4. Perburuan

12 1 0
                                    

Setelah mengisi perut, Zack membereskan ransel dan kembali berjalan tanpa tujuan. Makan biskuit tidak terlalu mengenyangkan. Tapi masih lebih baik daripada tidak makan sama sekali. Dia sangat takut kalau sampai bertemu dengan makhluk-makhluk aneh lagi. Makhluk yang mirip binatang di dunia nyata dengan ukuran yang jauh lebih besar dan warna aneh. Berada di ruang terbuka seperti ini lebih menyeramkan kalau malam tiba. Setidaknya dia harus menemukan gua kecil atau apapun itu untuk persembunyian.

Bukannya menemukan tempat persembunyian, Zack malah menemukan seorang wanita terbaring memunggunginya. Tidak bergerak sama sekali. Tas ransel yang sama dengan miliknya masih menempel di punggung wanita itu. Darah tergenang di balik tubuhnya. Dia tidak berani melihat wanita itu dari depan. Tidak perlu melihat langsung untuk tahu kalau wanita itu sudah tidak bernyawa lagi. Zack mengulurkan tangannya yang gemetaran ke ransel wanita itu. Dia tidak percaya dia sekarang resmi menjadi seorang pencuri. Dan lebih buruk lagi. Dia mencuri dari orang mati.

"Maafkan aku. Aku lebih membutuhkan ini daripadamu," gumam Zack. Dia hampir menangis waktu mengucapkannya. Zack buru-buru mengambil semua makanan, botol air dan.. pistol? Bentuknya seperti mainan. Tapi kalau ini mainan bentuknya benar-benar unik dan bagus. Zack tidak mau banyak berpikir lagi. Dia memasukkan semua barang ke dalam ranselnya.

"Hei, apa yang kau lakukan!" Seru suara seorang pria dari belakang Zack.

Jantung Zack rasanya hampir berhenti saat mendengar suara itu. Takut. Malu. Semua perasaannya bercampur aduk.

Zack mengangkat tangannya. bangun dan membalik tubuhnya perlahan. Seorang pria berkulit hitam menatapnya dengan pandangan aneh. Sebuah pistol kecil diacungkan ke arah Zack. Pria itu melirik sejenak ke arah tubuh wanita itu kemudian kembali menatap Zack dengan curiga.

"Bukan aku yang melakukannya," kata Zack sambil menggeleng. "Aku hanya mencuri," lanjutnya lalu menelan ludah.

Pria itu berjalan menyamping dengan pandangan mata menuju tubuh wanita itu. Dia ingin tahu apa yang terjadi dengannya. Mungkin lebih ingin tahu bagaimana cara wanita itu mati. Zack tidak tahu dan bahkan tidak ingin tahu sama sekali. Zack memutar badan sambil tetap mengangkat kedua tangannya, mengikuti gerakan orang itu dengan kaku. Dia tidak berani bergerak terlalu lancang. Takut orang itu akan melepaskan tembakannya kalau merasa terancam. Tapi Zack juga tidak mau orang itu mengacungkan senjata ke arah punggungnya. Dia harus tahu kalau tiba-tiba orang itu menembak. Setidaknya mungkin dia masih punya kesempatan untuk lari.

Wajah pria berkulit hitam itu berubah menjadi sedikit pucat. Pupil matanya membuka lebar. Dia menggeleng tidak percaya. "Dia sudah seperti itu saat kau menemukannya?" tanya pria itu.

Zack mengangguk. Takut membayangkan apa yang dilihat pria itu.

"Dasar gila," kata pria itu. Dia menurunkan senjatanya lalu bergegas meninggalkan tempat itu. Zack buru-buru mengikat ranselnya dan mengikuti pria itu.

"Henry!" Teriak pria itu dengan suara yang tidak terlalu besar sambil menengok ke kiri dan kanan. Seorang pria gemuk berkulit putih berlari mendekati mereka sambil membetulkan posisi celananya.

"Oh, ada orang baru," kata pria bernama Henry itu. "Ryan, menemukanmu?" tanya Henry menengok ke arah pria hitam itu lalu tersenyum lebar ke arah Zack.

"Hah?" Zack tidak tahu dia harus menjawab apa. Bukan menemukan. Lebih tepatnya memergokinya. Akhirnya Zack hanya mengangguk kecil.

"Apa makhluk itu masih berada di sekitar sini?" tanya Ryan pada Zack.

"Makhluk apa lagi?" tanya Henry. Senyumnya sudah hilang digantikan ekspresi panik. Dia mulai mempercepat langkahnya sambil sesekali menengok ke belakang.

DNA GAMESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang