Killing Instinct

336 32 6
                                    

Kejadian di sekolah tadi telah menyebar kemana-mana,penyebab utamanya ialah Rizky,banyak siswa yang mengkritik guru agar di skorsing,namun guru-guru tidak terlalu mempermasalahkannya kerana diketahui Rizky merupakan anak dari anggota DPR setempat,namun meskipun anak pejabat bukan berarti mereka akan kebal hukum.

Ali tengah menikmati udara segar di taman,suasana yang tenang di bawah pohon rindang membuat seolah-olah Ali di bawa terbang oleh suasana.

"Hmm...Rizky si anak b*****t yang selalu bikin masalah,bahkan bisa di bilang lebih menyebalkan daripada Rudy." Ali berdecak kesal saat wajah Rizky selalu terngiang dikepala nya.Ingin sekali rasanya ia membunuh Rizky dengan kaliber .50 yang tersedia di markas.

"Meratapi nasib?"Ali menoleh ke sumber suara yang berada di belakangnya.

"Kak Zenito,ngapain kakak kesini?" tanya Ali.

"Tiap sore aku kesini,lu aja yang ga tau kesini padahal cuman deket kos kosan." Jawab Zenito.

Zenito pun duduk disamping Ali sambil menyilangkan kakinya.

"Aku yakin kamu masih dendam dengan Rizky itu!"

"Huh...sampah masyarakat itu,bapaknya yang mewakili rakyat,kalau dia yang mewakili setan!" gerutu Ali.

"Aku ngerti perasaanmu sekarang Ali,terinjak,malu,marah,dendam,dan insting membunuh mu sebentar lagi akan muncul jika Rizky terus mengganggu mu!" Ali memandang Zenito dengan tatapan tak percaya,kenapa Zenito harus mengatakan insting membunuh?

"Insting membunuh?"

"Semua satuan baret hitam atau ECT,telah memiliki insting membunuh sejak dia hadir ke dunia ini,kita ambil contoh kak Bayashi,waktu dia Sd ia membunuh seorang polisi korup,dengan Katana milik ayahnya,hanya dengan sekali tebas di bagian leher." Ali pun menelan ludah gugup,ternyata Zenito mengetahui banyak tentang masa lalu para agen.

"Ada tiga golongan agen di ECT,yang pertama mereka terpilih kerana sangat loyal kepada bangsa dan negara mereka,yang kedua kerana kemampuan mereka diatas rata-rata agen biasa,dan yang ketiga kerana mereka agen yang sangat haus akan darah!"

Ali pun memakan sebuah permen karet guna menghilangkan kegugupan nya.

"Lalu kenapa kakak bilang kalo aku termasuk golongan agen yang haus darah?" tanya Ali.

"Kau ingat saat memukul Rizky?"

Ali hanya menganggukan kepalanya pelan.

"Kau memukulinya secara membabi buta,dan disaat itu pula kau ingin menghancurkan tulang rusuk Rizky dengan melakukan tendangan yang diajarkan kak Adam itu!"

"Tapi aku emosi..." tepis Ali.

"Ya kau emosi,kak Adam bilang pada kita,tendangan itu dapat menyebabkan keretakan pada tulang rusuk,sesak nafas,kerusakan pada organ tubuh,dan kematian." Ali menganga tak percaya,ia sebenarnya tahu bahwa tendangan itu memang sangat berbahaya,tapi kenapa tiba-tiba saja ia ingin sekali melakukan tendangan itu terhadap Rizky.

"Kita semuanya memiliki insting membunuh Ali,tapi kau sangat tidak stabil waktu itu,jika kau akan membunuh Rizky.... "

"Aku mendukungmu!"

Mendengar ucapan Zenito,Ali ternganga tak percaya,apakah Zenito hanya bercanda?

"Kakak bercanda ya?" sahut Ali.

"Siapa yang bercanda,kita akan membunuhnya di waktu yang tepat!"

"Maksud kakak?"

"Aku yakin di masa depan nanti Rizky hanya akan jadi musuh masyarakat yang harus dihancurkan untuk ketenangan NKRI ini!"

"boleh kutanya kan sesuatu?" Zenito pun mengangguk sebagai jawabannya.

"Kenapa....Kenapa aku harus jauh dari keluarga ku,pertama ibuku meninggal kerana menjadi korban penembakan,sekarang aku harus jauh dari ayahku.Kenapa?" Nada bicara Ali mulai melemah,airmata kesedihan tak bisa tertahankan lagi.Zenito selaku seniornya mencoba untuk menenangkan Ali.

"Jauh dari orangtua memang menyakitkan,tetapi tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua lah yang menyakitkan Ali.Allah selalu memiliki rencana yang indah bagi hamba hambanya yang setia,kau jangan menyesali semuanya,jalan akan selalu ada hanya saja kabut yang menutupi.Kau harus percaya." Zenito mencoba meyakinkan Ali bahwa masih tuhan masih memiliki rencana yang baik untuk dirinya.

Ali pun menenangkan dirinya sendiri,kini ia merasa lega,masih ada sosok yang mau memotivasi dirinya.

"Makasih kak udah kasih motivasi!" ucap Ali.

"Udah setengah tiga, aku harus ke markas!" ucap Zenito sambil melihati arloji nya.

"Memang kakak mau ngapain ke markas!" tanya Ali.

"Itu ngelatih si siapa... Muthia, calon Ace selanjutnya!" Jawab Zenito. "Yaudah duluan ya!" sambungnya.

Zenito pun segera menghilang dari hadapan Ali, dan setelah Zenito menghilang, muncullah sesosok Alicia yang tengah bersepeda.

"Itu Ali ya? " Lantas Alicia langsung memberhentikan sepedanya di dekat kursi yang diduduki Ali, dengan perasaan gugup setengah mati Alicia nekat mendekati Ali.

"Ali.."

"Kamu sendiri Yah? " tanya Alicia yang masih gugup.

"Ya...bisa dilihat, tumben kamu kesini?" ucapan Ali membuat Alicia tertawa kecil, bukannya selama ini Ali yang jarang ke taman.

"Haduh... Kamu ini, tiap hari aku tu sepedaan di taman, kamunya aja yang ga pernah ketaman! " Jelas Alicia.

"Ooh... Iya ya, aku malahan anaknya kaya kurang sosial gitu, cuman mendekam dalam kos kosan aja!" Ali terkekeh malu mengetahui dirinya tidak pernah keluar kosan.

"Ali, aku mau ngomong sesuatu."

"Ngomong apa? " Ali pun memperhatikan Alicia serius, tidak pernah Alicia seserius ini sebelumnya.

"Sebenarnya..."

"Sebenarnya apa? "

"Sebenarnya kamu, dimasukkan ke dalam daftar target utama Seven Waves!" ucapan Alicia seketika membuat Ali mati, sudah menjadi resiko bahwa ia akan menjadi target utama musuh.

"Apa..."

To be continued...

Ejen Ali, War is Begin (Part 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang