Jika bukan karena ini tahun terakhir masa sekolahnya, Sakura rasa mungkin ia akan membolos untuk beberapa hari karena kejadian ini. Menghadapi mereka yang mengetahui rahasianya itu sebuah ketidakmungkinan...
Entah mereka menyadari sikapnya yang aneh ini atau tidak, Sakura harap mereka tidak menghampirinya, terutama untuk keempat pria itu. Sakura tidak tau apakah yang lain juga membacanya atau tidak tapi jika sudah empat orang yang membacanya, itu berarti rahasianya sudah tersebar luas.
Hal yang paling membuatnya bingung adalah Naruto. Pria itu ada di pihak mana? Menurut cerita pria itu, dia tidak membaca isi buku diary-nya. Tapi mengapa Sasuke yang sudah membaca malah menahan Naruto? Apa Naruto membuat cerita agar ia mempercayai pria itu?
Naruto terlihat jujur dari matanya, Sakura tak meragukan hal itu.
Awalnya.
Sekarang ia menjadi curiga kepada semua orang, termasuk Ino dan Hinata.
Sakura menghela napas. Ini semua membuatnya frustasi.
Ia mencoret bagian belakang buku dengan memberi tekanan yang dalam. Itu akan membuat lembar-lembar kertas di bawahnya akan membekas pastinya. Sebuah kesalahan membawa buku itu ke sekolah. Ini lebih buruk daripada Sasori yang mengetahui rahasianya.
"Sakura."
Kepalanya membalik saat dipanggil, ia melirik ke atas meskipun agak sakit melakukan itu. Itu Sasuke. Darah yang berdesir dan jantung yang berdetak takut membuat rasa mual itu muncul. Apa stress dapat menyebabkan mual?
"Ada apa?" Sakura duduk dengan benar menatap Sasuke. Berusaha untuk bersikap normal.
"Mengapa kau tidak pergi ke tempat biasa?"
"Aku tidak membawa bekal."
Sakura menjawab cepat. Mata mereka saling memandang lama membuat Sakura menahan napas.
"Oh." Sasuke mengangguk langsung berlalu pergi.
Sakura menelungkup. Tadi adalah sebuah keanehan yang membuatnya takut setengah mati. Jika itu adalah Sasuke yang biasa, dia tidak akan menanyakan hal semacam ini padanya. Sampai kapan ia harus melewati ini?
.
.
.
.
Seperti biasa, Kakashi-sensei datang terlambat. Sakura menopang dagu mengarah pada jendela sebelah kanannya --karena jika menoleh ke kiri itu berbahaya-- memandang dengan tatapan kosong.
Itu adalah awal dari segalanya.
Kejadian itu. Awal dari segalanya.
Ini hari kelima sejak Sasuke memulai kegiatan anehnya, dengan jeda di akhir pekan.
Mungkin orang-orang tidak sadar akan hal ini, tapi ini bukanlah apa yang Sasuke akan lakukan padanya. Para sahabatnya sadar bahwa ia menjauhi mereka, Ino yang mewakilkan menanyai apa yang terjadi dengannya, meskipun ia menjawab tidak apa-apa tapi ia terus menjauhi mereka.
Para sahabat yang lain hanya menyapa dan berbicara seperlunya dalam hari-hari suramnya. Mungkin Ino memberi pengertian kepada mereka, dan itu tak terkecuali Naruto dan juga Sasuke.
Namun, Naruto adalah seseorang yang hanya tetap akan bersikap biasa jika menurutnya tak ada yang terjadi. Ini sifat alami pria itu, jadi kekeras kepalaan Naruto terhadapnya adalah hal yang dapat ia maklumkan. Tapi Sasuke?
Demi Tuhan.
Ia tidak akan mengambil universitas yang sama dengan pria itu. Sudah cukup sampai disini. Sepertinya ini pertanda untuk dirinya menghapus rasa suka itu sebelum terlanjur lebih dalam lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
DIARY
FanfictionSakura memiliki diary yang ia simpan rapat-rapat agar tak diketahui orang-orang di sekitarnya. Namun, seseorang membuka diary-nya. Sakura sadar akan hal itu. Karena letak penempatan pembatas bunga yang ia buat berubah. Ini memalukan. Ia harus seg...