"Serius Om Darma nanya kayak gitu?"
Itu pertanyaan Bening yang kesekian begitu selesai mendengar ceritaku. Ia terheran-heran kenapa bisa bertemu Om Darma dijalan lalu kenapa ia bertanya soal kehidupan pribadiku
Namun, Bening lebih heran lagi bagaimana bisa aku menceritakannya secara terang-terangan kepada Om-Om itu. Om Darma itu orang asing, Bening berkata aku terlalu bodoh juga ceroboh.Kini, gadis itu tengah memicingkan mata kepadaku."Hish, Binar lo gak curiga apa?"
Aku menautkan alis, kenapa mesti curiga? Aku rasa tidak ada yang aneh dengan semua pertanyaan Om Darma. Dia bertanya sewajarnya.
"Curiga kenapa?"
"Dia pasti punya maksud terselubung sama lo."
Aku mendengus. "Ah, lo kebiasaan. Suuzon mulu sama orang. Jangan gitulah. Gak baik tau."
"Dia nawarin diri jadi Ayah buat kita? Atas dasar apa coba? Kenal aja baru banget."
Aku mengedikan bahu, acuh. "Mungkin dia kasihan karena kita gak punya ayah."
Bening berdesis. "Hish semudah itu lo percaya? Ya ampun Bi, bahkan Om Wisnu aja yang udah kenal kita dari jaman orok gak segitunya."
Kalimat Bening membuatku termenung. Diam-diam membenarkan. "Tapi.. iya juga sih."
"Nah, kan!" Bening menjentikan jarinya tinggi-tinggi." Dengerin gue deh, Bi. Lo harus hati-hati sama Om-om itu. Jangan deket-deket."
"Lho, kenapa gitu?"
"Mana tahu dia ada rencana mau nyulik lo terus jual hati, jantung atau otak lo keluar negeri. Hih, ngeri!" Bening bergidik setelahnya.
"Ngaco lo! Om Darma bukan mafia kali. Dia juga punya anak seusia gue. Ah, lo aneh-aneh aja."
"Kan ini buat jaga-jaga aja. Kita gak tau apa maksud terselubung dia deketin lo."
Aku memutar bola mata jengah. Kadang tingkat curiga Bening terlalu berlebihan. Aku khawatir dosanya menumpuk hanya karena berusuudzon.
"Ck. Iya iya." Decakku acuh tak acuh. Diiyakan saja dulu untuk menyudahi topik ini. Soal prakteknya, ya lihat saja nanti.
"Jangan cuma iya.. iya doang. Dengerin Binar!"
"Bawel lo!"
"Gue gini karena peduli sama lo. Kalo kenapa-kenapa siapa yang susah."
Aku menggaruk teling kananku yang mulai memanas. Pasti memerah ini.
"Ish iya Bening! Cerewet lo kambuh deh."
Bening geleng-geleng kepala. Menahan nafas sejenak. "Dasar ya punya adek satu ngeselinnya ampun. Huh! Apa kabar kalo gue punya ade banyak."
"Emang lo mau punya adek lagi?"
Badan Bening kontan bergidik. "Hih, ogah! Satu aja bikin pusing."
"Sialan lo!"
Tok!tok!tok!
Suara ketukan pintu megagetkan aku dan Bening dari kursi masing-masing. Bening langsung memasang badan berjaga-jaga.
"Siapa Bi?"
Aku mengedikan bahu." Mana tau lah!"
"Buka, gih." Titahnya.
Aku menggeleng keras-keras." Ogah! Kalo setan gimana?"
"Mana ada setan tengah malem begini. Palingan tukang sampah."
"Heh sableng! Setan kan keluarnya emang malem-malem. Gimana sih lo!"
Gadis itu nyengir tanpa dosa."Eh, iya juga ya. Terus siapa dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOTHING IMPOSSIBLE!! Binar Mentari Senja
De TodoSeseorang pernah berkata kepadaku, jangan pernah membenci sesuatu terlalu dalam. Karena boleh jadi, sesuatu yang amat kamu benci saat ini kelak justru yang terbaik bagimu. Dan, jangan juga terlalu dalam ketika mencintai. Karena boleh jadi, apa yang...