indomaret, orang mikirin tukang nasi padang" jawaban Gavin tersebut yang membuat Retta makin kesal dengan dirinya, dan memilih untuk langsung menaiki motor ninja milik Gavin tanpa menjawab perkataan Gavin yang tadi

Retta tak suka karena jalanan kota Bandung pada siang hari tak seindah yang ia rasakan pada malam hari, kemacetan, cuaca yang panas, dan ocehan Gavin di jalan mampu membuat nya ingin mati di tempat

Siang ini, Gavin membawa pacar nya ke tempat favoritnya jika ia sedang merenung tak jelas, cafe Romka. Berhasil membuat Retta terhipnotis dengan keindahan alam yang ia lihat dari dalam cafe tersebut, dirinya dan Gavin memang tak suka jalan ke mall, mereka lebih memilih tempat tempat yang berbau alam dan sangat jauh dari polusi asap kendaraan

"Ta, lo mo pesen minum apa?" Gavin membuka pembicaraan

"Samain aja deh sama lo, tapi jangan yang aneh aneh" pinta Retta

"Jadi mau pesen apa mas?" tanya pelayan cafe tersebut

"Pesen senyum mba aja boleh ga?" gombal Gavin pada pelayan tersebut dan membuat pelayan blushing karena terpana akan ke tampanan Gavin

Retta yang melihat tingkah Gavin sudah tak heran dan tidak cemburu, Gavin memang seperti itu, selalu saja gombal pada wanita lain depan dirinya. Menurut Gavin, ia lebih baik seperti itu daripada harus gombal pada wanita lain di belakang kekasihnya. Gavin kemudian memesan strawberry smoothies kesukaan Retta

"Retta, tak selalu ada, bukan berarti tak memantau dari jauh kan?" kata kata Gavin membuat Retta mencerna perkataan tersebut sampai menyernyitkan dahi

"Maksud gue, gue emang ga selalu ada buat lo, tapi gue tau apapun yang lo lakuin di belakang gue, jadi kalo lo ada apa apa ya gue tau" papar Gavin kemudian

"Jadi maksud lo? Apa?" tanya Retta yang masih kebingungan

"Gue tau lo suka kangen sama gue kan? lo ga bilang sama gue tapi gue tau ta, makanya hari ini gue ajak lo jalan" terkadang sifat Gavin yang seperti ini yang membuatnya tak ingin melepas Gavin, dia selalu punya cara sendiri untuk menunjukkan rasa sayang nya pada Retta, mungkin dia tak selalu bilang i love you atau kata romantis lainnya, tapi ia selalu menunjukkannya lewat perlakuannya pada Retta, bahwa dia sangat sayang dan tak main main

"Beres dari sini, gue mau langsung pulang ya vin, banyak tugas buat hari senin soalnya" ucap Retta yang membuat Gavin menekuk mukanya

"Jadi lebih penting pr nih?" Gavin yang cemburu mengerucutkan bibirnya dan menopang dagunya dengan satu tangan

'vin ya tuhan, lo lucu banget kalo lagi marah kaya gitu, ahh lo bikin gue melting tauga' Retta yang tak kuasa melihat baby face Gavin memilih untuk memalingkan wajahnya dan memainkan ponsel milik Gavin

Setelahnya Gavin mengantar Retta pulang ke rumah Nenek nya dan Langsung pulang ke rumahnya ,jarak rumah Gavin memang lebih dekat dengan rumah nenek Retta di bandingkan dengan rumah Retta

EVER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang