Selamat menikmati:)
***
Rion menekuk wajahnya saat Azka membentuk jari jemari tangan nya. "Tiga-kosong, coy!" ujar Azka lalu terbahak puas melihat wajah asem Rion.
"Huaaaaa, kok gue kalah terus sih?!" teriak Rion frustasi sambil mengacak rambutnya kesal.
Azka mengangkat bahu nya acuh. Lalu ia meraih stick PS yang tergeletak tak jauh dari nya. "Memang ditakdirkan kali, lo selalu berada dibawah gue," ledek Azka yang membuat Rion semakin memasang wajah masamnya.
"Kampreto!" Rion melempar bantal sofa yang berada dijangkauan nya kearah Azka yang mulai memainkan PS.
Kesal, karna permainan nya diganggu Azka mem-pause permainannya, dan melempar kembali bantal yang dilemparkan Rion. Dan itu berhasil membuat kepala Rion terhuyung.
Saat melihat Rion ingin kembali melemparnya, Azka dengan segera memelototi nya. "Udah, ah. Kek bocah, anjir."
Rion mengerucutkan bibir nya melihat Azka kembali asik di dunia PS. Ia mehempaskan bantal nya dengan kasar lalu merebahkan diri.
"Wuihh, siapa nih yang menang?" seru seseorang. Lelaki itu berjalan menghampiri Rion yang rebahan dengan wajah yang ia tutupi telapak tangan. Dan Azka yang asik memainkan PS.
Azka menoleh sekilas sebelum lanjut memainkan PS nya. "Ck, masa lo ga tau siapa yang menang," ucap Azka songong.
Mendengar ucapan Azka sontak saja membuat Rion bangun dari tiduran nya. "Songong, banget jadi orang," sahut Rion tak terima.
Lelaki yang baru datang tadi tertawa melihat dua orang yang ribut hanya karna permainan PS. "Udah, udah. Ribut mulu lo pada," ujar nya menengahi pertengkaran yang sebentar lagi meledak.
Rion mendengus dan bersedekap dada. "Dia duluan!" elak Rion.
Azka hanya terkekeh sinis mendengar nya. Ia kembali bermain PS yang sempat ia pause tadi.
"Ckckck, kek bocah emang. Bosen gue, nih. Keluar, yok?" tawar Gandhi menunduk menatap dua orang dibawah nya-karna saat ini ia berdiri dengan berkacak pinggang.
Mendengar itu Rion mengalihkan perhatiannya kearah Gandhi. "Traktiran adakan?"
Pletak!
"Sumpret! Sakit ini." Rion mengelus kepala nya yang terkena 'elusan kasih sayang' dari Gandhi.
"Traktiran aja lo yang cepet. Yodah, gue traktir makan, doang," putus Gandhi akhirnya mengalah memberikan traktiran pada kedua sahabat nya ini. Dari pada ia mati kebosanan dirumah. Sedari tadi ia dikacangin dua makhluk ini yang lagi main PS. Jadi dia memilih untuk nonton film saja diruang keluarga. Karna TV dikamarnya dipakai dua orang ini bermain PS.
Wajah Rion langsung berseri. Matanya berbinar menatap Gandhi. Ia bahkan langsung berdiri. "Nah, gini nih, sahabat gue," seru nya dengan cengiran khas lelaki itu.
Gandhi mendelik sebal. Ia beralih menatap Azka yang masih asik didunia sendiri. "Ka, lo ikut kagak?"
"Hah?" Azka tak mengalihkan pandangan nya dari layar TV. Ia bertanya kembali karna terlalu fokus, mungkin membuat ia tak terlalu mendengar jelas panggilan Gandhi.
"Lo ikut nggak? Gue mau keluar nih. Bosen," ujar Gandhi.
"Oh, oke. Gue ikut. Tungguin, matiin sama beresin ini bentar." Azka mulai mematikan permainan PS nya. Dan mulai membereskan barang-barang yang terlihat berserakan.
"Good." Gandhi mengacungkan jempolnya. Memang diantara mereka bertiga yang rajin bersih-bersih dan tak tahan dengan keadaan sekitar yang berantakan memang hanya Azka saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only The Wrong Time
Teen Fiction[Follow dulu baru baca.] Jangan lupa tinggalkan jejak!😉 _______________________________________ Mungkin menjadi Aleta adalah suatu impian banyak para gadis-gadis. Yap, bagaimana tidak? Memiliki kekasih yang sayang sama dirinya, dengan paras rupawan...