Hari ini, Kevin bahkan membatalkan satu jadwal latihan dance nya. Saat ini, Tasya paling penting. Ia harus menyelesaikan masalahnya hari ini juga, masalah dalam hubungan ini membuatnya tidak tenang.
Tepat setelah Kevin membalas pesan Bima yang menanyakan apakah dia latihan dance atau tidak, saat itu juga Tasya terbangun. Tasya menyipitkan mata dan mencoba untuk duduk. Kevin langsung mengambil segelas air yang sudah dia siapkan untuk diarahkan pada Tasya.
"Minum dulu agar kau merasa lebih baik." Ucap Kevin lembut.
Tasya meminumnya, lalu dia mengembalikan gelasnya lagi ke Kevin. "Terimakasih," ucapnya dengan suara yang masih agak serak.
Kevin meletakkan gelas itu kembali di tempat semula, kini ia duduk menghadap Tasya. "Bagaimana perasaanmu?"
Tasya memegang belakang kepalanya. "Aku merasa sudah membaik.
Kevin lalu meraih kedua tangan Tasya dengan sangat berhati-hati, takut menyentuh bekas goresan pada telapak tangan gadis itu. Kevin menatap Tasya dengan lurus.
"Jangan sedih seperti ini, aku benar-benar minta maaf kepadamu. Aku mengakui kesalahanku. Maaf jika aku melukaimu, aku tidak bermaksud melakukannya, aku hanya—–"
"Aku selalu memaafkanmu, serius, aku bahkan memaafkanmu sebelum kau meminta maaf padaku. Tapi, aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, aku sedikit tertekan belakangan ini." Tasya menundukkan kepalanya.
"Apa kau belum mendapatkan pekerjaan yang kau inginkan?" tebak Kevin. Tasya memang sedang proses mencari pekerjaan, ia sangat mengincar posisi sebagai pramugari, tapi selalu gagal.
Tasya mengangguk lemah. "Aku sangat tertekan, orang tuaku sampai menyuruhku kembali ke desa jika aku tak mendapat pekerjaan apa saja."
Kevin menarik napas pelan lalu menyingkirkan beberapa helai rambut di wajah Tasya. " Kau masih punya aku disini? Aku akan menjagamu."
"Tapi orang tuaku tidak percaya akan itu," ucap Tasya menusuk. Dia menatap Kevin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. "Semenjak kau membatalkan kunjungan, orang tua ku kehilangan kepercayaan dengan hubungan kita. Mereka bisa saja memaafkan mu saat kau menelpon untuk meminta maaf, tapi—"
"Tapi, apa?."
"Tapi, itu hanya formalitas."
Kevin tertohok dengan ucapan itu. "Apa kita harus pergi menemui orang tuamu sekarang juga? Jika kita, katakan, aku akan melakukannya." Kevin geram sendiri.
Tasya terdiam cukup lama, lalu menghela napas. "Tidak perlu, itu malah memperburuk keadaan, biar aku yang mengatasi semuanya."
Kevin mengatur napas. "Apa kita akan baik-baik saja?." Sedikit ragu, tapi Tasya akhirnya mengangguk. "Tentu."
Kevin merasa sedih. "Aku tidak ingin hubungan kita menjadi seperti Bima, dia menemukan penggemar spesial sekaligus cintanya, sempat menjalin kedekatan sampai akhirnya wanita itu menghilang." Kevin mengenang kembali semuanya. "Aku ingat bagaimana dulu Bima sangat panik karena wanita itu tidak lagi terlihat di tur acara modelling terakhir pada photoshoot kedua kami. Aku ingat bagaimana dia merasa begitu kehilangan, dia menangis di belakang sesi pemotretan dan tidak ingin berbicara pada siapapun."
Kevin menatap Tasya lagi, kali ini lebih intens. "Apa kau juga akan membiarkanku seperti itu, Tasya?."
Tasya menunduk, membayangkannya saja sudah membuat dada Tasya nyeri. Dulu, saat masih jadi penggemar dan belum pernah bertemu Kevin, Tasya pernah melihat video Kevin yang kesakitan karena kakinya terkilir saat latihan dance itu saja mampu membuat Tasya menangis berhari-hari, apalagi membiarkan Kevin sampai terluka dan menyendiri?.
Tasya menggeleng polos.
"Jika kau tidak ingin melihatku sedih maka jangan pernah berpikir untuk menyakiti dirimu lagi. Itu sangat menyakitkan bagiku, mengerti?." Kevin menangkup kedua pipi Tasya lagi.
Tasya mengangguk. "Iya, maaf."
Kevin tersenyum tipis. "Jangan cemberut, jangan bersedih, jangan sering menangis di depanku. Kau tahu kan? Kau itu energi ku. Jadi jika kau seperti ini, aku juga akan kehilangan semangatku. Kita seharusnya saling mengisi bukan menyakiti."
Tasya mengangguk lagi. "Aku tahu, maaf. Aku hanya–"
Ucapan Tasya terhenti lagi karena Kevin sekali lagi memeluknya.
"Sudah, aku lelah. Bisakah kita seperti ini saja. Lalu, melupakan semuanya?." Tanya Kevin sembari mengeratkan pelukannya, mengalir rasa hangat yang menenangkan.
Tasya memejamkan matanya, pelukan ini jauh lebih menenangkan, tanpa emosi. Sepenuhnya hanya rasa hangat yang menjalar sampai ke hati. Tasya menarik senyum tipisnya di sela-sela dekapan tubuh Kevin.
"Baiklah mari kita mencoba."
Oke last part hiyak hiyak. Maaf kalau masih ada kata yang kurang dimengerti ya,jangan lupa vote+comment agar penulis makin semangat nulisnya hehe,terimakasi kawan-kawan-!😽
KAMU SEDANG MEMBACA
Bet Me
RomanceKevin, pria yang telah lama pacaran dengan gadis yang cantik bernama Tasya. Ada beberapa konflik yang membuat mereka berseteru hebat, hingga Tasya merasa tersakiti. Namun, apakah Kevin tetap memanjakannya? Atau memutuskan meninggalkan Tasya untuk se...