Apa yang akan kalian lakukan jika melihat seseorang terkapar tidak berdaya di depan sebuah toko? Terlebih, toko itu adalah toko yang sedang kalian kelola saat ini.
Kalian mungkin akan dihadapkan pada dua opsi: membawanya masuk, atau membiarkannya kedinginan diterpa derasnya hujan.
Mana yang akan kalian pilih?
🌻🌻🌻
GEMERICIK air yang berjatuhan membasahi permukaan benda terdengar sahut-menyahut di telinga Inara. Beberapa menit yang lalu, hujan gerimis kembali turun. Rintiknya semakin lama kian menderas, membasahi semua benda yang dikenainya.
Inara Clarissa, gadis yang mengenakan celemek putih bergambar bunga matahari, berjalan menuju pintu kaca bening sambil menenteng kantong plastik hitam berisikan sampah yang telah dikumpulkan. Aroma mawar merah yang lembut dan manis bercampur dengan aroma melati putih yang menyegarkan memenuhi udara di toko bunga "Sunbeam Florist". Dia baru saja membersihkan dedaunan kering dan sisa-sisa potongan pita serta kertas yang berceceran di lantai tokonya.
Keadaan sekitar toko masih terlihat sepi. Lampu-lampu dengan tiang panjang melengkung masih menyala di sepanjang bentang jalan, menciptakan bayangan yang menari-nari di atas genangan air. Mata Inara menangkap beberapa mobil melaju hilir mudik, menerobos derasnya hujan. Suara mesin mobil bercampur dengan suara tetesan air yang menghantam atap toko menciptakan irama yang aneh, seperti lagu sendu yang dimainkan secara acak.
Gadis itu menaruh sebentar kantong plastik yang dipegangnya untuk membuka payung kuning yang sempat dia ambil dari keranjang payung di samping pintu kaca. Cahaya lampu jalan memantulkan warna-warna di atas payung kuningnya, menimbulkan gambaran yang kontras dengan warna abu-abu dari hujan yang turun dengan lebatnya.
Inara menerobos hujan dengan payung kuning yang terbuka. Rintik hujan yang terus turun membuat suara berdesir di permukaan payung, memberikan ritme yang sama dengan langkah kakinya.
Hujan belakangan ini sering menerpa kota tanpa mengenal waktu, mungkin karena sudah memasuki penghujung tahun. Dengan langkah cepat, gadis itu berlari kecil menghampiri tong sampah yang terletak di samping toko.
"Astaga, udaranya dingin banget," gumam Inara, merasakan kehangatan tubuhnya terserap oleh dinginnya udara sekitar. Bulu halus di kulitnya seketika merinding saat hembusan angin menusuk kulitnya yang terbuka. Dia sedikit menggigil, berusaha menyesuaikan diri dengan suhu yang semakin menurun.
Inara mengernyitkan keningnya sebagai reaksi alami terhadap dingin yang menusuk. Ia tidak ingin berlama-lama berada di luar dengan udara sekeras ini. Setelah membuang plastik sampah ke dalam tong sampah, Inara bergegas kembali ke dalam toko untuk berlindung dari cuaca yang semakin dingin. Namun, langkahnya terhenti mendadak saat matanya menangkap sesosok pria yang duduk di depan tokonya.
Pria itu terlihat mengenakan kemeja biru tua yang basah kuyup, rambutnya tampak berantakan oleh hujan.
Sejak kapan orang itu ada di sana? Mengapa Inara baru menyadari keberadaan orang itu? Terlebih lagi, wajah pria itu tampak samar dalam cahaya lampu jalan yang remang-remang.
"Apa yang dia lakukan di tengah hujan deras seperti ini?" gumam Inara bertanya-tanya, perasaan bimbang mulai menghantuinya. Apakah dia membutuhkan bantuan? Atau justru dia adalah orang yang mencurigakan? Seorang preman misalnya?
Inara merasakan detak jantungnya mulai berpacu. Bagaimana jika dia mendekat dan mengajaknya berbicara? Namun, Inara juga tidak ingin berada di luar toko lebih lama dan membiarkan dirinya terpapar dingin yang menusuk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower : A Missing Light
General FictionBerawal dari rasa iba, perlahan tumbuh menjadi rasa suka, yang semakin membesar menjadi rasa cinta, namun pada akhirnya harus terluka. _______ _______ _______ _______ Dia, Adit. Pria pencandu alkohol yang entah bagaimana ceritanya Inara bisa jatuh c...