"Hai Yerim, hari ini kau ada waktu?" Tanya seorang senior di kampusnya, Yerim menggeleng pelan seraya tersenyum.
"Maafkan aku senior, Sehun. Hari ini aku ada janji dengan kakak ku untuk makan siang bersama." Jawab Yerim.
Yerim kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran. Lagi dan lagi disana sudah mantan kekasih Yerim. Yah pria yang sang terobsesi pada Yerim, Mark Lee.
"Kenapa kau disini?" Tanya Yerim ketus.
Mark memasang senyum manis nya. "Menjemputmu. Seperti biasanya." Jawabnya.
Yerim mendengus sebal. "Bukankah aku sudah bilang kalau aku tidak mau bertemu denganmu lagi?"
"Yerim, aku ingin memperbaiki hubungan kita. Aku ingin memulai dengan awal yang baik." Jelas mark.
"Dengar tuan Lee, aku sudah muak dengan mu. Aku ingin sendiri sekarang. Tak puas kah kau membohongi ku dan menjadikan aku selingkuhan mu?!" Balas Yerim.
"Yerim aku minta maaf. Sudah memutuskan Lia, dia sangat posesif pada ku." Kata mark memegang tangan Yerim, namun anak bungsu Choi Siwon itu menghempaskan tangan Mark dengan kasar.
"Pergilah, aku muak melihat mu. Ah iya satu lagi. Aku sudah memaafkan mu. Permisi." Yerim berlalu dari hadapan Mark dengan raut wajah yang tak enak.
Ia menemukan kendaraan pribadinya dan langsung mengendarainya menjauh dari area parkir.
"Memutuskan hubungan katanya? Cihh dasar Playboy!" Umpat Yerim.
"Aku harap ke depannya nanti tidak bertemu dengan sosok pria tampan dengan julukan Playboy!" Sambung Yerim kesal.
Ia mengendarai mobilnya menuju kantor Seulgi. Tanpa ia sadari ada sebuah mobil sport hitam mengikutinya.
Tibalah Yerim di sebuah swalayan , ia ingin membeli beberapa camilan untuk teman mengobrol dengan kakak nya.
Ketika ia masuk kedalam swalayan, er dengar suara tembakan di dalam swalayan. Sontak semua orang yang ada di dalam swalayan tiarap dan ada tiga orang mengenakan pakaian serba hitam dan wajah mereka ditutupi topeng.
Yerim yang awal nya berdiri perlahan ikut berjongkok. Bahaya jika ia refleks mengeluarkan senjata api yang ia dapatkan dari Irene secara ilegal.
Ia melihat bagaimana si perampok itu mengancam si kasir untuk menyerahkan seluruh uang nya, dan juga pada pembeli di swalayan itu.
"Sialan! Ingin sekali aku menghabisi mereka." Gumam Yerim.
Yerim terus berjongkok hingga ada seorang pria berjaket kulit hitam yang ikut berjongkok disebelahnya. Ia melirik pria itu, dan
"Astaga! Kau membuatku kaget nona!" Protes pria itu berbisik.
"Ah maaf , ku kira kau kawanan mereka." Sahut Yerim.
Yerim kembali memandang tiga orang perampok itu, namun fokus nya teralih pada seorang anak kecil yang menangis ketakutan dibalik gendongan sang ayah.
Salah satu dari perampok itu menodongkan pisau pada pria yang menggendong anak kecil itu. Perampok itu juga berteriak pada anak kecil itu agar berhenti menangis.
"Jangan menangis!" Bentak nya.
Yerim geram, ia merogoh tas nya ingin meraih pistol nya, namun tangan nya dicegah oleh pria yang ada disamping nya.
"Kau-"
"Ssstt, jangan. Ini bukan saat nya main fisik. Si perampok itu tak akan melukai anak kecil itu." Kata pria itu.
Yerim melirik tajam pada pria itu. "Maaf tuan, tapi anak itu terus menangis ketakutan. Aku harus menghajar orang itu!" Yerim langsung berdiri dan menghampiri perampok itu.