6

696 99 5
                                    

Sinar matahari siang ini terik, lapangan tampak sepi - mungkin orang-orang berolahraga di lapangan indoor. Tak ada pemandangan yang menarik minatnya. Namun Sakura tak ingin menoleh ke arah kiri.

Ini memalukan.

Sasuke di sampingnya tampak datar meski sebenarnya masih mengulum senyum sekilas. Sakura mendengus. Ia dipapah oleh pria itu karena kesulitan berjalan. Padahal tulangnya tak terpengaruh, tapi sakit yang mendera sangat menyiksa.

Lorong kelas sepi. Tak ada lagi lalu lalang orang berjalan. Bel berbunyi tujuh menit yang lalu, mungkin sudah ada guru juga di kelas mereka. Tidak ada pembicaraan selama berjalan menuju kelas, perjalanan itu diisi dengan keheningan.

Mereka menjadi perhatian saat Sasuke membuka pintu kelas. Sakura membungkuk bersamaan dengan Sasuke meminta maaf karena datang terlambat, kemudian Sasuke lebih dulu mewakili berbicara alasan mereka telat.

"Sakura terjatuh tadi. Aku membawanya ke ruang kesehatan." jelas Sasuke singkat. Walau isi alasan itu tidak sepenuhnya benar.

Itu Sakura sendiri yang pergi ke ruang kesehatan. Mereka bertemu disana. Mungkin Sasuke tak ingin menjelaskan hal rumit.

Kotetsu-sensei mengangguk memperbolehkan mereka duduk setelah melihat perban lebar di lutut Sakura. Gadis itu masih meringis berjalan dengan pelan di depan kelas dengan lambat, sungguh ini memalukan. Untungnya Sasuke tidak memapah seperti tadi, hanya ikut berjalan pelan di belakangnya, seolah memastikan ia dapat duduk di tempatnya dengan selamat.

Sebuah kertas jatuh di atas meja tepat ketika ia baru saja duduk. Sakura menoleh ke belakang mengira itu Ume yang memberikannya kertas tapi kepala Naruto yang bergerak cepat dengan muka serius menatap Kotetsu-sensei, menangkap perhatiannya.

Sakura membuka lipatan kertas itu.

Kalian bermain tanpa mengajakku!

Sakura langsung meremasnya menatap tajam Naruto, mengembalikan kertas dengan melempar ke wajah pria itu. Bermain darimananya?! Jelas-jelas ia sedang menghindari Sasuke. Dasar pria tak peka!

.

.

.

Sakura mengelap keringat yang akan turun dari dahinya. Ia kembali meringis merasakan denyutan sakit dari lukanya. Ketika pelajaran akan berakhir tadi, Sakura sudah menyiapkan segala buku dan peralatan tulisnya ke tas. Bel berbunyi, Sakura segera keluar kelas. Dari ekor matanya, Sasuke seperti ingin mengejarnya. Untung saja pria itu harus membereskan barang-barang terlebih dahulu.

Sakura tidak tau mengapa Sasuke bersikap seperti itu, tapi rasa-rasanya dia ingin membicarakan sesuatu yang tak Sakura sukai.

Alasan apalagi yang Sakura harus buat untuk menghindari pria itu? Ini pertama kalinya Sasuke bersikap seperti ini. Sakura bingung bagaimana menyikapinya.

Seharusnya ia melakukan obrolan serius dengan Sasuke tentang menyimpan rahasia isi buku diary-nya. Jika saja isi buku itu tidak menuliskan tentang pria yang di sukainya, Sakura mungkin dapat menghadapi pria itu dengan mudah. Namun objek yang ia tulis lah yang membaca isi buku itu. Bagaimana Sakura dapat menghadapi dia? Apalagi dengan beberapa teman lain yang juga membaca.

Ini seperti terjebak di ujung tebing dan di kepung oleh orang-orang. Hanya ada dua pilihan untuk selamat, melawan dengan muka tebal atau menghindari dengan terjun bebas.

Dua pilihan yang sangat tidak membawa kedamaian untuknya.

.

.

DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang