Sakura menggigit bibir gemas. Matanya terus menatap tajam pria yang menggaruk dahi dengan pensil mekaniknya. Naruto terkekeh melirik Sakura dengan tampang polosnya. Sasuke mendengus bersender pada sofa empuk.
Naruto memincing pada Sasuke, "Sombong sekali. Lihat saja nanti nilai ujianku lebih tinggi daripada nilaimu!"
"Kalau begitu pahami ini dulu!" Sakura mengetuk pelan kepala Naruto dengan pensilnya.
"Ini terlalu sulit ttebayo." Naruto merengut.
"Ini lebih mudah dibandingkan dengan soal yang kau mengerti tadi. Ingat rumus dari efek dopler dan kau hanya perlu membandingkannya saja." jelasnya sekali lagi.
Naruto menggaruk kepala kali ini dengan tangannya. Kepalanya sudah panas dengan semua rumus ini. Sangat salah memang memilih kelas science.
"Tapi Sakura-chan, mengapa tandanya menjadi negatif? Di nomor tiga bertanda positif."
Sakura menghela napas. Oke, dia mulai kelelahan. Naruto sebenarnya cukup mengerti dalam berbagai pelajaran, tapi terkadang jika sudah mampet seperti ini membuat Sakura harus menahan diri untuk tak mengumpat jika pria itu bertanya.
Sepulang sekolah Naruto mengajaknya untuk belajar bersama atau lebih tepatnya, dia yang mengajarkan Naruto untuk persiapan ulangan fisika esok hari oleh Kakashi-sensei. Dan disinilah mereka, di rumah Sasuke.
Rumah Sasuke. Bukan rumahnya atau rumah Naruto. Sebagai pihak pengajak, Naruto sudah siap membuka pintu. Namun, perut besar itu mengalahkan otak. Dengan alasan rumahnya kosong, tujuan menjadi belok ke rumah Sasuke. Yang siap sedia makanan.
Ia pikir Naruto mengajak Sasuke untuk sebagai tutor tambahan. Tapi ternyata tidak. Mereka berdua memang paket yang sulit dilepaskan.
Awalnya Sakura pikir dia bisa mengandalkan Sasuke untuk soal-soal sulit, tapi Sasuke tak menjawab yang membuatnya harus bertanya pada Yang Maha Tahu. Google .
Jadilah ia menjadi tutor untuk dua pria ini.
"Dasar bodoh." Sasuke memutar mata malas. "Sakura berulang kali mengatakan itu karena mobilnya bergerak maju," pria itu mengambil alih buku tulis Naruto dan mulai menggambar untuk mempermudah penjelasan, "Mobil sebagai pendengar dia bergerak maju, konsep Vp positif mendekati suara dan negatif jika menjauhi suara. Apa dengan begitu nilainya akan tetap positif?"
Sasuke selesai menjelaskan menatap Naruto yang terus memerhatikan gambar yang di buatnya, "Tapi ambulance itu kan juga bergerak maju, bukan itu berarti tandanya menjadi negatif?" Sasuke membuka mulut hendak ingin menjelaskan dan Naruto memotong, "Tidak perlu" tangannya ia angkat di depan mulut Sasuke, "Aku mengerti."
Sakura mendesah lega dalam hati. Akhirnya.
Naruto menatapnya dengan senyuman tipis sebelum kembali menulis, "Terima kasih Sakura-chan."
Satu alisnya naik dengan ucapan terima kasih Naruto. Bukan dia yang membuat pria itu mengerti.
"Kenapa aku?" Sakura menunjuk dirinya, dagunya mengendik pada pria di serong kirinya. "Kau harusnya berterimakasih pada Sasuke."
Naruto memalingkan wajah. Tak ingin menatap sasuke. Cara dia merengut seperti anak kecil. Sakura menggelengkan kepala, bagaimana Sasuke bertahan berteman dengan bocah ini. Tujuh detik keadaan kembali hening, semua menatap soal mencerna pertanyaan dengan baik dan Naruto menjadi orang yang kembali memecah keheningan itu.
"Astaga!" Naruto mengacak rambutnya frustasi dengan kedua tangan hingga turun ke wajah. "Soal macam apa lagi ini?"
Sakura berkedip. Ia melihat soal yang dengan gambar perbandingan sebuah pegas yang di tarik dan di lepas. Ini baru agak sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY
FanficSakura memiliki diary yang ia simpan rapat-rapat agar tak diketahui orang-orang di sekitarnya. Namun, seseorang membuka diary-nya. Sakura sadar akan hal itu. Karena letak penempatan pembatas bunga yang ia buat berubah. Ini memalukan. Ia harus seg...