Bulan berdiri di depan cermin. Melihat pantulan gambar dirinya. Membenahi jilbab yang dirasa kurang rapi lalu sedikit polesan lipstik berwarna nude kini menempel sempurna di bibir mungilnya. Wajahnya yang putih disapu dengan sedikit bedak.
"Bulan," teriak Arjuna dari luar kamar. Dia sudah siap dari tadi. Laki-laki tampan ini tak perlu susah payah dalam berdandan. Apa saja yang dipakai akan terlihat pas di badannya.
"Iya, sabaran dikit," seru Bulan. Agak sedikit bingung dengan kostum yang dikenakan, sudah sesuaikah dengan Arjuna. Ya, karena Bulan selalu merasa tidak pede jika berdampingan dengan Arjuna. Suaminya.
Lagi, ia mematut dirinya sebelum akhirnya menyemprot parfum dan bergegas keluar kamar. Arjuna terpana melihat wanita di depannya. Memakai kemeja tunik bermotif garis-garis dengan jilbab berwarna abu-abu rapi menutupi kepalanya. Sederhana, menampilkan iner beauty wanita itu.
"Nyonya Ratu, tuan sudah lumutan. Kelamaan nungguin nyonya ratu dandan. Silahkan masuk, Nyonya," canda Arjuna seraya memainkan tangannya bak pelayan menyambut tuannya.
Konyol. Satu garis bibir tertarik ke atas melihat tingkah suaminya itu.
Arjuna membukakan pintu mobil mempersilahkan istrinya masuk. Duduk berdampingan, membuat perasaan Bulan kian tak menentu. Debaran aneh menggelayuti jantungnya. Mobil mulai melaju membelah jalanan.
"Olivia, cantik ya? Kok nggak mau?" tanya Bulan. Pandangan matanya ke depan berucap tanpa menoleh Arjuna.
"Karena kami masih kerabat," jawab lelaki yang sedang fokus dengan kemudi. Bulan menoleh, tatapannya tajam sekarang.
"Jadi kalo bukan kerabat, mau gitu?"
Arjuna menggeleng. "Aku hanya menuruti kata hati. Dan hatiku tidak memilih dia. Lagian Papa punya maksud tertentu menjodohkan aku dengan Olivia," ucap Arjuna.
Bulan diam tidak melanjutkan pertanyaannya. Takut nanti suasana jadi berubah. Perjalanan menuju moll tidak terlalu jauh, tapi menjadi lama karena jalanan Jakarta yang macet.
"Juna, boleh aku bertanya sesuatu?"
Arjuna menoleh lalu mengangguk.
"Apa kamu benar-benar mencintai aku?" tanya Bulan. Kali ini nadanya serius dengan tatapan penuh harap, Bulan menginginkan kejujuran.
"Haruskah aku menjawabnya." Arjuna balik bertanya.
"Harus."
"Aku tidak akan menikahimu, jika tidak menyukaimu."
"Suka dengan cinta itu berbeda, Juna!" tegas Bulan dengan penuh penekanan.
Tatapan Arjuna yang tadinya lurus ke depan. Menoleh pelan ke arah Bulan, istrinya. Satu tangan kini menggenggam tangan wanita itu. Bulan terpaku, mereka saling menatap dalam keheningan.
"Lalu, kenapa di seminggu pernikahan kita, kamu belum juga memberikan hakku sebagai istri?" Pertanyaan yang selama beberapa hari ini dipendam akhirnya terucap. Sedetik kemudian Arjuna menepikan mobilnya. Memegang kedua tangan Bulan lalu menciumnya.
"Karena aku ...." Arjuna menatap Bulan lirih.
"Apa?"
"Apa cinta harus diukur dengan itu?"
Bulan menatap lelakinya itu bingung. Arjuna membathin. Maafkan aku telah dzolim kepadamu, Bulan. Tetapi percayalah sekarang kaulah ratu dalam hidupku. Sampai mati. Sampai maut memisahkan.
🌺🌺🌺
Setelah memarkirkan mobil, Arjuna dan Bulan melangkah masuk ke dalam mall. Keadaan tidak terlalu ramai. Mungkin karena ini adalah salah satu pusat perbelanjaan yang barang di dalamnya semua branded. Tidak semua orang mampu berbelanja di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan di Hati Arjuna [Proses Terbit]
RomanceMenikah karena cinta, tapi malah nggak disentuh sama sekali saat malam pertama. Ada apa ya? Baca aja biar nggak penasaran. Jangan lupa vote ya.