First Story: I Wanna Have

846 40 9
                                    

05.00 PM

-Di pengujung tahun 2019, saat musim hujan-



"Yohan, ini udah kesekian kalinya kita liatin hujan bareng sambil ngopi doang berjam-jam disini. Kamu nggak bosen?," seorang pria dengan manik hitam yang terlihat bersinar memandang ke luar jendela sebuah apartemen, mengamati rintik-rintik air hujan yang sudah mulai mereda. Di sebelahnya, berdiri seorang pria yang mungkin 10 cm lebih tinggi darinya.

"Nggak ada bosennya aku tuh kalo udah ngabisin waktu sama orang yang namanya Wooseok. Mau diem-dieman sampe se-abad pun aku sanggup, yang penting sama dia," pria bernama Yohan itu berkata setengah bercanda, sambil terkekeh pelan. Membuat Wooseok, sosok mungil di sebelahnya memutar bola matanya malas.

"Please deh Han, aku serius. Bercandanya berhenti dulu dong," Wooseok memukul lengan Yohan pelan, lalu kembali memandang ke luar dengan posisi kedua tangannya mengenggam mug, seolah mencari kehangatan disana.

Yohan tersenyum, ia meletakkan gelasnya di meja yang berada di sebelah kanannya. Lalu beranjak memeluk Wooseok dari belakang. Ia tahu benar, pria yg bersamanya sekarang ini sedang membutuhkan kehangatan. Sejak jam 1 siang tadi mereka bersama, Wooseok hanya terdiam, tidak berceloteh seperti biasanya. Yohan seolah sudah hafal betul, jika menampilkan pola tingkah seperti itu, pasti ada sesuatu yang mengganggu pikiran Wooseok-nya.

"Aku serius.. Nggak akan ada kata bosen buat ngabisin waktu sama kamu. Malah aku pingin berhentiin waktu biar aku bisa selamanya sama kamu kayak gini," Yohan berujar pelan, lalu mengecup rambut Wooseok lama. Menghirup wangi aroma bublegum yang selalu menjadi favoritnya.

Klise, tapi cukup membuat Wooseok mulai merasakan kehangatan di seluruh tubuhnya. Ia memejamkan mata sembari tersenyum menikmati pelukan Yohan.

"Kalo orang lain pasti udah bosen sama aku, soalnya akunya emang suka diem dan nggak tau mesti ngobrolin apa biar mereka bisa betah sama aku. Emang dasar akunya nggak pinter bergaul", Wooseok kembali berceloteh asal, membuat Yohan mengeratkan pelukannya.

"Kan aku bukan orang lain, sayang. Aku mau jadi beda dari mereka buat kamu," Yohan terkekeh geli setelah mengucapkan kalimatnya. Wooseok tersipu malu dengan panggilan sayang yang hitungannya mulai sering digunakan oleh Yohan.

"Aku nggak tau gimana kalo nggak ada kamu, Han. Hidup aku sekarang pasti kosong dan hampa banget. Aku bukan orang yang hebat, aku ga bisa apa-apa. Tapi kamu masih mau ada buat aku", Wooseok memainkan jari-jarinya yang menggenggam mug. Yohan menghela nafas pelan. Ia membalikkan tubuh Wooseok agar menghadap ke arahnya. Benar saja, mata Wooseok kini terlihat berkaca-kaca..

"Kamu mikirin apa, hmm? Mau cerita, atau mau dipeluk aja dulu?," Yohan bertanya dengan lembut sambil membenarkan surai Wooseok yang terlihat agak berantakan. Ia mengambil mug dari tangan Wooseok, lalu meletakkannya di atas meja.

"Aku maunya dicium aja, gimana dong? Hehe," Wooseok memperlihatkan cengiran khasnya saat bercanda. Nada yang mungkin terdengar santai, tapi menyiratkan harapan yang sangat mendalam.

"Ga boleh, nanti dosa ih," Yohan berujar setengah bercanda sambil mencubit gemas hidung Wooseok. Keduanya pun terkekeh pelan. Wooseok merentangkan kedua tangannya, yang disambut dengan pelukan hangat dari Yohan. Yohan mengusap punggung Wooseok lembut, membuat nafas Wooseok mulai terdengar tidak teratur.

"Mama marah lagi cuma gara-gara nilaiku dapet B satu doang, Han. Aku tuh capek soalnya Mama nggak pernah ngerti gimana susahnya aku berproses disini. Aku udah belajar mati-matian tapi kemampuanku emang segitu aja," Wooseok melonggarkan pelukannya setelah menemukan kenyamanan untuk memulai ceritanya. Ia memandang manik Yohan yang kini juga tengah menatapnya dalam-dalam. Yohan tersenyum tipis, menyiratkan agar Wooseok mengeluarkan semua keluh kesahnya.

Time Lapse || Yocat FF - One shootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang