Prolog

34 3 0
                                    

Hai, apa kabar?
Percayalah pasti dirimu baik-baik saja. Namun maaf, itu tidak denganku.

Mungkin sebagian orang tidak pernah meminta dilahirkan untuk menjalani kehidupan yang pahit. Namun apalah daya jika itu menimpa kepada ku. Putus asa bukanlah jalan, Namun berusaha dan tetap tegar itulah yang selalu terucap dimulutku saat Aku berusaha menyemangati diriku sendiri.

Aku, inilah diriku yang selalu berusaha membenci takdir yang pada ujungnya tak akan mengubah apapun. Mungkin inilah yang dinamakan garis takdir yang sudah diatur oleh Tuhan, kehidupan pahit dengan masa lalu kelam yang terus menghantui.

Jadi jangan salahkan diriku, bila Aku sangat mirip seperti sebuah Berlian yang beku dan tertutup oleh bebatuan es. Aku tak pernah meminta sama sekali diriku menjadi yang seperti ini. Aku tak mau, sungguh.

Jadi, Aku hanya berharap kepada Tuhan agar diberikan satu matahari dalam kehidupanku. Mungkin Matahari akan memberi cahaya agar mampu melelehkan bebatuan es sehingga ia dapat memberikan cahaya pada Berlian. Cahaya yang menghidupkan secercah kilauan pada Berlian.

Kilauan yang cerah berarti warna baru, mungkin sebuah warna yang belum ada dalam sejarah kehidupan cerita ku. Apa itu? Aku tidak tau. Bahkan seperti apa bentuknya? Aku tak pernah membayangkannya.

Ku tuliskan cerita ini hanya sebagai bentuk prasasti perjalanan hidupku. Agar kalian tau ada yang jauh lebih menderita dari kalian dalam berjuang menjalani hidup sendiri.

Tidak usah berlarut larut dalam kesedihan kawan, masih ada aku yang jauh lebih sedih dari kalian. Karena aku tau inilah garis hidupku jadi yang kulakukan adalah terus menjalaninya hingga akhir.

Ini memang pedih. Bahkan aku ingin sekali cepat mati jika diperbolehkan Tuhan. Namun aku tau ini bukan tentang cerita cara bunuh diri, putus asa, berlarut larut dalam kesedihan, merutuki nasib, menjelma seperti orang gila saat tak kuasa menerima takdir, dan mengacak-acak seisi ruangan kamar saat amarah membendung. Bukan, ini bukan kisah seperti itu. Ini kisahku tentang mencari Matahariku yang bahkan aku tak tau cara menemukannya dan seperti apakah Matahari itu.

Aku hanya terus menjalaninya tanpa melakukan hal bodoh yang membuang waktuku saja. Karena ada yang jauh lebih penting seperti hobi, karier, prestasi, kesuksesan dan..

..Cinta, ah aku tak ingin memikirkannya. Bukannya itu juga hal bodoh ya? Sesuatu yang meracuni otak manusia sehingga tak berperilaku wajar? Seperti melakukan apa saja untuknya? Ah, tidak!tidak! jauhkan aku dari itu Tuhan.

Namun bagaimana jikalau Matahariku adalah sesosok Cinta? Oh tidak! Aku tidak ingin mengenalnya sungguh. Karena aku sudah terbiasa hidup tanpa cinta dari orang-orang sekitar. Jadi jangan kenalkan aku dengan dia Tuhan.

Tapi aku selalu ingat perkataan ku yang juga seperti janjiku "terus menjalaninya hingga akhir". Ya, jadi aku tau aku harus terus menjalaninya, jikalau cinta itu masuk juga kedalam prasasti cerita perjalanan hidupku. Memang semuanya itu sudah di atur sebagai mana mestinya dan sudah digariskan oleh Tuhan apa yang akan terjadi semestinya.

Tuhan itu Maha Adil! Namun kamunya saja yang tidak pernah mensyukuri apa isi hidupmu. Apapun yang terjadi, bahagia maupun sedih, kamu harus tetap mensyukurinya dan menerimanya dengan ikhlas. Sebelum akhirnya kalian tidak akan bisa merasakan keduanya.

Setelah kalian menikmati kisah perjalananku kuharapkan satu, tidak akan pernah ada orang yang bernasib sama seperti ceritaku. Namun semoga kalian bisa bertemu Matahari yang mewarnai hidup kalian seperti dalam kisahku ini.

- Berlian Angella Stalauren

°°°


Hai guys! Jangan lupa vote dan comment thanks!

Enjoy and happy reading!

BERLIAN & MATAHARINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang