24 (1)

186 28 5
                                    

24 days left... 

Sunday.

Para murid mulai bertanya kenapa setiap acara yang mereka adakan akhir-akhir ini berakhir dengan kekacauan yang bahkan mereka sendiri tak tau apa. Pertama itu saat festival olahraga saat Luz tiba-tiba berlutut dan berteriak kesakitan di tengah lapangan. Kedua ya acara jerit malam kemarin, lagi-lagi Luz yang kena//sabar ya jerapah, dan mereka semua prihatin mendengar kabar wajah Luz yang terluka oleh serangan mahluk halus.

Setidaknya Nqrse masih bisa mengelus dada dengan lega karena luka itu hanya terletak di wajah bagian bawah Luz, bukan seluruh wajahnya. Dia segera memeluk lelaki berambut pucat itu erat-erat saat dia, Mafumafu, dan Kashitarou keluar dari gedung sekolah. 

Kasian Soraru-sama ditinggal sendiri di gedung sekolah yang gelap gulita :(

Luz, yang mulutnya tertutupi masker serta perban, hanya tersenyum walaupun tak ada yang bisa melihatnya dan menepuk-nepuk surai pink gadis tersebut dan berkata dengan pelan, "Sudahlah, Nqrse-chan"

Alhasil besok dilburkan, dikarenakan Hachi-sensei katanya mau 'mengecek' sesuatu di sekolahnya hari ini serta besok. Wong dia yang punya tanah sekaligus sekolahnya, jadinya itu urusan dia. Guru-guru lain aja gak boleh pada bantuin, ini urusan pribadi katanya.

Eh, tapi tetep aja...

Tok! Tok! Tok!

"Aku saja yang buka, Luz-san!" Mafumafu cepat-cepat menutup keran dan meletakan piring yang belum terlalu kering itu di rak dan berlari kecil menuju pintu depan. Dia membukanya, dan sedikit terkejut melihat orang di depan pintu rumah Luz, "E- Eh? Kashi-san?"

"Sudah kuduga kau tinggal dengannya. Lagipula kau bukan dari dunia ini juga bukan, sama sepertinya?" Kashitarou tersenyum simpul padanya, "Bolehkah aku masuk? Aku mau ngomong nih sama kalian"

"Eto, silakan, Kashi-san..." Mafumafu melangkah ke samping pintu, memberikan jalan bagi Kashitarou untuk masuk.

"Sumimasen~, Luz-kun~" Kashitarou bersenandung kecil saat dia melepas sepatunya dan melangkah masuk ke dalam rumah dengan sang penyihir di belakangnya. Mereka berjalan ke ruang makan, dimana Luz yang perban dan maskernya diturunkan sedang minum sesuatu dari gelasnya yang dipenuhi cairan merah. Sang iblis menoleh dan memberi mereka tatapan datar sebelum kembali menyeruput isi minumannya.

"Itu apaan?", celetuk Kashitarou.

"Darah lah. Apalagi?" Luz menjawab sambil mengangkat gelasnya, seakan-akan ingin menunjukan bahwa dia tak berbohong, "Daripada repot makan makanan manusia, mending ini ajah. Kalo mau nyari sendiri sono"

"Cie elah, Luz-kun dingin amat sifatnya~" Kashitarou mengodanya, "Apa beginikah sifat temanku kalo di rumah~?" dia melirik Mafumafu saat menanyakannya, membuat sang penyihir merasa dia harus menjawabnya.

"Biasanya dia memang gitu sih kalo gak di sekolah..."

"HAHAHAHA! DASAR IBLIS LABIL!!"

"BACOT ELO DASAR NOGITSUNE!!"

Mafumafu tak tau apa yang harus dia lakukan, maka dia balik kanan grak saja ke kamarnya, dimana dia menemukan sang raja masih tertidur nyenyak di kasurnya, dengan wajah damai tanpa beban. Sang raja diam-diam keluar lewat gerbang belakang sekolah, dan bertemu dengan Mafumafu dan Luz di dekat sana. Sesampainya di rumah, sang penyihir minta maaf karena udah ngegas tadi dan memperbolehkan sang raja untuk tidur di kasurnya. Awalnya Mafumafu pengen tidur di ruang kerjanya aja, eh tapi tiba-tiba sang raja menyuruhnya untuk tidur di kasur.

Sang raja kemudian menatapnya dengan tajam, dan berkata bahwa Mafumafu seharusnya tidur di kasur juga karena dia pasti lelah setelah melakukan sihir penyembuhan pada Luz. Pada akhirnya mereka tidur bersama walaupun tidak saling hadap-hadapan.

A Desperate WishWhere stories live. Discover now