3. Regret

764 93 2
                                    

"Larilah sayang... Eomma mohon jangan disini... Lari"

"Tapi Eomma aku tidak bisa meninggalkanmu. Aku sudah kehilangan appa, aku juga tidak mau kehilanganmu" Ucap seorang gadis kecil disertai isakan tangisnya.

"Tidak, percayalah eomma. Eomma akan menjemputmu nanti. Sekarang larilah, bersembunyi, jangan sampai mereka menemukanmu" Wanita itu mengusap air mata di wajah gadis kecil itu, berusaha meyakinkan putrinya.

Ia juga tidak bisa menahan tangisnya lagi, nyawanya dan putrinya sedang terancam sekarang. Ia tidak peduli dengan dirinya, yang terpenting adalah putrinya ini.

"Oh apa ini upacara perpisahan dengan putrimu?" Sebuah suara menginterupsi ibu dan anak tersebut.

Keduanya terkejut lalu menengok ke sumber suara. Badan wanita itu bergetar. Ia cepat menarik gadis kecil itu kebelakang tubuhnya, takut kalau pria yang tak jauh darinya ini akan menyakiti putrinya.

"Jangan sakiti putriku" tegasnya.

"Wah! Wah! Joo Haejin-ssi, kau lanjutkan saja obrolanmu dengan putrimu untuk terakhir kali sebelum kau menyusul suamimu.

Dan untuk anakmu itu... Kau serahkan saja padaku. Haruskah kurawat dengan baik atau harus kulakukan sama seperti orang tuanya?" Pria itu mulai mendekat.

"Jangan mendekat brengsek!" Haejin berusaha untuk melindungi dirinya dan putrinya yang terus memeluknya dibelakang sambil menangis.

Haejin membalik tubuhnya menghadap putrinya, mengelap kembali air mata putrinya.

"Tzuyu-ya... Larilah sekarang. Eomma mohon. Kau harus melindungi dirimu sendiri" Bisiknya pelan.

"Tapi Eom—"

"Eomma mohon sekarang larilah. Sekarang sayang" Saat itu juga gadis itu langsung berlari meninggalkan ibunya dan pria asing yang tidak dikenalnya sama sekali.

"YHAA!!" Pria itu langsung mengeluarkan pistol disakunya dan langsung menembak wanita itu.

Suara tembakan tersebut membuat gadis itu kembali menoleh kebelakang. Dia menemukan ibunya tergeletak lemas dengan darah mengalir disekitar tubuhnya.

"EOMMAAAAA



AAAAA!!"

Tzuyu terbangun, menoleh ke kanan dan kekiri. Dia mengatur napasnya.

"Kejadian itu... Kenapa selalu muncul dimimpiku" Tzuyu memijat pelipisnya lalu menutup wajahnya, dan tak sadar cairan bening keluar dari sudut matanya.

★★★

Seperti rutinitas biasanya, Tzuyu sudah bersiap untuk kuliah. Ya, sudah 2 tahun berlalu dan sekarang Tzuyu sudah akan memasuki tahun kedua menjadi mahasiswa.

Dua tahun yang lalu saat Tzuyu berpikir tidak akan pernah bisa melanjutkan pendidikannya, ia mendapat kabar baik karena salah satu perguruan tinggi yang ia ikuti tes menghubunginya kalau ia lulus tes dan bisa masuk tanpa harus membayar uang awal.

Dan disinilah ia sekarang. Salah satu universitas ternama di Seoul. Saat ini Tzuyu tinggal sendiri karena melihat jarak rumah neneknya dan kampusnya yang bisa dibilang sangat cukup jauh. Jadi ia memutuskan untuk menyewa apartemen kecil yang tak jauh dari kampus. Dia sudah tidak terlalu khawatir lagi untuk meninggalkan neneknya karena ada tetangganya yang sangat baik. Seorang wanita berumur 45 keatas, dialah yang sekarang menjaga neneknya.

Tzuyu juga masih bekerja paruh waktu menjadi pelayan kafe. Bukan kafe yang sebelumnya, ia bekerja di kafe dekat pusat kota sekarang.

Saat ini sudah hampir pukul 5 Tzuyu masih dalam perjalanannya untuk pulang setelah dari kampus. Ia berjalan sambil sesekali ia melihat papan informasi disekitar pinggiran jalan berharap ada lowongan pekerjaan disana. Ia merasakan ponselnya bergetar, ia angkat panggilan itu yang ternyata dari tetangganya tersebut.

DALLUNAR || Jun X TzuyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang