Part 4 : Why with my life?

26 8 0
                                    

Hari" kulalui seperti biasanya tidak ad yg berubah sudah kubilang kehidupan ku memang gitu" aja gk ad yg menarik.

Karena hari ini hari minggu jadi sudah jadwal ny ayahku kesini, sudah kukatakan setiap seminggu sekali ayahku pulang. Tepatnya disini di ruang tv seorang lelaki paruh baya berbicara dgnku dgn rasa khawatir.

"Dek, kamu ngak papa kan kalau punya adik? "

sontak aku terkejut bukan main, seketika perasaan ku campur aduk aku kesal, marah, kecewa, sedih itu semua melebur jadi satu tak kusangka secepat itukah aku akan mempunyai anggota keluarga baru lgi.

Apakah ayah benar" melupakan ibu??

Apakah ayah tidak mencintai ibu lagi?

Apakah ayah tidak berpikir jika ibu bakal menangis disana?

Tak terasa air mataku sudah jatuh, aku langsung kekamar tanpa menjawab pertanyaan beliau tsb.
Aku menutup pintu cukup keras karena sudah tak tahan lgi dgn semua ini.
Lagi" aku menangis dlm diam itulah kebiasaanku menangis tanpa suara,  suara ketukan terdengar ditelingaku
dan itu ayah
"Cila ayah boleh masuk? kita ngomong baik-baik dulu"
hening tidak ad jawaban dariku

"Yah kenapa cila? "

"Mungkin dia terkejut ketika ayah bilang soal punya adik, coba kamu ngomong sama adik kamu put jelaskan semuanya"
Kak putri hanya menjawab dgn anggukan

"Cila kk boleh masuk ya" sambil membuka pintu perlahan

"Kamu kenapa kok nangis"

Aku merubah posisiku dri yg tengkurap jdi duduk ditepi kasur dan menatap lekat bola mata hitam milik kakak ku

"Ngak papa kok kak" aku ingin marah, kesal rasanya ingin membentak semua orang tapi inilah diriku aku hanya bisa diam..diam dan memendam rasa kecewa dan amarah ini yg aku tutupi dgn senyuman

"Hmm kakak tau kamu sedih tapi kamu tau nggak dek ad cerita seekor kerbau yg ingin terbang"

"Hah mana ad lh kak cerita begituan ya kali kerbau terbang nggak kebawa lah nanti" sambil mengerutkan dahi heran

"Itu kamu tau dek kerbau aja nggak bisa ngerubah takdir untuk bisa menjadi burung yang mempunyai sayap dan bisa terbang begitupun kmu dek, kamu nggak bisa terus-terusan menangis seolah-olah kamu nggak terima takdir yg udh direncanakan Allah percaya lah Dia sdh merencanakan apa yg benar-benar terbaik buat kita. Jadi kakak harap kamu bisa menerima kenyataan bahwa kita nanti bakalan kedatangan adik kecil yg lucu" sambil mencubit pipiku

"Duhh sakit kak"

"Gitu dong jgn nangis lgi lah, semenjak ibu dan nenek meninggal kakak liat akhir-akhir ini kamu sering banget murung. Ayo dong jgn gitu kasian ibu nanti kepikiran loh disana"

"Ekhm iya kak, cila janji bakalan jarang nangis lagi" ujarku meyakinkan

"Jadi gadis kecil ayah nggak lgi nih marah" ternyata ayahku masih di dekat pintu mendengar semua percakapan kami tadi.

Aku hanya tersenyum entah mengapa hati ini masih belum siap untuk menerima anggota baru lagi didalam kehidupanku

***
Setelah aku menangis untuk kesekian kalinya, kegiatan ku kembali seperti biasanya yakni menyapu, mengepel, mencuci baju dan piring jangan salah paham ini semua inisiatif ku tanpa dipaksa dan juga aku bagi tugas dgn kak putri jdi ny tidak terlalu berat.

Aku sudah membiasakan diri untuk memanggilnya ibu walaupun canggung tpi tetap kulakukan. Lagipula sebentar lagi akan ada makhluk kecil yg membuat rumah tua ini menjadi ramai. Aku masih bertanya" ketika dia lahir apakah ayah masih menyayangi kami? Akankah ayah pilih kasih nantinya? Hmm.. Kuharap tidak

"Ayah siang ini mau makan apa?" tanya i-bu ku

"Ehmm masak pindang tulang aja bu" yaps makanan itu adalah menu terfavorit ayahku setiap pulang kesini dia selalu minta untuk dimasakkan pindang tulang.

Melihat beliau dan ayahku akrab hatiku rasanya teriris kembali, bagaimana bisa wanita yg tidak kukenal sama sekali bisa hadir dikehidupan keluarga kami. Orang yg tak aku kenal sama sekali tiba" saja sudah menjadi ibu tiri ku. Ya kehidupan adlah kehidupan jalani saja alurnya, mungkin Allah mengambil ibuku begitu cepat agar aku bisa menjadi anak yg mandiri dan tidak manja.

Jika suatu hari itu tiba dimana adikku nanti lahir aku harap ibu tiriku tidak pilih kasih dan begitupun dgn ayahku.

***
Siang berganti menjadi sore lalu sore berganti menjadi malam dan malam pun berganti menjadi pagi.

Hari pun sudah berganti menjadi senin, pada jam 3 dini hari ayahku pulang menggunakan mobilnya ke Palembang untuk bekerja disana beliau ditemani dgn kakak ku nomor dua yg bernama Dimas.

Karena ini hari senin dan jam sudah menunjukkan angka 05.30 aku langsung bersiap untuk bersekolah. Oh iya aku pergi dan pulang sekolah menggunakan mobil sateran. Ada yg bilang klo pakai antar jemputan mobil itu enak tpi bagiku itu tidak enak karena.. Aku sering dibuly, diremehkan bahkan tidak dianggap seolah" aku hanya dianggap patung yg dihidup sama mereka.

Memang benar sih kalo aku tidak disuruh" tpi apa kalian pernah merasakan dikucilkan tanpa sebab, selalu menjadi bahan tertawaan walaupun org yg bersangkutan ada di dpn mata, selalu disindir" padahal aku tidak salah sebenernya kenapa dgn diriku Apakah aku cacat? Kurasa tidak semua alat inderaku lengkap dan anggota tubuhku juga lengkap
Apakah badanku yg besar?jadinya membuat tempat duduk mreka sempit? Dan jawabannya tidak ya timbangan ku hanya 45kg bayangkan itu tidak besar bukan?

Lalu mengapa mereka selalu seperti itu? Kurasa karena sifatku yg terlalu pendiam dan mungkin itu sebabnya yg menjadikan ku bahan leluconan mereka.

Aku berbohong kpd ibuku kalau aku baik" saja jika ikut mobil langganan, ketika aku turun dari mobil dan sudah sampai dirumahku aku turun dgn raut senyuman berbohong jika aku merasa bahagia didalam mobil tsb. Nyatanya hal yg paling menyedihkan daripada dibenci ialah tidak dianggap. Itu sungguh" amat pedih.

Aku sudah berusaha untuk berbaur dgn mereka namun mereka yg seperti nya terpaksa untuk mengobrol dgnku jadinya aku yg menjauh. Lagipula aku tidak semasukan dgn mereka seolah" sepeti kutub magnet yg sejenis apabila didekatkan akan saling tolak menolak.

Tapi setidaknya janganlah seperti itu!
Aku tidak suka jika diabaikan, semua org juga tidk suka jika sedang berbicara namun diabaikan.

Karena aku tidak akan pernah mengabaikan org lain karena aku sudah merasakan bagaimana rasanya tidak dianggap, diremehkan, diabaikan, menjadi bahan lelucon maka dari itu aku berusaha tidak akan pernah mengabaikan seseorang walaupun org tsb sedang marah kepd diriku aku tetap berusaha untuk tidak mengabaikan nya.

Dan ketika aku berbuat seperti itu... nyatanya kebaikanku hanya dimanfaatkan oleh orang lain.

Kenapa hidupku begitu menyedihkan???

Apakah aku yg kurang bersyukur??

Tapi aku bukan malaikat, aku hanya manusia biasa punya perasaan, punya kesalahan, dan memiliki batas kesabaran. Mungkin mereka adalah orang yg akan aku tunjukkan bahwa seorang introvert juga bisa menjadi sukses.

 Mungkin mereka adalah orang yg akan aku tunjukkan bahwa seorang introvert juga bisa menjadi sukses

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Next?

Jangan lupa tanda bintangnya ditekan 🙏
Luv kalian semua ❤❤

A Lonely Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang