033

4.5K 658 162
                                    

Habromania – Part 033



Bruk.



















Aeri tidak merasa sakit yang teramat. Hanya merasakan sikunya yang terlukan membentur aspal. Seharusnya ia merasakan tubuhnya tertabrak. Tapi yang ia rasakan sekarang adalah pelukan seseorang. Tangan besar orang itu melindungi kepalanya agar tidak membentur aspal.

Aeri membuka matanya perlahan-lahan dengan takut. Ia bisa mendengar teriakan bibinya yang memanggil namanya. Jadi ia sudah tahu bahwa orang yang berusaha menyelamatkannya ini bukan bibinya.

Mata bulanya terbuka, melihat seorang pria dengan darah mengucur dari pilipisnya menatapnya dengan tersenyum hangat.

"Kau baik-baik saja?"

Napas Aeri putus-putus karena terlalu syok. Suaranya seolah tertahan di tenggorokan dan lidahnya terasa keluh. Senyum pria itu mulai memudar seiring matanya yang juga mulai menutup perlahan karena kalah oleh rasa sakit. Begiutpun lilitan tangannya pada tubuh kecil Aeri yang semakin mengendur.

Aeri terisak di sebelah tubuh pria itu. Seorang pria yang tidak lama ini baru dikenalnya. Tergeletak dan tidak sadarkan diri.

"J-jungkook Appa"

***

Kim Yerim berlari dengan terburu-buru di sepanjang lorong rumah sakit. Diikuti dengan Kim Taehyung di belakangnya yang sama-sama berwajah cemas. Yerim langsung bertolak ke rumah sakit setelah mendapat telepon dari adiknya jika Aeri hampir saya tertabrak oleh kendaraan bermotor. Tidak lama kemudian Taehyung juga mendapatkan telepon dari leadernya jika Jungkook sedang berada di rumah sakit karena baru saja mengalami kecelekaan.

Yerim berkali-kali mengucap syukur ketika Aeri berlari ke arahnya dan masuk ke dalam pelukannya dan menangis sesenggukan di dekapan sang ibu. Yerim mengelus lembut surai anaknya yang tersedu itu.

"Jungkook Appa ada di dalam karena menyelamatkanku. Ini salah Aeri"

Yerim yang belum mendengar cerita kronologinya dengan jelas tidak bisa berkata banyak. Hanya bisa berusaha memberikan kalimat penenang pada putri kecilnya ini bahwa semua baik-baik saja.

Dokter yang menangani Jungkook keluar.

"Tuan Jungkook tidak mengalami luka serius. Hanya benturan ringan di kepalanya dan beberapa luka gores di lengannya"

Mereka semua mendesah lega. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Jungkook tidak mengalami luka serius. Pria itu sudah baik-baik saja sekarang. Ia sudah sadar dan di pindahkan ke ruang rawat inap.

"Aeri bisa dengar sendiri, bukan? Jungkook Appa baik-baik saja" ujar Taehyung di depan Aeri yang masih sesenggukan. Pria itu tersenyum penuh arti. Jungkook tidak main-main dengan ucapanya. Pria itu benar-benar mau memperjuangkan Aeri dan juga Yerim.

***

Yerim duduk dengan tegang di sofa yang ada di ruang rawat Jungkook. Matanya tidak lepas dari Aeri yang sedang berada di pangkuan Jungkook yang sudah terlihat lebih baik sejak di pindahkan dari unit gawat darurat. Anaknya itu terlihat nyaman bergurau dengan Jungkook. Sedangkan pria itu dengan senang hati meladeni apa saja yang Aeri katakan. tidak mempedulikan beberapa perban yang menempel di tubuhnya atau selang infusnya yang bisa saja terlepas karena Aeri tidak bisa diam di pangkuan Jungkook.

Yerim tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Dulu ia merasa lega ketika Aeri bahkan tidak mau mengkaui Jungkook. menurutnya itu pantas dengan apa yang sudah Jungkook lakukan padanya. Lalu hari ini setelah insiden penyelamatan Aeri dari tabrakan motor yang membuat Jungkook harus mendapatkan beberapa luka. Anaknya itu luluh pada Jungkook. Gadis kecil itu bahkan memanggil Jungkook dengan sebutan ayah tanpa nada ragu lagi.

Yerim membencinya. Yerim membenci perasaannya yang menghangat ketika melihat interaksi antara Aeri dengan Jungkook. Melihat bagaimana antuasiasnya sang putri menceritakan hari-harinya di sekolah pada sososk ayah. Ayah yang memang memiliki hubungan darah. Yerim pernah memimpikan hal seperti ini. Itu terjadi sebelum Jungkook menyuruhnya menggugurkannya kandungannya kala itu. Ia sempat membayangkan adegan membahagiakan ini. Tanpa disadarinya, sudut bibir Yerim tertarik membuat lengkungan manis. Dan perasaan menggetarkan itu kembali menyusup ke dalam hatinya. Getaran yang dulu selalu ia rasakan ketika menghabiskan waktu bersama Jungkook.

Yerim buru-buru menyadarkan dirinya. Merutuki pemikiran bodohnya baru saja. Beberapa hari lagi ia akan menikah, bisa-bisanya ia memikirkan hal seperti itu. Bukankah ia sudah melupakan Jeon Jungkook? Bukankah ia sudah membuka hati pada Taehyung? Tapi kenapa tiba-tiba ia menjadi gamang. Seolah hari pernikahannya yang ada di depan mata tidak ingin dilaluinya dengan segera.

Tangannya yang terkepal di atas lututnya terasa hangat. Ia menoleh ke samping. Melihat Taehyung yang melemparkan senyum menenangkan untuknya. Rasa panas yang sempat mengalir di darahnya mulai mereda.

"Tidak apa. Bagaimanapun Jungkook juga orang tua Aeri"

Ya memang seperti itu. Tanpa benih dari Jungkook, tidak akan pernah ada Aeri. Yerim hanya berusaha melupakan fakta itu.

Jungkook melihatnya. Melihat bagaimana Yerim langsung merasa tenang begitu Taehyung menggenggam tangan mungil perempuan itu. Jungkook tahu jika Yerim sedang menahan kesal karena kedekataannya dengan Aeri. Jungkook senang sekali bisa sedekat ini dengan putrinya. Rasanya perih-perih luka tubuhnya tidak terasa lagi karena terbalas dengan Aeri yang mau mengobrol dengannya. Namun sepertinya ada perih lain yang datang. yang menyerang langsung tepat di hatinya. Jungkook jelas tidak suka dengan tautan tangan itu.

Dan sialnya, kenapa terlihat begitu serasi?

Tolong katakan pada Jungkook bahwa Yerim tidak benar-benar menyukai Taehyung.

***

Yerim merasa bahwa ini adalah kewajibannya. Hari ini ia akan menjaga Jungkook yang masih harus menginap di rumah sakit. Kemarin malam ada anggota Bangtan yang bisa menjaga Jungkook, namun hari ini mereka sibuk semua termasuk Taehyung.

Yerim menganggap ini sebagai ucapan terima kasih kepada Jungkook yang sudah menyelamatkan Aeri. Tidak lebih. Yerim berpamitan pada orang tuanya akan menginap di dorm Red Velvet karena ia tidak mau orang rumah tahu tentang Jungkook.

Aeri tetap berada di rumah bersama kedua orang tuanya. Tentu Yerim tidak sebodoh itu membiarkannya anaknya itu dan bermalam juga di rumah sakit.

"Kau tidak harus melakukan ini, Yerim-ah. Aku baik-baik saja sendirian di sini. Lagipula ada banyak perawat." Ujar Jungkook. Pria itu masih merasa tidak percaya dengan Yerim yang mengatakan akan bermalam di sini untuk menjaganya. Walaupun ia menolak, tapi dalam hati ia sangat senang. Apa itu artinya Yerim perhatian dan khawatir padanya?

"Sudah jangan banyak bicara. Sebaiknya kau segera makan makananmu"

Jungkook mengatupkan bibirnya mendengar nada ketus Yerim. Ia menerima mangkuk bubur yang Yerim sodorkan padanya. Ini jatah makan malamnya. Belum ia makan sejak bubur itu datang satu jam yang lalu. Ia terlalu susah untuk menggerakkan sikunya yang masih terasa perih.

Yerim menengus melihat Jungkook yang terlihat kesusahan untuk makan. Ia merebut kembali mangkuk bubur itu. Kemudian menyuapkannya pada Jungkook. Pria itu awalnya bingung, namun akhirnya membuka mulutnya dan menerima setiap suapan yang Yerim berikan untuknya.

Inilah salah satu alasan Yerim bersikeras untuk menjaga Jungkook. Makan saja susah. Dan tidak semua perawat bisa datang tepat waktu saat Jungkook membutuhkannya.

Sekali lagi Yerim terkankan. Ini semua hanya semata karena Jungkook sudah menyelamatkan Aeri. Tidak lebih dan tidak kurang.

-tbc

Maaf baru bisa update. Akhir-akhir ini aku selalu molor ya updatenya. Aku lagi sibuk-sibuknya. Kemarin juga sempet drop dan harus dirawat inap.

Semoga part ini sesuai dengan ekspektasi kalian. ada moment Jungri sama Taeri, hehe.

Jangan lupa Vote dan Komen.

Next part akan diupdate kalau Vomment sudah sampai target.

Maaf untuk typo

Terima kasih.

HabromaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang