Akhirnya setelah cukup lama menghilang cerita ini balik lagi 🤭
Maapin kemarin sibuk dengan dunia nyata soalnya hahahaSebelum lanjut boleh klik bintang kecilnya?
Sipp maaciw 😘"Ish Barra" Alveera memukul pelan lengan Barra. Jujur, ia sedikit malu. Dan sekarang pipinya sedikit memerah. Tapi tingkahnya ini semakin membuat Barra gemas dengannya.
"Haha. Yaudah, masuk sana" Perintah Barra diselingi kekehan. Alveera pun keluar dari mobilnya. Membuka gerbang rumahnya, lalu masuk kedalam dengan perasaan senang yang tak mampu ia jelaskan.
_________________
THE PERFECT PLAYER | Chapter 6
A Stranger"Non, itu diluar ada yang cari non Alveera katanya" Ucap Bi Imah setelah ia membukakan pintu pada tamu yang baru datang. Alveera yang tadinya sedang makan pun menghentikan makannya. Siapa yang pagi pagi bertamu dan mencarinya? Barra kah?
"Barra Bi?" Alveera mencoba memastikan pada Bi Imah.
"Atuh kalo Den Barra langsung bibi suruh masuk Non" Ah benar juga apa yang dibilang Bi Imah. Masa iya Bi Imah tiba tiba lupa dengan wajah Barra.
"Perempuan Bi?" Tanya nya lagi masih meneruskan rotinya yang tersisa satu gigitan lagi.
"Laki laki Non" Jawaban Bi Imah semakin membuat Alveera mengerenyit kan keningnya. Setelah meneguk susunya Alveera segera bangkit untuk menemui tamunya tersebut. Sementara Bi Imah kembali kedapur.
"Cari siapa ya?" Ucap Alveera seraya membuka pintu rumahnya yg tadi sempat sedikit ditutup oleh Bi Imah. Lelaki berjaket dengan celana SMA itu berdiri membelakanginya dengan sebuah helm ditangannya. Karena mendengar suara Alveera lelaki itu pun membalikan badannya agar bisa berhadapan dengan sang tuan rumah.
"Kak Reyhan?" Ternyata yang bertamu kerumahnya adalah mantan ketua Osis disekolahnya. Jaket yang menutupi seragam sekolahnya membuat Alveera tidak menyadari kalau mereka satu sekolah. Tapi, ada keperluan apa Reyhan menemuinya sepagi ini. Seniat ini karena sampai kerumahnya?
"Al, kamu kok aku telponin semalem ga di angkat. Aku chat juga ga kamu bales. Malah handphone mu sempat mati. Kenapa?"
"Hah?" Alveera hanya bisa menganga mendengar penuturan Reyhan. Setelah Alveera menghabiskan waktunya bersama Barra, ponsel Alveera habis baterai. Dan ia belum sempat mengeceknya hingga saat ini. Jadi Kak Reyhan yang menghubunginya. Beruntung Barra tidak melihatnya.
****
"Gausah dikali lagi. Itu cukup ditambah aja" Hari masih pagi. Barra bahkan belum menaruh tas dikelasnya. Masuk kelas saja belum. Tapi sudah ada tiga siswi kelas 10 yang menghampirinya dengan buku tulis beserta pensil ditangan mereka masing masing. Mereka bilang ada PR yang harus dikumpulkan hari ini.
Sebenarnya para adik kelas itu mencari Alveera. Ya Alveera memang sering dimintai tolong untuk mengajari mereka jika ada pelajaran berhitung macam Fisika ini. Karena walaupun terlihat pendiam dan cuek sebenarnya Alveera cukup ramah jika sudah diajak bicara. Itulah mengapa tidak sedikit adik kelas yang menyukainya.
Sayangnya Alveera belum datang. Beruntung sekali mereka bertemu dengan Barra. Selain bisa minta diajarkan, mereka juga bisa sekalian modus untuk berdekatan dengan salah satu cowok paling ganteng disekolah. Huhh dasar.
"Ohh. Bentar kak" Salah satu dari mereka menghapus jawaban yang salah. Sebenarnya ada tidak enaknya juga jika diajarkan oleh Barra. Karena Barra itu cukup galak jika mereka tidak paham paham juga dengan penjelasannya. Seperti sekarang ini. Mereka baru dua kali salah. Tapi intonasi Barra sudah naik satu oktaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Perfect Player
RomanceJika hatimu masih dengan masa lalu. Lantas mengapa kamu mengajak orang lain untuk menuju masa depan? ~ Alveera Baru kali ini aku kalah dalam sebuah permainan. Sialnya, aku yang membuat permainan itu. ~ Barra