THE PERFECT PLAYER | Chapter 3 - Flashback

76 25 10
                                    

Haiiiii!! Aku balik lagi nihhh hehe :D

Coba, jam berapa kalian baca ini?

Jangan lupa klik bintang kecilnya dulu yaaa ⭐⭐

Terimakasih 😘😘😘

.
.
.

"Lo rapat aja. Lagian nanti Gue nanti mau ajarin Aldi matematika dulu" Jawabnya dengan nada datar.

"Tapi Vee, Gue..." Alveera langsung menatap Barra. Tatapannya memang tanpa arti. Tapi itu mampu membuat Barra hanya mengiyakan apa yang Alveera katakan.

"Yaudah, Gue ke kelas dulu. Udah mau bell soalnya" Barra pun pergi dari kelasnya.

Tidak tidak. Seharusnya Alveera tidak bersikap demikian. Ini salah! Ia berlebihan. Ia tidak boleh begini pada Barra. Memangnya Barra salah apa sampai ia menjawab Barra dengan ketus seperti tadi. Lagipula itu tadi hanya ...

Ah sudahlah, sulit untuk dijelaskan.

__________________

THE PERFECT PLAYER - Chapter 3
Flashback

THE PERFECT PLAYER - Chapter 3 Flashback

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku pulang .." Seru Alveera ketika kaki nya telah menginjakan ruang tamu. Nada suaranya terdengar lesu. Wajahnya juga menampakan bahwa ia sangat lelah hari ini. Ck! Padahal tidak banyak aktivitas melelahkan yang ia lakukan sepanjang hari tadi.

"Kok baru pulang?" Tanya bunda tercinta yang sedang berjalan kearahnya yang terlihat dari arah dapur. Ibu beranak satu itu masih menggunkan setelan kerjanya. Dapat dipastikan bahwa ia juga baru pulang bekerja. Ah, menjadi Single Parent membuat wanita ini sedikit sibuk. Ia harus mengurus perusahaan peninggalan ayahnya. Dan ia juga harus mengurus buah hati yang kini telah remaja.

"Mamah tumben udah pulang?" Tanyanya balik setelah menyalami tangan ibunya. Tangan yang telah merawatnya dengan penih kasih dan sayang selama belasan tahun.

"Eh ditanya kok malah balik nanya" Alveera hanya tersenyum kecil. Mereka tidak tampak seperti anak dan ibu. Karena mereka sering becanda tawa, berbagi cerita bagaikan dua orang sahabat. Ya, meski Belinda sibuk mengurus pekerjaan. Ia tak pernah lupa bahwa ia juga seorang ibu. Ia berusaha keras agar bisa meluangkan waktunya untuk Alveera.
"Kamu sendiri? Tumben. Barra mana?" Senyum Alveera luntur ketika Belinda menanyakan Barra. Ya, Belinda memang sudah mengenal Barra. Sejak pemuda itu sering mampir ke rumahnya setelah mengantar gadisnya pulang. Apalagi pemuda itu hampir tak pernah absen untuk datang di hari minggu.

"Lagi Osis" Singkatnya. Ia pun langsung pergi ke kamar. Mungkin berendam dengan air hangat bisa menenangkan pikirannya. Tugas menumpuk. Tidak, bukan itu permasalahannya. Tapi lelaki kurang gizi itu. Ah kenapa dia sangat menyebalkan!

The Perfect PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang