Satu-Pandanganku

41 12 0
                                    

Hari ke dua puluh lima bulan oktober tahun dua ribu sembilan belas

Aku salah, Abu.

Seharusnya aku tidak mesti memandang langit dengan beribu kisah bahagia.

Karna ternyata, dibalik langit yang kulihat masih banyak langit yang belum terjamah di angkasa,

Dimana langit itu menjadi penjelas atas sesuatu dari sebuah kisah. Tentang luka.

Cukup kupahami.

Aku tau selama ini sikapku mungkin menjadi beban bagimu, bu.

Lantas adakah opsi yang membuatmu melangkah ringan?

Dari segala kisah novel yang kubaca, aku paham tentang suatu hal,Abu.

Bahwa segala sesuatu yang bersifat jarang itu indahJ

Kamu pernah menangisiku, bu?

Kalau tidak, berarti benar hanya aku yang merasakannya. Menangisi setiap rasa dan luka berulang kali tanpa berfikir panjang, dan hanya memikirkan kamu tentunya.

Menurutmu, apa aku salah?

Abu, kamu tau?

Terkadang ada banyak hal-hal di dunia ini yang misterius untuk kita ingin ketahui sekalipun.

Sekalipun kamu tau jawabannya, tapi tetap hasilnya. Tidak akurat. Tidak sebanding. Tidak sepuas. Tidak sejelas. Tidak terdeteksi.

Perasaan bu. Iya dia.

Mungkin memang benar kata pepatah,Bu.

Semua hubungan punya masalah sendiri-sendiri. Tapi tergantung gimana kitanya, mau menjadikan itu masalah besar atau hanya kesalahpahaman.

Abu!

Kenapa, tuhan menciptakan jarak?

Aku kasih tau ya, karna agar manusia percaya dan melangkah. Melangkah karena ia percaya sepanjang dan sejauh apapun jalannya, akan ada hati yang membawanya tiba melangkah untuk membuktikannya sendiri.

Kalo menurut kamu gimana, Bu?

Abu, katanya ada beberapa hal yang dilakukan perasaan tanpa kita minta.

Tanpa meminta izin sama hati dan pikiran kita.

Karna usaha yang sia-sia itu ialah mencari orang yang sama.

Terlalu sia-sia bu, seolah rasanya kamu menutup mata dari estetika dunia.

Menikmati lagu mellow, menyeruput secangkir susu, menatap lembaran buku usang kusimpan di lemari gudang. Aku membalik halaman per halaman, lalu tersenyum:')

Andai kisah ini bisa membeku dan abadi, bu.

Bu, kamu pernah berfikiran melepas sesuatu yang berharga?

Akupun, entahlah. Kerap kali, pikiran itu melintas namun aku menolak memikirkan.

Karna bagiku melepas bukan berarti kita lega atau puas. Bukan berarti kita merasa benar-benar ikhlas. Karna melepas bagiku perbuatan terberat, ketika aku benar-benar merasa memilikinya.

Iya, Abu.

Singkatnya aku merasa terlalu sayang. Terlalu takut kehilangan.

Apa itu disebut egois, bu?

Bu, apa hubungan dalm keegoisan perasaan benar-benar bisa bertahan?

Temanku berkata tidak. Tapi kalau di masa nanti akan sering seperti ini. Apa kita masih bisa bertahan?

Kala itu, layaknya angin yang menerbangkan debu

Darimu aku belajar. Bahwa hidup tidak stagnan. Abu berevolusi, aku pun begitu.

Abu, sayangku....

Aku tau, di masa ini kita masih sama sama berkembang. Masih dalam masa pertumbuhan.

Masing-masing butuh pengertian.Baik itu aku atau kamu.

Abu,Menurutmu,....

Apa aku terlalu naïf?:(

SUARA BIRUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang