"Sayang, kamu lagi ngapain?" sapa Sita.
"Ini mah lagi nyuci sepatu."
"Malam-malam begini nyuci sepatu." heran Sita.
Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Nessa sedang mencuci sepatunya di kamar mandi. Ia memang sudah diajarkan mandiri sejak kecil oleh mama dan almarhum ayahnya sejak dulu. Jadi tak heran jika ia melakukan pekerjaannya sendiri.
Tapi yang Sita herankan kenapa Nessa mencuci sepatunya malam-malam seperti ini. Ini tidak baik untuk kesehatan Nessa. Ia bisa masuk angin atau terkena gejala flu nantinya.
"Kotor ma, Nessa ga betah lihatnya." ungkap Nessa.
"Bukannya dua hari yang lalu sepatu kamu yang itu sudah kamu cuci ya." Nessa hanya mengendikkan bahunya. "Kok cepet banget kotornya?" tanya Sita.
"Dan bukannya tadi aku udah izin ke mama kalo pulang sekolah tadi aku diajak jalan ke Bukit ya."
"Terus?"
"Ya kotor lah mamaaaaa." geram Nessa kepada mamanya yang selalu kepo urusan anak muda.
"Kenapa bisa kotor?".
"Anak kecil aja tau ma, kalo bukit itu jalannya naik turun ya kotor kena pasir lah. Pasirnya masuk ke sepatu."
"O begitu." goda Sita sembari tersenyum miring.
"Hm." deheman Nessa.
Nessa terkadang heran sama sifat mamanya yang satu ini. Beliau terkadang menjadi mama yang bijak, terkadang menjadi mama yang menjengkelkan. Tetapi Nessa senang dengan sifat menjengkelkan mamanya karena Nessa seperti berbicara terhadap sahabatnya. Santai. Cair. Tidak ada ketegangan.
"Jadi siapa yang mengajak putri cantik mama ke bukit sampai sepatunya jadi buluk begini?" tanya Sita dengan nada menggoda.
"Teman." kata Nessa datar
"O teman." ucap Sita seakan mempercayai pengakuan putrinya. "Temen kamu sekolah?"
"Iya ma."
"Kaka kelas?"
"Iya ma."
"Cowo?"
"Iya ma."
"Tampan?"
"Iya ma."
"Kamu suka?"
"Iya mamaaaaa." ucap Nessa tanpa sadar dengan pertanyaan mamanya.
"Tuh kan." gelak tawa Sita terdengar begitu senang karena berhasil menggoda Nessa.
"Eh____ ehhhh enggak mamaaaaaaa." sebal Nessa. "Mama si banyak nanyak, ya Nessa jawab spontan lah."
"Yaudah-udah, cepet selesain nyucinya nanti kamu sakit, mama ke depan dulu." pamit Sita dengan menahan tawanya.
Nessa tidak menyahut, percuma saja menanggapi ucapan mamanya ketika dia sedang terpojok seperti ini. Nessa kembali melanjutkan pekerjaannya menyuci sepatu.
Nessa dengan teliti mulai menggosok sepatunya dengan sikat dan detergen. Dia pun merogoh sepatunya dan membolak-balikkan sepatunya agar pasir yang di dalamnya keluar.
Setelah selesai mencuci, ia meletakkan sepatunya di belakang kulkas. Berharap besok pagi bisa kering dengan cepat. Namun, jika sepatunya tak kering besokpun Nessa bisa menggunakan sepatunya yang lain.
Namun tiba-tiba saat Nessa ingin membersihkan badannya di kamar mandi ia merasakan gatal disekitar hidungnya. Entah kenapa hidungnya terasa sangat gatal dan tak nyaman. Sehingga mengakibatkan Nessa harus bersin berkali-kali.