Matahari menampakkan sinarnya. Dari balik jendela hangatnya menyapa.
Arjuna pulang membawa 'benda keramat' titipan istrinya dan juga dua porsi bubur ayam untuk sarapan.
Dia sudah menata bubur ayam di atas meja, sebelum memberikan titipan istrinya.
Langkahnya kini mengarah ke dalam kamar, pandangannya tertuju kepada Bulan yang terduduk lemas di sudut ranjang.
"Bulan, kamu nggak apa-apa?" tanya laki-laki itu. Satu pack benda yang berbungkus plastik kini telah berpindah tangan. Lega rasanya. Seumur hidup baru kali ini dia mendapat tugas 'seberat' itu. Masih terbayang wajah kasir yang senyum-senyum sendiri, ketika dia hendak membayar barang beliannya itu.
Bulan menggeleng, masih merasakan nyeri di perut. Biasanya nyeri ini akan hilang di hari kedua. Dan tamu rutin ini akan pergi di hari kedelapan. Itu berarti ritual malam pertama akan tertunda kembali.
"Ayo kita sarapan," ajak Arjuna seraya menggandeng tangan Bulan.
"Kamu duluan aja. Aku mau mandi dulu."
"Ya sudah, aku tunggu di meja makan, ya." Arjuna berlalu.
Tiga puluh menit berlalu, lama juga Bulan melakukan pembersihan diri. Setelahnya, dia keluar dengan daster panjang, dan jilbab langsung pakai sederhana menutupi kepalanya. Meski begitu kecantikannya tetap terlihat.
Melihat dua mangkuk bubur ayam sudah tersaji di atas meja makan. Tapi belum ada minumannya.
"Kamu mau kopi atau teh?" tanyanya seraya memanaskan air di atas kompor.
"Teh."
Bulan mengisi dua gelas masing-masing berisi satu teh celup dan menambahnya dengan satu sendok gula ke dalamnya. Kemudian menuang air yang sudah mendidih.
Menit kemudian mereka menyantap sarapannya.
"Kamu nggak ngantor?" tanya Bulan.
"Mana bisa kerja, liat kamu begini."
"Aku nggak apa-apa kok. Kerja aja."
"Kamu mau aku teleponin Ibu, biar suruh ke sini?"
"Nggak usah, ntar Ibu cemas," ucap Bulan.
Bulan adalah anak sulung dari dua bersaudara, adiknya hanya terpaut umur dua tahun di bawahnya. Surya Prayoga, nama adiknya. Sekarang bekerja di anggota kepolisian, berdinas di luar kota.
Bulan merelakan tidak melanjutkan sekolah, agar adiknya dapat meraih cita-citanya sejak kecil.
Dia membuka usaha toko bunga yang dirintisnya dengan modal seadanya. Kini toko bunga itu sudah banyak pelanggannya.
Orang tua Bulan membuka warung makan kecil-kecilan di depan rumah mereka.Kesederhanaan yang membuat mereka dekat satu sama lain.
Sedangkan Arjuna anak tunggal. Sudah tampan, tajir lagi. Sempurna.
Papa Arjuna seorang pengusaha sukses. Mamanya juga memiliki usaha sendiri.
"Ya sudah kalo gitu, aku di rumah aja hari ini," ucap Arjuna sambil menyuapkan sesendok bubur ayam miliknya kepada Bulan.
Senyum terbingkai dari sudut bibir Bulan.
Dia dibuat jatuh cinta berkali-kali oleh lelaki di depannya itu.
Walaupun sampai saat ini belum memilikinya secara sempurna.
Dari dalam terdengar suara pintu diketuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rembulan di Hati Arjuna [Proses Terbit]
RomanceMenikah karena cinta, tapi malah nggak disentuh sama sekali saat malam pertama. Ada apa ya? Baca aja biar nggak penasaran. Jangan lupa vote ya.