THE PERFECT PLAYER | Chapter 1 - That Smile

109 36 12
                                    

Haiii akhirnya part 1 dipost ^_^
Komen dong ekspetasi kalian saat baca sneak peeknya hihiii

Klik bintang kecil dipojok kiri bawah dulu boleh? 🌟

Jangan lupa follow akun wattpad aku jugaa yaa 😉

Terimakasih 😘😘

______________________

THE PERFECT PLAYER | Chapter 1
That Smile
.
.
.

THE PERFECT PLAYER | Chapter 1That Smile

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bugh! Bugh! Bugh!

Suara dentuman keras bola basket yang memukul lantai mengisi keheningan di dalam lapangan basket sekolah SMA KEBANGSAAN. Hanya ada lima orang didalam lapangan indoor ini. Yup! Mereka adalah pemain kebanggaan disekolah tempat mereka menuntut ilmu.

Sebentar lagi akan ada pertandingan antar sekolah. Mereka harus benar benar latihan keras agar bisa mendapat gelar juara lagi. Membanggakan nama sekolah, dan nama mereka sendiri.

Terlihat dari keringat yang bercucuran didahi mereka. Sepertinya cukup menjadi tanda bahwa mereka sudah latihan sejak beberapa jam yang lalu. Sementara siswa lainnya sibuk belajar dikelas. Mereka masih harus berlarian didalam ruangan yang cukup megah ini.

"Hari ini kita cukup yaa. Mungkin besok sore atau lusa kita latihan lagi" Ucap salah seorang dari mereka. Yang memegang si bulat orange ditangannya.

Barra namanya. Atau lebih lengkapnya Barra Arshavin Radislav. Ia adalah kapten dari tim ini. Ia pintar, tampan, dan pastinya jago main basket. Tidak sedikit piala yang ia dapat dipertandingan basket selama ia menjabat sebagai kapten. Ck! Segitu dulu pengenalan tentangnya. Tentang cowok terpopuler disekolah.

Barra akhirnya melempar asal bola itu. Membiarkannya memantul dengan bebas. Sebelum akhirnya ia menyusul teman temannya yang sudah beristirahat di pinggir lapangan.

"Kayanya lusa aja deh Bar, soalnya besok kan sabtu" Sambil menyeka keringatnya dengan handuk pria yang dikenal dengan nama Kevin itu mecoba berdiskusi soal waktu dengan sang kapten. Tatapan dari matanya sangat mudah untuk Barra tebak kenapa ia mencoba bernegoisasi soal waktu latihan.

"Eleh. Bilang aja karena malem minggu dan Lo mau berduaan sama doi. Iya kan?"
Pemuda yang baru saja menghabiskan minumnya itu mencoba memperjelas apa maksud dari Kevin. Sama persis dengan apa yang Barra tebak.

"Nah itu Lo tau Ver. Hehe" Kevin hanya menimpali ucapan Verrel dengan kekehan. Lelaki ini, selalu saja bermain dengan para gadis. Entah karena ia memang cinta atau hanya ketertarikan sementara.

"Playboy cap kodok kaya Lo mah gampang ketaker kali Kev. Hahaha"
Tambah Adrian dengan entengnya. Yup begini lah mereka, bercanda tawa ketika selesai latihan. Hiburan kecil untuk menghilangkan rasa penat. Dan sialnya, Kevin yang selalu jadi bahan bully-an.

"Lebih playboy an mana sama Barra?" Lelaki bertubuh tinggi itu melirik Barra yang sedari tadi hanya diam melihat kelakuan mereka.

"Jelas Barra kemana mana lah Ren. Kedip sebelah mata aja cewe cewe pada klepek - klepek. Yee ga Bar?" Setelah menjawab ucapan Reno, Adrian mencoba mendapat persetujuan dari Barra. Hanya bercanda Barra. Haha

"Oke, kita latihan minggu pagi"
Tanpa mengindahkan perkataan Reno, Barra langsung mengambil tasnya dan meninggalkan ruangan itu dengan segera.

Sepertinya sudah jam istirahat. Karena para siswa sedang berkeliaran diluar kelas mereka. Mungkin karena terlalu fokus dengan latihan, Barra sampai tidak mendengar bell istirahat telah dibunyikan. Barra terus berjalan, mengabaikan semua tatapan yang tertuju padanya. Apalagi para gadis itu, tampaknya mereka sangat meleleh melihat Barra yang masih menggunakan baju basket dengan leher yang masih sedikit berkeringat. Menurut mereka itu tampak sangat keren.

"Kak Barra!" Sebuah panggilan cukup keras membuat Barra berhenti dan menoleh kebelakang sejenak. Ia mengenal suara itu. Dan ya, seorang siswi tengah berlari kecil menghampirinya.

"Kenapa?" Tanyanya singkat saat siswi itu telah sampai padanya. Siswi itu tidak langsung menjawabnya, ia malah menatap Barra tanpa kedipan mata. Membuat Barra mengangkat satu alisnya. Lalu menjentikan jarinya tepat didepan mata gadis itu.

"Eh iya itu kak, nanti sore ada rapat Osis" Jawabnya sedikit gugup setelah ia dibangunkan dari lamunannya. Lelaki di hadapannya ini sangat tampan. Sungguh sangat sayang jika dilewatkan begitu saja.

"Oke. Kalo Gue ga lupa" Barra seraya membenarkan tas dipungungnya. Jawaban Barra seperti itu bukan karena ia pelupa. Hanya saja terkadang ia malas untuk menghadiri rapat Osis. "Itu aja?" Tambahnya lagi.

"Iya Kak, itu aja kok. Yaudah, Reina pergi dulu ya Kak. Makasih Kak Barra" Ucapnya dibarengi dengan senyuman indah di bibirnya. Sial, senyum manis itu ... Ah, ayolah Barra cepat pergi dari sana.

Bukannya pergi, Barra malah mematung disana selama beberapa menit. Sampai akhirnya adik kelas itu terlebih dahulu yang meninggalkannya. Ini tidak beres.
Barra, kendalikan dirimu. Ia bergegas, mempercepat langkahnya untuk mencapai kelasnya. Setelah melempar tas nya, ia langsung bergegas untuk menuju kelas lain. Ia harus menemui seseorang.

Ia membutuhkannya saat ini ~

TO BE CONTINUED ..


_________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_________________

SEMOGA KAMU SUKA !!

Jangan lupa untuk Vote, Komen, dan Share cerita aku ini yaa :*

Oiya kalau mau kritik dan saran boleh banget. Aku butuh masukan kalian agar cerita ini bisa lebih baik. _^

Maaf yaa part satu nya dikit dulu aja wkwkwk.
Dan cast wattpadnya menyusul, karena aku masih galau mau pilih yang mana :(

See you in next chapter guyss !!
Makasih untuk yang sudah vote, komen, follow, share dan kritsan cerita aku iniii 😘😘😘😘

The Perfect PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang