6- Detik Menyebalkan

11 1 0
                                    

_________________

Aku tidak mengerti takdir? Kenapa orang sepertinya muncul dalam hidupku? Aku tidak ingin kau mengatakan bahwa Aku akan
masuk kedalam hidupnya, tidak!

_________________

Alhasil kami sampai didepan gerbang rumah, tepatnya tempat dimana Aku terjatuh tadi.

"Wahh kok sepeda gua rusak gini sih!"

"Makanya jangan sembarangan menaruh sepeda! Gara-gara sepedamu menghalangi Jalan, Aku jadi terjatuh! Dasar sepeda jelek pembawa sial!" Ucapku ketus.

"Rasakan ini" Dengan gerakan gesit Aku menginjak-injak sepedanya berkali-kali.

"Eh Woy!"

"Dasar! Rusak kan sepeda gua! Ngga mau tau lo harus tanggung jawab! Nih ambil! Cepet ambil!" Menyodorkan sepedanya padaku dengan tatapan kesal.

"Tidak mau!"

"Yaudah sini sepeda lu! Lu bawa sepeda gua!" Ia merebut paksa sepedaku lalu ia naiki.

"Dasar Pria Maling! Terus ini bagaimana!"

"Gua ngga butuh banyak waktu, bye! See you di bengkel depan minimarket!"  Ucapnya tersenyum penuh kemenangan sambil mengayuh sepedaku.

"Ngga jauh kok cuman 1 kilo haha, becanda! gua tunggu!" ucapnya sembari mengekeh. Tubuhnya mulai menjauh, dan menjauh. Hingga tak terlihat batang hidungnya.

Ya Tuhan! Kenapa engkau ciptakan manusia jenis dia! Aku baru pernah bertemu dengan orang se-menyebalkan dia, sungguh. Kenapa Tuhan? Kenapa orang sepertinya harus muncul dalam ceritaku? Gerutuku dalam hati, sembari mendorong sepeda menuju bengkel.

Sebenarnya Aku sangat tidak suka mencampuri urusan orang lain, apalagi jika orang asing yang sama sekali belum ku kenal. Berbicara saja malas, apalagi harus menurutinya.

Namun kali ini Aku pasrah, karena sepeda yang di bawa Lelaki tersebut merupakan peninggalan dari Ayahku. Bagiku semua yang diberikan Ayahku jauh lebih berharga dari segalanya. Jadi ya, mau tak mau Aku harus menuruti kemauan Pria Maling. Huh detik menyebalkan!

°°°

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Aku sampai di sebuah bengkel yang dimaksud oleh lelaki tersebut tadi.

Benar saja, ternyata Lelaki itu sudah duduk santai di bangku panjang dekat bengkel, dan tengah asyik memainkan ponselnya.

Lelaki itu mendongakkan kepalanya dan mendapati Aku yang sudah berada di depannya, "Weh sepeda gua udah sampai nih"

Brakkkk

Aku menjatuhkan sepedanya sengaja, dan ikut duduk di samping Lelaki tersebut dengan wajah kesal, bertambah marah.

"Woi lu sembarang banget, udah rusak makin rusak nih!" Geramnya seraya mengusap-usap sepedanya.

"Tidak peduli!"

"Ini mahal banget asal lo tau! Lo ga bakal bisa bayar atau pun ganti rugi!" Gerutunya sembari memberikan sepedanya pada montir.

"Brisik! Sepedaku mana cepat!"

"Sepeda lo lagi di servis, tadi joknya robek kecantol paku di jalan" jelasnya dengan santai.

"Cih, dasar perusak!" Ucapku ketus.

"Lo yang perusak kuno!"

"Kamu!"

"Lo!"

"Kamuu!!"

"Loo!!"

"KAMU!!"

"LO!!"

"KAM--"

"Eh mas, neng, mau es?" Tanya pak penjual es keliling yang tiba-tiba muncul begitu saja. Wajahnya seperti menahan ketawa saat melihat kami berdebat.

"Nggak!" Ucapku bersamaan dengan Lelaki tersebut.

"Duh bisa barengan gitu, kalo kata pepatah 'jangan terlalu benci nanti jadi cinta', karena cinta dan benci berjarak sangat tipis, awas nanti  jodoh loh mas,neng" ucap pak penjual es sembari terkekeh.

"DIAM!" Ucapku kembali bersamaan.

"Duh galak amat" bisik pak penjual es sambil menggaruk garuk kepalanya yang tak gatal serta meninggalkan kami berdua.

"Lo ngga usah ngikutin gue!" Bisiknya lirih sembari membulatkan matanya

"Cuih! Tidak sudih Aku mengikuti kamu!"

"Cihh!"

"Apa masih Ada ya Lelaki yang tidak punya hati, Menyuruh seenaknya wanita tanpa memikirkan bagaimana akibatnya! itulah laki laki besar kepala yang menjunjung tinggi ego nya!" Sindir ku sinis dengan tatapan jutek ala-ala ku, tidak lupa ditambah dengan nada ketus ciri khas-ku.

"Mainnya sindir sindir ya sekarang! Itu juga karena salah lo bego!" Tangannya menggebrak bangku yang kami duduki, Namun salah satu tangannya mengenai salah satu kaki ku.

"Aw sakit! Kamu tau kaki ku ini sangat pegal bukan main! Awas sampai menyentuhnya lagi!" Ketusku.

"Eh sorry sorry ya, ga sengaja!"

"Nih minum air putih, pasti lo kelelahan" Menyodorkan botol air putih padaku.

"Pasti Ada maunya, cih!"

"Denger ya, gua itu ikhlas, tulus bantu lo, yaudah kalo lo emang ga mau!" Nyaris lelaki itu akan menegak botol minumannya.

"Eh tunggu, Aku mau!" Lalu dengan gesit, Aku  merebut botol minum darinya.

Aku langsung menegaknya saja. Sedangkan lelaki itu pun memandangiku dengat lekat, melihatku menegak air minum.

"Hati-Hati minumnya!" Pandangannya semakin lekat, ia sangat heran melihatku begitu kehausan. Sesekali ia tersenyum karena menurutnya Aku sangat lucu dengan wajah kehausan.

Lelaki itu mendekatkan tubuhnya padaku, dan yap..

"Aw sakit!" Ia berhasil menyolek kembali kakiku yang sudah sangat pegal itu.

Ia tertawa sangat puas sekali. Mataku membulat kesal.

"Dasar kamu! Benar-benar tidak ikhlas membantu! Kalau tau begitu ak--"

"Emm--"

Tiba-tiba Lelaki tersebut membungkam kembali mulutku.

"Ikut gue!"

"Mmm!" aku terus dibungkam dan berusaha melepaskan tangannya namun tak bisa.

Ia mencengkram tanganku lalu menarik tanganku paksa dan membawa ku lari entah kemana.

°°°


To Be Continued

Gimana ngeselin nggak sih part ini?
Votmentnya guys😍

Salam,

Author🖤

BERLIAN & MATAHARINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang