"Bibi?"
Panggilan Bening yang melengking dari luar sana membuatku segera menutup telinga dibalik selimut. Aku bisa menebak kalau sebentar lagi panggilan itu akan berubah menjadi teriakan begitu pintu kamarku dibuka olehnya.
"BIBI!! YA AMPUN INI ANAK YA! KEBO BANGET JAM SEGINI TIDURAN!"
Kan? Apa kubilang.
Mengabaikan, aku berusaha tak bergerak sama sekali agar tidak membuat Bening curiga kalau sebebarnya aku hanya pura-pura tidur.
"Heh! Binar!"
Sialnya Bening menoel-noel pundaku yang tidak tertutupi selimut. Otomatis aku menggeliat geli, Bening hafal betul kelemahanku. Kalau aku paling tidak kuat disentuh-sentuh. Jurus ini selalu ampuh ia gunakan apabila aku sulit bangun.
"Gak usah pura-pura tidur lo Binar. Gue tahu barusan lo abis nonton kan?"
Dan detik itu juga sandiwaraku terbongkar karena Bening menarik selimutku dengan kasar sampai aku berjingkat kaget.
Respon Bening selanjutnya membuatku jengkel bukan kepalang. Gadis itu tertawa terpingkal-terpingkal, senang sudah membuatku jantungan sekaligus juga puas sudah membongkar sandiwaraku.
"Apa gue bilang! Buaya mau dikadalin. Gak bisa lah yaw!" Katanya seraya menggoyangkan terlunjuk lentiknya dengan bangga.
Cih! Jadi buaya kok bangga ya? Aku kadang heran dengan pola pikirnya yang penuh kelicikan ini.
"Sialan memang!" Umpatku dalam hati.
Kuhela nafas, Well, bakat acting Mama sama sekali tidak diwariskan kepadaku ternyata. Ini percobaan kesekian yang kulakukan untuk mengasah bakat dan kesekian kali itu pula percobaanku gagal. Ah, sudahlah! Memang dasarnya aku tidak ditakdirkan untuk menjadi pendusta. Mau bagaimana lagi.
Aku bersandar disisi ranjang, menatap Bening dengan penuh kemurkaan karena gadis itu masih menertawakanku dan mengataiku terus-terusan kalau aku payah sekali menjadi manusia.
"Ketawa terus gue kutuk mulut lo gak bisa ketutup lagi! Tau rasa lo! "
Bening cepat-cepat menutup mulutnya, memasang wajah ketakutan bak anak kecil yang habis dicaci maki ibunya karena sudah berbuat nakal. Hih! Dia ini ya, padahal dia yang sudah menganiayayaku.
"Hih lo mah mainnya kutuk-mengutuk, gak seru ah!" Gerutunya karena ternyata caraku ampuh. Aku tertawa, puas sekali.
Sekali-kali bolehlah senang dengan karya sendiri.
Memang hanya itu cara satu-satunya yang ampuh mengatasi ketengilan Bening. Gadis itu punya sugesti yang kuat, ia percaya akan yang namanya doa kemurkaan orang terdholimi akan dikabulkan Tuhan. Atau dalam istilah yang lebih mudahnya karma. Dia tahu kalau dia baru saja mendholimi maka dari itu dia takut.
"Sebodo ya, suka-suka gue lah."
Bening mendumel, berdiri dari duduknya dan menyimpan sesuatu diatas nakas.
"Pakek tuh, Gak usah lama- lama! gue tunggu 15 menit lo harus siap."
Itu goodybag yang dibawa Mama tadi pagi. Sudah kuduga kedatangan Mama tadi pagi pasti bukan tanpa sebab. Itu terbukti.
Tadi..sebelum Mama pulang ia menyerahkan 2 goodynag ini kepada Bening. Berbicara bisik-bisik supaya aku tak dengar karena Mama tau kalau aku mendengarnya langsung dari mulut Mama aku akan menolak mentah-mentah. Tapi memang dasarnya Bening itu bermulut lebar akhirnya dia kelepasan. Mengatakan kalau Mama menyuruh kami datang ke acara ulang tahun Bayu yang dilangsungkan malam ini.
Dan aku yakin goody bag dimeja itu adalah goody bag yang tadi dibawa Mama. aku ingat betul warna dan motifnya sama persis. Aku hanya meliriknya sekilas tanpa berniat membukanya sedikitpun. Tidak dibuka saja sudah tahu isinya apa, gaun kurang bahan yang wujudnya sama persis dengan yang dikenakan Bening saat ini. dan sungguh, aku tidak tertarik sedikitpun untuk memakainya apalagi bepergian dengan baju seperti itu lagi. Cukup di acara pertunangan Mama saja. tidak untuk kedua kalinya diacara manapun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING IMPOSSIBLE!! Binar Mentari Senja
RandomSeseorang pernah berkata kepadaku, jangan pernah membenci sesuatu terlalu dalam. Karena boleh jadi, sesuatu yang amat kamu benci saat ini kelak justru yang terbaik bagimu. Dan, jangan juga terlalu dalam ketika mencintai. Karena boleh jadi, apa yang...