Pagi yang cerah bisa menjadi pagi yang gelap.
Sore yang menabjukan dimana senja memperlihatkan keelokanya bisa menjadi sore suram.
Malam yang indah dimana bulan dan bintang bertaburan di langit bisa menjadi malan yang mencekam, bukan karena ada kuntilanak yang tertawa cekikikan atau tuyul yang suka keliling mencari uang jajan namun suasana rumah yang tidak harmonis bisa mempengaruhi suasana hati.
Seperti saat ini tangisan anak berumur 17 tahun menangis di pojok kamar dengan meratapi nasib yang baru saja menimpanya. Dimana Ayah anak tersebut meninggal karena kecelakaan saat pulang bekerja.
Seperti luka yang di siram air jeruk, perih!! Yaa itu yang di rasakan anak tersebut. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupanya kelak tanpa orangtua yang utuh.
Ia memikirkan nasib adiknya yang baru berumur 8bulan dimana adiknya belum merasakan pelukan hangat dari sang Ayah tercinta. Ia bertekad kelak ia ingin menjadi kakak yang baik sekaligus Ayah bagi adiknya, meskipun ia perempuan ia tidak ingin adiknya haus kasih sayang dari Ayahnya.
🐮🐮🐮🐮
Setelah ritual pemakaman sang Ayah , ia kembali ke kamar duduk di pojok kamar dimana ia lebih leluasa melihat kenangan yang di lakukan dengan sang Ayah.
Airmata kembali runtuh tanpa di cegah saat melihat foto keluarganya yang di pajang di kamar. mengelus pigora foto pelan dengan meramalkan doa agar sang Ayah tenang di sisi-Nya meskipun ia belum benar-benar ikhlas untuk di tinggal selamanya.
Sementara sang Bunda belum sadarkan diri dari pingsanya, sang Bunda sangat terpukul atas perginya sang suami.
Ia melihat sang Bunda sungguh miris, rambut yang biasanya tertata rapi kini berantakan seperti tidak terurus lalu pakaiannya yang lusuh karena untuk mengusap airmata yang tak kunjung reda di tambah muka pucat seperti orang sakit.Tetangga silih berdatangan guna mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya ayah tersebut. Para tetangga tidak mengira bahwa ayah tersebut pergi secepat itu.
Memang takdir bisa di ubah namun siapa yang bisa mengubah kematian.
🌊
Setelah meninggalnya sang Ayah kini menjadi gadis yang pendiam. Gadis yang biasanya di sapa dengan Zifana duduk di pojok dengan menelungkupkan kepala di lipatan tangan.
Kini ia kembali masuk sekolah setelah seminggu bolos. Kelas terasa ramai tapi sepi bagi Zifana. Ia berharap semoga bisa bahagia seperti yang lain tanpa beban.Sedikit mengintip di celah tanganya di pojokan para laki-laki membentuk lingkaran untuk melihat film blu meskipun masih kelas satu Smp mereka tak kalah omes dengan anak Sma, di dekat jendela ada segerombolan anak perempuan berfoto guna mencari spot foto yang bagus dan kelihatan glowing di kamera apalagi ini masih pagi dan sinar matahari masuk melalui celah jendela dan menjadikan foto cantik, ada juga yang berada di bangku belajar meskipun kelas kosong dan yang paling parah adalah membuat tik tak ala-ala romantis.
Mata Zifana terpaku melihat temanya bermain tik tak tertawa tanpa beban. Sudut bibit Zifana berkedut menahan senyum melihat kelakuan Pras dan Ital melakuan tik tak dengan heboh.
Kelakuan Pras dan Ital cukup menghibur suasana hati Zifana. Perlahan senyum Zifana surut dan menelungkupkan tangan kembali meskipun itu posisi yang menyebabkan leher keram tapi itu posisi yang nyaman untuk saat ini.
Kedatangan guru piket membuyarkan kegiatan teman-temanya, sorak tidak terima karena di suruh mengerjakan tugas dan harus di kumpulkan sekarang.
Perlahan Zifana mengeluarkan buku dalam tas tersebut, karena malas mengerjakan Zifana mencontek tugas teman sebangkunya.
"Kir nyontek dong tugas lo" ucap Zifana.
"bentar Fan gue baru ngerjain 3,sumpah yaa ini jawaban di sembunyiin dimana dah susah amat" padahal Zifana hanya berbicara mencontek tugasnya jawabannya hanya "ya atau tidak" tapi namanya perempuan pasti crewet seperti burung.
"yodah mana jawaban nomor satu dulu?" tanya Zifana.
"itu dihalaman sembilan belas yang atas sendiri"jawab Kirana.
"itu di jelasin atau di sebutin doang"tanya Zifana lagi.
"mager gue suruh jelasin jadi cuma gue sebutin" keluh Kirana.
"dikerjain aja jan suka ngeluh" sahut Ansu.
"iya bu hajahh.... "sewot Kirana.
Zifana diam tidak memperdulikan perdebatan antara Kirana dan Ansu dan fokus menyalin jawaban milik Kirana.
Biarlah mereka berdebat yang terpenting adalah tugas Zifana selesai dan tidak kena marah guru piket.✒✒✒✒✒
KAMU SEDANG MEMBACA
Z I F A N A
Teen FictionJangan lupa tersenyum di setiap keadaan meskipun sedih melanda. Jangan lupa tertawa meskipun air mata tak kunjung reda. Jangan lupa beryukur karena rezeki, jodoh dan maut sudah di atur. Jangan menangis karena masih ada alasan untuk tersenyum. Jan...