Part 7 : Hari Bahagia

12 1 0
                                    

Assalamualaikum semua ketemu lagi kita😊 jgn bosen" yah baca cerita aku😆

Pagi hari yang cerah, mentari yang sudah bangun dan menjalani tugasnya kembali serta dimulai nya aktivitas setiap umat yang ada dimuka bumi ini. Cahaya yang terang menerobos masuk ke dalam cela-cela jendela ku. Aku terbangun dengan mata yang sembab, setelah apa yang kualami kemarin biarlah itu menjadi pembelajaran untukku.

Hari ini adalah hari minggu semua murid libur dan biasanya menghabiskan waktu mereka untuk pergi jalan-jalan dengan teman namun lain halnya dengan cila dia lebih memilih untuk berdiam diri  dirumah, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan satu lagi yang terpenting yakni membuat prakraya baru.

"Cila kamu udah bangun? ingat apa yang kk bilang kemarin itu semua untuk kebaikan kamu sendiri"

"Iya"

"Jangan iya-iya aja tapi lakuin" kata kak putri dengan tegas.

Aku hanya menjawab dengan anggukan, rasanya memori yang kemarin terputar lagi didalam kepalaku, sorot mata kak putri yang begitu tajam telintas lagi didalam pikiranku dan jangan sampai aku mengeluarkan cairan bening lagi dari mataku untuk sekian kalinya.

~flashbackon~

Setelah aku menunggu cukup lama kak putri pulang untuk bercerita apa yang terjadi namun ekspetasi tak sesuai dengan realita. Apa yang aku harapkan sangat jauh berbeda dengan apa yang terjadi.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang dan bertepatan dengan itu suara motor terdengar ditelingaku mungkin saja itu kak putri, aku mengeceknya dan benar itu kak putri, dia langsung memasuki motornya kedalam garasi rumah dan langsung menghampiriku.

"Cila kenapa mata kamu?"

Aku hanya menggelengkan kepala. Namun dia tau apa yang ada didalam kepalaku.

"Cerita dengan kakak nanti dikamar"

I-bu yang hanya fokus dengan memasak tak menghiraukan percakapan kami, lalu kak putri bertanya dengan beliau masakan apa yang sedang dia buat, dia menjawab

"Ibu memasak sayur asem, tempe goreng, ikan asin, dan sambal terasi."

Setelah mendapat jawaban dia hanya berkata kalau itu adalah masakan kesukaan mereka. Setelah itu kak putri langsung izin keatas untuk berganti baju dan aku menyusul nya dari belakang dikarenakan aku sudah selesai membantu i-bu memasak, kata beliau aku hanya perlu mengupas bawang dan memotong tempe saja.

Didalam kamar aku mulai membuka suara dan aku menceritakan apa yang terjadi tadi. Lalu dia melihat prakarya ku tadi, mengambilnya dan mengangkat nya keatas. Alisnya mulai berkerut menampilkan keheranan.

"Cuma gara-gara ini kamu menangis?"
Matanya melotot kearahku sambil melihat ke arah prakarya dengan heran.

Aku terkejut apa yang kuharapkan semua sirna. Badan ku gemetaran dan mataku sudah berkaca".

"Kamu ini cengeng banget sih masa cuma gara-gara prakarya kamu menangis. Lagipula kamu kok lemah banget mau nya aja dihina-hina! Jadi cewek itu jangan lemah kalo mreka neriakin ya teriakin balik kok kamu malah diem aja sih!"

Aku semakin terkejut air mata sudah mulai mengalir lagi, aku tak percaya kalo didepanku ini benar" kk putri. Kenapa dia begitu tega. Dia memarahiku selalu menyebutku bahwa aku begitu lemah dan rapuh.

Aku tau kalau aku lemah tapi tak bisa kah satu orang saja yang mengerti perasaan aku. Tak bisakah kalian mengerti apa yang aku rasakan tadi. Enak emang jika hanya berbicara namun yang ngerasain siapa yang ngalami nya siapa dan kalian juga tahu jika aku orang yang begitu takut. Tak bisa kah satu orang saja menemani ku untuk menyebrang, melewati masalah ini dan melupakan apa yang terjadi. Aku butuh gandengan untuk bisa menyebrang dengan selamat. Ya memang benar jika aku belum bisa menyebrang sendirian, belum bisa menyelesaikan masalah sendirian.

A Lonely Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang