Kini Zifana di kantin dengan Kirana untuk mengantri sebungkul siomay. Bell istirahat sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu tapi masih saja Zifana dan Kirana belum mendapatkan yang mereka inginkan. Tak lama bibir Zifana mecebikan kesal sekarang menjadi senyum lebar karena mendapatkan kesempatan untuk meminta bantuan."Langit...!!!!" teriak Zifana dari bangku kantin yang di panggil hanya menoleh sekilas lalu melanjutkan mengantri membeli siomay yang tertunda.
"awas aja si langit kalau minta bantuan gak bakal lagi bantuin, enak aja masak mau nitip siomay doang gak mau" gerutu Zifana.
"dihhh gerutu teruuus kayak tawon madu tau gak, berisik!"ketus Kirana.
"yaa gimana Kir, kita makan apa terusan..
Lihat noh yang antri bakso aja rame, nohhh apalagi siomay pasti ramenya, kalau kita cuma beli minum satu jam perut kita udah keroncongan" ucap lirih Zifana."ntar pas pelajaran kita izin ke kebelakang trus ke kantin beli siomay"terang Kirana.
"aelahh ribet deh"keluh Zifana.
"yodahhhh gak usah makan"ketus Kirana.
"tapi gue laper, kan gue punya penyakit maag"
"salah sendiri penyakitan gitu"
"ehh salah sendiri gak makan"ralat Kirana karena takut Zifana akan ngambek.
"eh mau kemana Fan?"tanya Kirana.
"Zifana mana?" tanya Langit setelah tiba di bangku meja makan Zifana dan Kirana.
"itu ke kelas mungkin ngambek sama gue" Kirana menhendikan bahu tanda tidak tahu.
"kenapa ngambek?"tanya Langit.
"daritadi antri tapi gak dapet kesempatan buat ambil selalu kegencet soalnya lagi rame banget, nahh dia ngeluh punya sakit maag yaudah gue ngomong salah sendiri punya sakit,, tapi itu gue gak sengaja ngatain Dia penyakitan kok" terang Kirana kepada Langit.
"ohh, yodah ini gue beliin siomay buat lo"
"gue ke kelas nyamperin Zifana dulu kalau gitu"lanjut Langit.
Setiba di kelas Langit melihat Zifana menenggelamkan wajahnya di sela-sela kedua tanganya. Langit hanya geleng-geleng melihat Zifana yang sering ngambek hanya karena hal-hal sepele. Untung aja masih ngambek belum ngamuk bisa berape Kirana sama gue yang jadi sasaran empuk kemarahan Zifana batin Langit.
"Zifana..." panggil Langit pelan.
"Zif"
"Zif bangun gue bawain makanan nih" Langit menyodorkan sebungkus siomay di meja Zifana.
"dimakan ntar maag lo kambuh bentar lagi masuk kurang sepuluh menit lagi ini"
Omel Langit."ck berisik gue ngantuk pergi sana aelahhh" dengus Zifana.
"makan atau lo yang gue makan"ancam Langit.
"dihhh kanibal" dengan sewot Zifana mengambil sebungkus siomay lalu memakanya dengan lahap.
"nahh gitu dong kan gue gak sia-sia antri rebutan sama si Hana" terang Langit dan Hana adalah siswi kelas sebelah yang doyan sekali makan tetapi badan tidak gemuk, Hana akan ribut dengan orang jika ia tidak mendapatkan siomay kesukaanya.
" iyaa thanks udah beliin, di ganti kagak uangnya?" tanya Zifana.
"gak usahhh simpan aja uangnya di tabung buat nikah kita ntar" goda Langit.
"dengkulmu atos mas" dengus Zifana.
"yaelahhh gitu aja baper"balas Langit.
"yeee siapa juga yang baper sama lo"sewot Zifana, ntah hari ini ia sangat tidak mood mungkin ia akan kedatangan bulan.
"kalau gak baper kena jawabnya ketus gitu" Langit semakin menggoda Zifana karena kekesalan Zifana adalah kebahagiaan tersendiri.
"dahh lahh sana itu Bu Ika udah datang" Langit melihat Bu Ika masuk dengan menenteng buku pelajaran ia mendengus pelan karena malas mengikuti pelajaran.
Pelajaran berlangsung seperti biasa pasti ada biang rusuh yang susah di kendalikan tapi itulah masa abu-abu yang membuat berwarna.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Z I F A N A
Teen FictionJangan lupa tersenyum di setiap keadaan meskipun sedih melanda. Jangan lupa tertawa meskipun air mata tak kunjung reda. Jangan lupa beryukur karena rezeki, jodoh dan maut sudah di atur. Jangan menangis karena masih ada alasan untuk tersenyum. Jan...