Beautiful

400 51 5
                                    

"JANGAN!!"

"AKU MOHON! JANGAN!!"

"AARRGGHH!! TOLONG!!"

Napas Eunseo semakin tercekat saat tangan itu semakin menekan kuat dan mencekiknya. Bona menekan kepala gadis itu ke dalam air, seakan tak pernah puas menyiksa Eunseo. Sementara tenaga Eunseo semakin melemah, tak cukup daya untuk sekedar melawan. Oksigen pun semakin menipis, pandangan matanya menjadi gelap dan Eunseo tak sadarkan diri. Perlahan tubuh gadis itu tenggelam dalam bathtub. Beruntung SeolA datang tepat waktu, segera menarik tubuh Eunseo ke permukaan. Jika saja terlambat sedikit, mungkin Eunseo tak terselamatkan.

"SEO!! SEO!! SADARLAH!!"

SeolA menepuk kedua pipi Eunseo panik, membaringkan tubuh gadis itu di lantai. Mencoba melakukan pertolongan pertama dengan melakukan CPR untuk menyelamatkan Eunseo. SeolA berkali-kali membuka mulut Eunseo, berusaha memberikan napas buatan. Namun Eunseo masih tak bereaksi, SeolA semakin ketakutan. Bagaimana jika Eunseo benar-benar tak bangun, SeolA menangis. SeolA tak mau menyerah dan terus mencoba menyadarkan Eunseo.
Selang beberapa saat kemudian Eunseo sadar, memuntahkan air. SeolA terkulai lemas memeluk Eunseo, sedikit lega. SeolA sangat bersyukur, apa yang ia takutkan tak terjadi.

"Syukurlah Lo kembali. Gue benar-benar takut." Kata SeolA mengusap wajah pucat Eunseo, bisa bernapas lega.

Gadis itu tak menjawab, masih sedikit shock dengan yang baru saja di alaminya. Eunseo  benar-benar merasa seperti di ambang kematian. Dan masih berpikir keras, kenapa harus Bona yang melakukannya. Eunseo menolak percaya, rasanya tidak mungkin Bona ingin melenyapkan dirinya.

Tidak mungkin. Ini pasti hanya halusinasi.

Eunseo menggelengkan kepala, rasanya sulit untuk percaya. Eunseo meremas baju SeolA, frustrasi. Tubuhnya terbujur lemah dalam pelukan gadis itu, semuanya mulai terasa janggal.

"Lo masih ingat nama gue, kan?" Tanya SeolA memastikan kesadaran Eunseo.

Gadis itu mengangguk lemah, SeolA tersenyum tenang.

"Jangan bertindak bodoh seperti ini lagi. Lo masih punya gue. Hidup lo sangat berarti daripada lo mati konyol gara-gara cewek gila itu." Ujar SeolA sangat khawatir dan ketakutan sendiri. Takut Eunseo nekat mencelakai dirinya sendiri.

SeolA membungkus tubuh Eunseo dengan selimut dan memindahkannya ke tempat tidur. Gadis itu terbaring lemah, Eunseo merasa hidupnya semakin terpuruk. Masih saja dalam ingatannya berharap Bona yang sedang merawatnya. Padahal Eunseo tahu gadis itu baru saja datang ingin membunuhnya. Karena Eunseo yakin, ia hanya sedang bermimpi buruk.

Eunseo tak peduli dengan apapun yang SeolA katakan tentang Bona. Yang Eunseo tahu Bona mencintainya, bukan hal mudah menghilangkan gadis itu begitu saja. Karena Eunseo masih berharap kisah cintanya tak berakhir. Semakin Eunseo mencoba melupakan, semakin dalam ia merindukan Bona.

"Terima kasih."

Eunseo mengusap punggung tangan SeolA, berterima kasih pada gadis itu sudah merawatnya.

"Sekarang lo istirahat, jangan banyak pikiran yang nggak jelas. Setelah ini gue mau keluar sebentar, ingat kalau ada apa-apa cepat telepon gue. Oke."

"Oke."

"Nanti gue balik dan nginep di rumah lo. Gue harus ke supermarket dan apotik sebentar. Lo jangan kemana-mana."

"Gue baik-baik saja. Udah sana cepetan pergi, nanti kemalaman lagi."

"Gue keluar dulu. Bye."

SeolA terpaksa meninggalkan Eunseo sendirian, walau di selimuti rasa cemas. Namun tak ada pilihan lain. Seola pun bergegas keluar dari rumah besar Eunseo.

PINKIE PROMISE™Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang