The Exam

41 6 0
                                    

"Deb, kau beli ponsel baru? Bukannya yang kemarin saja masih bagus?" tanya Denise padaku sebelum kami mengambil makan siang di kantin.

"Tentu saja. Ponsel yang kemarin itu memorinya sudah penuh makanya aku beli yang baru."

"Tapi ponsel yang kemarin masih bisa digunakan kan?"

"Bisa, hanya saja layarnya sudah pecah karena terjatuh."

"Wah, sayang sekali."

***

Jam pelajaran sudah berakhir dan kini adalah waktunya pulang. Aku sudah tak sabar untuk mengunduh beberapa game yang sedang terkenal di kalangan teman-temanku.

Sesampainya di rumah, kuraih ponselku dan mengorbankan beberapa MB kuotaku untuk mengunduh game. Setelah selesai terunduh, aku memainkannya hingga larut malam.

"Ah, bosan. Eh, tunggu. Besok kan ujian. Aduh bagaimana ini?" ujarku dengan panik.

"Di sekolah kan ujian menggunakan website, pasti bisa searching ketika mengerjakan soal. Tapi, selain itu aku juga harus menyiapkan contekan dari buku."

Dengan cepat, ku ambil buku di meja dan memotret beberapa materi yang akan keluar di ujian.

"Kukirim saja foto-foto ini ke Line lamaku. Kalau dilihat langsung dari galeri kan tercampur dengan foto-foto lain dan akan membuat pusing."

Tanpa beepikir panjang, kukirim semua foto yang kubutuhkan untuk ujian ke kontak Line di ponsel lamaku.

***

Esok datang begitu cepat. Aku sama sekali tidak mempersiapkan apa pun selain contekan.

"Ujian matematika kali ini tokennya GZXPPL," ujar pengawas.

Setelah login ke website dan masuk ke soal, aku baca terlebih dahulu soal yang pertama. Jawabannya apa ya? Aku sama sekali tidak tahu. Kubuka saja Line dan mencari kontak di ponsel lamaku dengan username Debbie Deb. Aha, rupanya ada.

Lalu, kubuka lagi website ujian untuk menjawab. Setelah itu, kubaca soal nomor dua dan aku sama sekali tidak tahu jawabannya. Kubuka Line-ku lagi.

"Aaahhhh!" Aku tak bisa menahan jeritanku. Siapa yang memainkan ponsel lamaku? Semua foto yang terkirim ternyata terbaca. Padahal sebelumnya hanya terkirim.

"Ada apa Debbie?" tanya pengawas padaku.

"T...tidak ada a...apa-apa."

"Lantas mengapa kau menjerit?"

"H...han..hanya ter...terkejut dengan soal yang sulit ini, hahaha."

"Ada-ada saja."

Tak lama, ada pesan masuk di Line. Hah? Dari kontak di ponsel lamaku? Sesungguhnya siapa yang memainkannnya? Di rumah sudah pasti tak ada siapa pun. Tidak ada seorang pun yang tahu password ponsel lamaku juga.

"Apa gunanya sekolah bertahun-tahun kalau ujian saja menyontek?"

Aku merinding ketakutan. Seketika, bulu kudukku berdiri semua. Lalu, aku blokir kontak lamaku itu. Ya, sekarang aku akan mengerjakan soal-soal ini semampuku.

Hola, guys. Kali ini bukan riddle, ya. Ini scarrystory yang sebenernya gak serem sih. Anyway, ini sebagai pengingat untuk kalian yang menjadikan nyontek sebagai hobi. Don't forget to leave your vomment, guys. I'll see ya in the next chapter🤗

Creepy Thirteen [Riddle+Short Scarry Stories]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang