Sebuah Janji

3K 145 20
                                    

Masih ada yang mau baca ga? Kok sepi:((
.
.

"Kak-"

"Sha-"

Keduanya berpandangan lalu sama-sama menggaruk tengkuk dan tersenyum.

"Duluan aja," ucap mereka yang juga berbarengan.

"Hahaha, udah kamu duluan, Sha," ucap Dara.

"Enggak ah, Kakak aja. Mau ngomong apa?" bantah Ganesha menyuruh Dara untuk berbicara duluan.

Dara menghela napasnya dan melihat ke arah Ganesha yang fokus menyetir. "Aku mau minta maaf. Sorry udah marah nggak jelas," ucap Dara. Ganesha melirik sekilas ke arah Dara meminta perempuan itu melanjutkan omongannya. "Sebenarnya aku cuma kesel aja, Sha."

"Kesel yang nelepon cewek? Kak Dara cemburu?" tanya Ganesha polos. Dia hanya teringat perkataan Ghani dan Gino di kantin tadi. Mereka bilang kalau Dara pasti cemburu karena yang meneleponnya selalu perempuan. Dia pun kepikiran soal ucapan Dara sebelum mematikan teleponnya tadi.

"Saya pacar Ganesha."

"Mereka bukan siapa-siapa aku, Dara. Jadi nggak perlu cemburu." Ganesha melihat ke arah Dara yang terdiam, kebetulan sekali saat ini sedang dalam lampu merah. "Udah aku bilang juga, aku nggak dibolehin pacaran sama Bunda. Jangankan pacaran, tau ada yang nelepon kayak tadi HP-ku ditahan satu minggu. Jadi, jangan bilang-bilang sama Bunda. HP-ku ditahan kamu aja. Terserah berapa lama," lanjutnya.

"Ta--"

"Perasaan kita sama, Kak," potong Ganesha dengan cepat.

Dara tak membalas ucapan Ganesha. Dia malah memalingkan wajahnya. Pipinya memanas, sudah jelas saat ini sudah memerah.

"Kamu mau di dalem aja?"

Pertanyaan Ganesha sukses membuat Dara tersentak. Melihat ke kanan, kiri, depan, dan belakang, ternyata mereka sudah sampai di sebuah kedai es krim.

"Yuk turun. Tadi Alby sama Ruby nitip beliin es krim," ucap Ganesha yang tahu kalau Dara sedang kebingungan.

Mereka pun turun dan berjalan masuk. Ganesha menyuruh Dara untuk duduk terlebih dahulu, sementara dia pergi memesan es krim.

***

"Sekarang boleh aku tanya, kenapa sikap Kakak pertama kali kita jumpa aneh? Mana marah-marahin segala lagi. Serem bener." Ganesha memang mengajak Dara untuk memakan es krim sebentar sembari menunggu Alby dan Ruby pulang. Biar tak kelamaan menunggu juga kan. Sekalian dia ingin bertanya tentang sikap Dara yang aneh menurutnya.

"Sebelum aku jawab, aku mau nanya dulu. Selama delapan tahun ini kamu ada inget nggak sama aku?" tanya Dara. "Kamu ada nggak kepikiran soal aku?"

"Ada. Aku bahkan nggak pernah lupa sama kam-"

"Bohong," sela Dara sambil tertawa mengejek. "Buktinya kamu nggak pernah hubungin aku. Aku masih inget, Sha, soal janji kita."

Ganesha menatap Dara yang matanya sudah berkaca-kaca saat ini. "Kamu udah ingkarin semuanya. Aku tau kita masih kecil waktu itu. Tapi untuk seumuranku dulu, aku udah ngerti soal janji yang harus ditepati. Bahkan aku selalu menunggu sampai benar-benar menyerah untuk sekedar tahu kabar kamu." Air mata Dara menetes namun langsung dihapusnya. Dia menunduk dalam, enggan menatap Ganesha. Untung saja saat ini mereka duduk paling pojok dan posisi Dara membelakangi orang yang duduk di dekat mereka.

My Senior is My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang