26

169 29 0
                                    

26 days left... 

Friday.

Pelajaran berlangsung seperti biasa sampai jam 2 siang, dan setelah itulah murid-murid mulai bersiap untuk kegiatan kemah mereka. Meja-meja dan kursi-kursi ditumpuk di pojokan kelas, dan futon-futon ditebar di lantai kelas. Ada sedikit jarak pemisah antara satu regu dengan regu lainnya. Untuk regu Mafumafu, mereka memilih tempat di samping jendela atas saran Nqrse.

"Kan bagus kalo bintangnya bisa keliatan!" ujarnya semangat saat ditanya.

Urutan futon regu sang penyihir dari kanan ke kiri adalah Soraru, Mafumafu, Amatsuki, Nqrse, dan Luz. Intinya dua seme itu di pinggir, sementara tiga uke tersebut ada di tengah-tengah (?). Futon punya Soraru itu paling empuk, ditambah Hanpen kan makin leh ugha (hiya hiya). Buat bisa menangkal (?) Luz, Nqrse sudah siap-siap bawa guling tebel+panjang, jaga-jaga katanya kalo tiba-tiba si Luz modus saat lagi tidur dan mengundang hal-hal yang tidak diinginkan.

Bisa-bisa Luz koid di tangan Araki karena udah macem-macem sama sepupunya.

Tau lah, setiap awal kemah pasti ada upacara, dan murid-murid lagi kena sial aja sore itu panasnya bisa manggang tubuh. Author pernah ngerasain. Beuh sadis bener panasnnya. Udah gitu sepatu author kan warna item, jadinya kaki ikut kepanggang//gak ada yang nanya. Hachi-sensei cuman bisa nyengir-nyengir dari podium tempat buat amanat di bawah pohon rindang.

Asem.

Udah gitu Hachi-sensei ngasih amanat lama banget pula, nyaris sejam kata si Araki. Murid-murid udah melempar tatapan membunuh ke kepsek mereka, yang kayaknya menghiraukan itu dan lanjut berpidato soal manfaatnya kegiatan ini bagi mereka, pengalamannya sendiri saat berkemah, dan lain-lain.

Kemahnya hanya dua hari satu malam, maka setelah mabar (makan bareng) di tengah lapangan yang dipenuhi keributan gara-gara Yamadanuki, rakunnya Urata, nyolong ninniku punya Neru-sensei (rupanya guru itu sama aja kayak Soraru. Kalo ada benda berharga yang dicolong pasti ngamuk) mereka ngadain api unggun dan nyanyi di sekitarnya.  Nyanyi apa? Ya nyanyi lagu api unggun lah, cuman aja ditambah bumbu-bumbu (?) rap dan beatbox.

Mereka disuruh tidur dari jam 8.30, soalnya nanti jam satu mau ada jerit malam. Nah lo, padahal author sendiri belum pernah ikutan jerit malam. Pernah sih, tapi itu bukan dari sekolah dan cuman bikin jumpscare dikit doang. Masa author disuruh nyari selembar tisu yang padahal tisunya dipegang sama bocil yang muncul tiba-tiba. Untung author nggak teriak, soalnya author tuh anaknya penakut bener :v 

Kalo teriak bisa sekencang abang Sosro kayak di gameplay Dark Decep*tion//serius.

"Ingat ya, tidur semua! Terutama kamu, Soraru!" sahut Aisu-sensei, yang notabenenya merupakan wali kelas XI-A, dari balik pintu kelas. Lelaki berambut biru gelap itu hanya memutar bola matanya sebelum tiduran di futon-nya sambil meluk Hanpen.

Satu per satu anak kelas A mulai tertidur. Syukur-syukur nggak ada yang ngorok, ato gak pasti udah kena baku hantam satu kelas terus mulutnya disumpel pake beton//buset. Sang penyihir kesulitan tidur. Kenapa? Karena sekarang ada Soraru di sampingnya walaupun sang penyihir tiduran menghadap punggung Soraru. Tidur di samping Soraru malah bikin jantungnya dag-dig-dug nggak karuan. Gimana mau tidur coba?

Mafumafu menolehkan kepalanya sambil diangkat dikit ke sisi lainnya dimana teman-temannya tertidur. Amatsuki lagi tidur nyenyak dengan boneka kucing dalam kostum domba yang dia namain Masamune di pelukannya. Luz dan Nqrse tidur saling hadap-hadapan walaupun kedua lengan Luz meluk gulingnya Nqrse, bukan pemiliknya.

Sukses juga toh strategi tuh cewek macho.

"Kesulitan tidur?"

Sang penyihir tersentak dan segera memutar kepalanya kembali, membuatnya saling berhadapan dengan Soraru yang memandangnya dengan datar, "So- Soraru-san? Soraru-san nggak bisa tidur?" kapan juga si Soraru balik badan? Kok nggak ada suaranya?

A Desperate WishWhere stories live. Discover now