S E K S.

59 3 0
                                    

"People fall in love in mysterious ways..."


Elangga tengah duduk di balkon lantai dua Retina's ketika Genta datang dengan nampan berisikan 2 gelas minuman di tangannya. Typical, satu gelas iced americano dan satu gelas milkshake. Selera yang aneh tapi tidak membuat Genta tampak buruk.

"Gue nggak tau lo disini." Ucap Genta saat ia mengambil duduk tepat di hadapan Elangga. Laki-laki itu meletakkan nampan di atas meja bundar kemudian melepas jaket dan segera bersandar. Berhadap hembusan angin semilir mampu meredakan gerah pasca tersengat sinar matahari.

"Tapi lo pesan dua, thank you by the way."

"Punya gue."

"Lo sendiri kan?"

"Iya."

"Jadi satunya buat gue."

"Punya gue."

"Iya ini—"

"Both. Punya gue, keduanya. Take your hands off."

Elangga mendelik lantas mendengkus malas. Genta bukan Retis yang bisa ia jahili dalam segala situasi. Laki-laki pendiam ini tidak akan merengut atau mengumpat marah tapi Elangga mungkin akan langsung mendapat satu tendangan atau pukulan tidak main-main di badan. And today, he is not gonna take any risk.

"Mana Retis?" tanya Elangga sembari kembali menghisap nikotin nikmat dari tangan kirinya. Thanks to Retis that made this balcony officially just for them. Private, cozy ad free. Nothing better. Mereka tidak harus melakukan reservasi atau berebut meja nyaman dengan pelanggan lain. That is what so called very very important person (VVIP).

Genta menyesap Iced Americano dari gelasnya baru kemudian menjawab pertanyaan Elangga, "Nggak tau. Gue nggak ketemu dia hari ini. Mungkin lagi sama Vira."

"Masih main kucing-kucingan saja mereka? Cih."

"We called it love, El. Bujangan suci macam lo nggak akan mengerti. So, please, you better shut up."

Elangga mendelik lantas menggebrak meja dengan sebelah kepalan tangan. "Bujangan suci kata lo?! Dude, I've dived deeper than both of you, even than anyone else. Jangan remeh begitu lo, Ta!"

"The way you dive in named lust, El. It's not the love thing we talk about. Percaya gue, lo nggak tau apa-apa kalo itu tentang cinta. Nggak usah ngeles."

"Sialan."

"Nama tengah gue, you knew it."

Genta dan mulutnya yang super tajam. Elangga memilih untuk kembali bungkam sebelum mulut kawannya itu berucap lebih jauh dan hanya akan memancing kekesalannya. Meski sering kali tepat, namun fakta yang diucapkan dengan sarkas itu tetap menyakiti telinganya.

"How is Kinara, by the way?"

"Gimana apanya?"

"We saw you kissed her, hard. And you took her out the bar in time, El. Itu mustahil kalo diluar lo nggak melakukan apa-apa sama Nara. Well, lo dan kesucian lo itu."

"Lo kira gue ngapain dia, anjir?! Ya emang nggak ngelakuin apa-apa! Lo sendiri yang bilang gue suci tadi, Ta!"

"Lo pikir kita baru kenal kemarin? Tell me! Suci tentang cinta-cintaan, tapi penuh dosa buat yang lain."

Sialan Genta. "Kasih tau apaan, sethan?! Gue memang nggak ngapa-ngapain. Just so you know, bukan gue yang cium dia. We kissed on each other because we want it. That's all. End of story. Tamat." Sahut Elangga sembari menahan geram. Ucapan Genta terlalu menyudutkannya seolah-olah membawa Kinara pergi berarti Elangga menandainya. Hei, Elangga punya manners sendiri untuk persoalan tanda-menandai itu. Nggak akan dia spill disini, tentu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nothing Is ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang