Part 7

1.1K 48 2
                                    

Bulan membuka mata pelan. Lalu mengingat kejadian semalam. Senyumnya tidak dapat di sembunyikan. Detik kemudian dia mencubit tangannya sendiri. Aw ... sakit!

Ternyata itu nyata dia tidak sedang bermimpi.

Bulan menoleh ke arah samping, suaminya sudah bangun terlebih dulu. Suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi. Ada perasaan malu di dalam hati, wajahnya digelimangi senyuman. Semenit kemudian suara gemericik air tak terdengar lagi, itu pertanda orang di dalamnya sudah menyelesaikan kegiatan mandinya.

Bulan pura-pura kembali tidur, belum siap menatap wajah Arjuna. Langkah kaki itu mendekat lalu menyentuh bahu Bulan dan menggoyangnya pelan.

"Bulan, bangun yok. Bentar lagi subuh," ucap laki-laki itu pelan.

Bulan yang sebenarnya sudah bangun, mengerjapkan matanya pelan. Mencoba mengatur napas agar rasa kikuknya hilang.

"Iya," jawabnya singkat kemudian segera bangun dan tertatih menuju kamar mandi. Sekujur badan masih terasa pegal dan sesuatu yang masih terasa perih di bawah sana. Membuat Bulan melangkah agak pelan.

Setelah melakukan ritual malam pertama yang sempat tertunda, Bulan merasakan bahwa dia sekarang adalah istri seutuhnya. Pergulatan yang menggelora tadi malam, sungguh masih menyisakan perasaan malu karena sebelumnya Bulan yang menegaskan tentang hal itu. Seakan dia yang agresif dan memaksa laki-laki itu. Tapi setelahnya kenapa muncul perasaan canggung seperti ini. Ah ... Pria itu sukses membuat Bulan jatuh cinta setengah mati kepadanya.

Jantungnya masih berdebar ketika ke luar dari kamar mandi, ternyata Arjuna berdiri menunggu di depan pintu.

"Kok lama!" serunya sambil tersenyum. Senyum nakal yang di kulum. Bulan menundukkan wajah, entah mengapa dia canggung sekali.

Mengapa debaran aneh ini terus menghinggapi padahal kejadian semalam adalah yang seharusnya dilakukan setiap pasangan suami istri.

Bulan tersenyum malu-malu, tanpa menjawab dia berjalan menuju lemari. Mengambil baju gamis polos berwarna kuning dan jilbab berwarna abu.

Melihat Arjuna yang duduk di tepian ranjang, Bulan memutar bola mata. "Juna, kamu ke luar dulu dong!" serunya.

Arjuna menatap perempuan itu dengan senyum yang masih bertengger di wajahnya. "Kenapa, sih?"

"Aku mau pakai baju, nih," ucap Bulan seraya menunjukkan baju yang ia pegang.

"Pakai aja, emang kenapa kalo aku di sini?" tanyanya dengan senyum nakal.

Iya, iya, iya. Seharusnya Bulan tidak harus malu seperti ini. Bukankah semalam semua miliknya telah dilihat oleh laki-laki itu. Luar dan dalam.

Bulan masih terdiam kemudian dia melangkah masuk kamar mandi kembali. Belum sempat pintu ditutup, Arjuna menghentikannya. "Iya, aku keluar," ucapnya masih tidak lepas dari senyuman dan tawa kecil.

Arjuna ke luar pelan sambil memperhatikan wajah istrinya yang merona. Bulan mengerucutkan bibir tipisnya.

Setelah berpakaian, Bulan ke luar kamar. Dipanggilnya Arjuna untuk shalat berjamaah.

"Juna, ayo. Sudah dekat azan subuh," ucap Bulan seraya membuang napas pelan.

"Sudah selesai? Aku jama'ahan di masjid ya!" seru Arjuna yang sudah siap dengan sarung dan peci.

Bulan mengangguk pelan. Arjuna ke luar menuju masjid. Masjid yang berjarak tidak jauh dari rumahnya.

Sinar matahari menyelinap masuk dari celah gorden, kehangatannya memberi semangat kepada Bulan yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Wajahnya semringah.

Rembulan di Hati Arjuna [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang