in The Middle of Night

199 14 3
                                    

"Meskipun aku rela melakukan apapun agar kamu bisa kembali bersamaku?" suara itu membuat Mayne dan Joe kaget, mereka bisa melihat tubuh Bradley yang gemetar dan berusaha berdiri tegap dengan berpegangan ambang pintu.

"Brad, sudah! Lebih baik kamu kembali ke ranjangmu." Dean tentu berusaha meraih lengan Brad dan berniat membimbingnya untuk kembali, namun tentu saja Bradley menolaknya.

"Dean benar, Brad. Kau harus banyak istirahat." timpal Joe, yang sebenarnya agak khawatir karena Bradley menangkap basah percakapannya dan Mayne.

"Ayo Brad biar aku temani." Mayne pun menghampiri Bradley yang kini memunculkan wajah kecewanya.

"Bisakah kalian tidak memperlakukanku seperti orang sekarat? Aku mohon--" lirih Bradley seraya merosot karna dengkulnya sudah terasa begitu lemas.

"Brad, aku mohon jangan paksakan dirimu!" pinta Mayne pada Bradley yang bersikukuh untuk menepis semua tangan yang berusaha untuk meraihnya.

Bradley susah payah untuk bangkit dan berjalan menjauh dari semuanya, ia lelah, ia sudah sangat lelah diperlakukan seperti orang sekarat--meskipun sebenarnya memang seperti itu faktanya.

"Beri aku waktu untuk sendiri," suara Bradley terdengar pelan, ia lalu menutup rapat pintu kamarnya. Membuat Mayne dan Dean semakin khawatir dan berusaha untuk meminta izin Brad untuk masuk ke kamarnya, namun Joe mengatakan untuk mengabulkan permintaan Bradley yang meminta waktu untuk sendiri.

"Aku akan tetap disini, setidaknya harus ada salah satu dari kita yang tetap menjaganya. Dean tolong antarkan Mayne pulang sebentar, dia juga perlu beristirahat." akhirnya Joe angkat suara kembali setelah beberapa saat.

"Tidak perlu, biar aku yang tetap disini." jawab Mayne.

Samar dari dalam kamar, Bradley masih merasa terganggu dengan suara-suara mereka. Mau tidak mau ia segera meraih ponselnya dan mengetik sesuatu untuk Joe, Dean dan tentu saja Mayne.

"Pulanglah! Aku tidak butuh siapapun saat ini. Biarkan aku beristirahat dengan tenang untuk malam ini. Percayalah aku akan baik-baik saja." itu adalah pesan yang dikirim Bradley kepada mereka semua. Dan tentu saja tidak ada satupun dari mereka yang setuju.

Menyadari suara-suara diluar masih terdengar, Bradley terpaksa mengirimkan pesan kembali.

"Baiklah jika kalian tidak mau pergi karena khawatir aku akan mati sendirian, aku akan membiarkan satu perawat untuk tetap berjaga di sini. Aku akan membuka pintu kamarku setelah kalian pergi jadi perawat itu bisa memantau keadaanku. Aku mohon, aku hanya butuh waktu sebentar tanpa merasa dikhawatirkan oleh kalian. I promise, i'll be fine.."

Dan akhirnya, mau tidak mau mereka menyetujui permintaan itu.

I keep comin' back to that moment where it all fell apart
So, I try and drink my emotions 'til I can't feel my heartAnd I don't understand how you slipped through my hands?
And I do all I can to get you out of my head


hhhhh...hhhhh...

Nafas Bradley terdengar begitu berat bahkan setelah ia berbaring beberapa jam tanpa melakukan apapun, dan tanpa memejamkan mata sedikitpun.

"Shit!" umpatnya begitu merasakan dadanya semakin sesak seperti terhimpit sesuatu yang begitu berat. Bagaimana bisa ia yang tidak melakukan apapun bisa tiba-tiba merasakan sesak, dan itu membuatnya semakin sadar bahwa kondisinya se-ka-rat.

"Sus--" panggilan itu tertahan oleh nafas Bradley yang tercekat.

Sialnya, setelah mereka pergi dan perawat datang, Bradley lupa untuk membuka pintu kamarnya karena sibuk dengan keheningan dalam rebahnya dan kini ia bahkan tidak bisa bangkit dari ranjangnya saat ini karena tenaganya tersita untuk berusaha tetap bernafas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, Brad!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang