Begin

26.4K 2.4K 159
                                    

Haechan menyusuri jalanan seoul dengan senyum mengembang sempurna. Hari ini adalah hari jadi yang pertama atas hubungannya dengan seorang pria keturunan kanada yang menetap di korea.

Haechan membawa banyak makanan hasil olahan tangan emasnya. Meskipun itu menghabiskan banyak uang yang di dapat dari bekerja di salah satu kedai makanan tetapi haechan tidak mempermasalahkannya. Toh itu juga untuk kekasihnya.

Mark; kekasih haechan, mengatakan dia akan menunggu di tempat mereka biasa bertemu. Di sebuah taman kecil yang tidak terlalu jauh dari agensi tempat mark menjadi trainee.

Haechan telah sampai lebih dahulu. Dan dia tidak mendapati ada tanda tanda keberadaan mark. Haechan tersenyum kecut, sulit memang menjalani hubungan dengan calon idol seperti Mark.

Haechan melirik ponselnya yang tidak menunjukkan notifikasi satupun dari mark. Padahal ada yang ingin Haechan sampaikan pada mark. Tentang sesuatu yang pria itu berikan pada Haechan.

Waktu telah menunjukkan jam sebelas malam pukul setempat. Bisa di bilang Haechan telah menunggu kurang lebih hampir empat jam.

Haechan menunduk, menatap sepasang sepatu flat yang lusuh di kakinya. Matanya memburam. Ada butiran kesedihan dan kekecewaan yang hampir tumpah dan masih menggenang di pelupuk matanya.

"Apa hubungan ini memang tidak berharga untuknya? Apa cuma aku yang menganggap hubungan ini serius?" gumam Haechan lirih

Matanya tak lagi mampu membendung aliran kesedihan itu. Haechan mengusap air mata yang luruh di pipi gembilnya. Rasanya tak ada gunanya juga menangisi apa yang tidak ada harganya.

Haechan menoleh ke arah kantung kertas yang dia bawa tadi. Makanan itu pasti sudah mendingin. Dan tak enak lagi untuk dimakan.

Haechan bangkit dari kursi taman dan melangkahkan kakinya kearah tempat sampah. Haechan akan membuang kantung kertas itu ke dalam tong sampah sebelum suara seseorang menginterupsi langkahnya...

***

Mark berkali kali menoleh kearah jam tangan di pergelangan tangan kirinya dengan gusar. Hari beranjak tengah malam dan dia masih di tahan oleh pelatih tarinya.

Mark mengira jika malam ini jadwal latihannya kosong hingga ia berani mengajak kekasihnya yang sudah satu tahun ini menemaninya untuk bertemu. Tapi, ekspekstasinya sangat berbanding terbalik dengan realita.

"Baiklah, latihan untuk hari ini berakhir. Silahkan istirahat karena besok kita masih harus mengulang beberapa gerakan. Selamat malam"

Mark menghela nafas lega lalu segera membereskan barang barangnya dan melesat menuju taman kecil yang tidak jauh dari agensinya.

'Pasti Haechan sudah pulang! Bodoh sekali dirimu mark!' mark merutuki tingkah bodohnya hari ini.

Mark berlari dengan sesekali mengecek jam tangannya. Ponselnya sudah kehabisan daya dan itu membuatnya tidak dapat menghubungi Haechan.

Dengan menggendong tas ransel mark dengan lihai berlari dan melompat guna menghindari apapun yang menghadang langkahnya.

Sedikit lagi... Sedikit lagi...

"Jangaann!!...hah...hah"

Haechan menatap kearah mark dengan ekspresi kebingungan. Mark tengah mengatur nafasnya yang memburu. Dengan terengah mark menumpu tubuhnya dengan kedua tangan di atas lututnya berusaha menetralkan deru nafasnya.

"Jangan pergi" ujar mark setelah berhasil menetralkan nafasnya yang memburu.

Perasaan Haechan terasa lebih baik saat mark berusaha untuk menepati janjinya agar bisa datang ke tempat ini. Meskipun —sangat— terlambat.

Mark's Hidden Son ✔ | MARKHYUCK GSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang