23. Pelukan pertama

143 13 0
                                    

❤❤❤

Naura tersenyum memandang adiknya, Ia memperhatikan Matteo yang sesekali melirik Zara.

"Kau tidak ingin menyapanya?" bisik Naura pada Matteo.

"Diam Kak," jawab Matteo kembali berbisik.

Naura tersenyum, dirinya ingin sekali terus meledek Matteo. Tapi sepertinya Ia harus menempatkan diri, sekarang sedang ada Dokter Zara yang memeriksa ayahnya.

"Bagaimana, Dok?" tanya Naura.

"Jika kondisi Pak Arsa terus membaik, kemungkinan besar beberapa hari lagi pasien diizinkan pulang. Saya juga akan terus memantau perkembangannya, jadi tenang saja. Cukup menjaga pola makan, dan jangan terlalu banyak pikiran. Dari sebelumnya, saya juga sudah mengatakan penjelasan ini ...," jelas Zara panjang lebar.

Naura mengangguk paham mendengarnya, "Terima kasih, Dokter Zara."

Zara tersenyum, "Iya, kalau begitu saya permisi." Zara meninggalkan ruangan Arsalan bersama suster yang sejak tadi menemaninya.

Setelah Dokter Zara benar-benar meninggalkan ruangan Arsalan, Naura tiba-tiba saja terkekeh geli.

"Dih ketawa sendiri," ujar Matteo sinis.

"Biasanya santai aja kalau ada Dokter Zara, kenapa sekarang tegang banget?" ledek Naura.

"Kak, bisa tidak untuk berhenti meledekku?" ujar Matteo mendengus kesal.

"Tidak bisa, wle." Matteo semakin kesal saja dengan tingkah kakaknya itu.

"Sana pergi, temui Dokter Zara!" perintah Naura yang tetap dengan nada ledekannya.

Arsalan hanya tersenyum memperhatikan Naura yang terus meledek adiknya, dan Matteo yang terlihat kesal karena tingkah kakaknya.

Matteo berdecak kesal, "Yasudah, aku mau keluar."

"Mau ketemu Dokter Zara?" tanya Naura menggoda adiknya.

"Iya," jawab Matteo dengan kesal.

Naura terkekeh geli mendengarnya. "Naura, sudah! Kau ini, menggoda adikmu terus."

"Abisnya dia udah jarang becanda, Ayah."

"Biarkan saja, dia memang seperti itu sekarang." Naura hanya mengangguk.

Matteo yang sudah meninggalkan ruangan ayahnya, berjalan pelan melewati lorong-lorong rumah sakit. Ia bingung harus ke mana dia, jika kembali ke ruangan ayahnya sudah dipastikan Matteo akan diledek oleh Naura lagi.

"Ternyata Zara sudah bekerja kembali," gumamnya yang tetap berjalan tanpa tujuan.

"Temui atau tidak?" tanyanya bermonolog.

"Aku khawatir, Zara akan menangis histeris lagi."

"Atau ... ah, apa aku harus menemui Zara di ruangan pribadinya."

"Akan aku coba," gumamnya lagi. Matteo segera melangkah menuju ruang pribadi Zara, Ia juga sudah tahu di mana ruangannya.

Matteo terdiam menatap nama Zara yang tertempel di dinding sebelah kiri pintu di hadapannya.

ZARA #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang