Tara mengangguk-nganggukkan kepala seiring dengan irama musik yang ia dengarkan dari headset terhubung pada ipod di saku kemeja putih nya. Mata Tara terpejam sementara mulutnya asyik mengunyah keripik kentang. Untung saja Tara membawa ipod ke sekolah sehingga ia tak perlu kesepian karena pacar sejati nya tengah disita sang ketua OSIS yang galak nya tidak ketulungan itu.
"Pinjem hp kamu dong." Tara membuka mata menengadah tangan pada Leni yang duduk di sebelahnya.
"Jangan bilang mau stalking pake hp ku." Dengus Leni, ia sibuk membolak-balik buku panduan MOS. "Dari pada stalking mending kita minta tanda tangan OSIS yang belum keisi nih." Leni menunjuk halaman tempat tanda tangan OSIS yang harus mereka lengkapi selama MOS.
"Kita kan lagi istirahat masa nggak boleh santai sebentar, gampang deh masalah itu." Tara mengibaskan tangannya seolah-olah itu pekerjaan yang mudah, padahal kolom tanda tangan miliknya belum terisi sama sekali.
"Aku laper." Tara beranjak dari duduk nya, mencabut headset di telinganya dan melipat bungkus keripik kentang memasukkannya ke dalam laci. Leni melihat Tara heran seolah bertanya, kenapa nggak dihabisin sekalian? "Buat nanti lagi." Tara nyengir seolah tahu apa yang Leni pikirkan.
"Perasaan kamu udah makan dua bungkus roti kok bilang laper?"
"Itu disini." Tara menunjuk perut sebelah kanan. "Tempat nasi disini." Kemudian perut sebelah kiri. "Namanya juga orang Indonesia, kalau belum makan nasi tuh nggak kenyang." Tara membawa buku panduan MOS miliknya berharap bertemu dengan beberapa anggota OSIS di kantin sehingga ia bisa meminta tanda tangannya.
"Ya kali roti itu masuk ke hati kamu." Leni mendengus kesal melihat punggung Tara yang semakin jauh dan menghilang di balik pintu kelas. "Pantes jomblo, hati isi nya nasi sih." Gerutu Leni.
Kantin tampak ramai saat Tara tiba disana, pandangannya menyapu seluruh penjuru kantin, bingung mencari tempat duduk. Tara menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal melangkah ke arah penjual makanan di ujung kantin. Perut Tara sudah berdemo menuntut agar segera diisi makanan yang banyak.
"Buk, nasi rawon satu sama mie pangsit nya satu." Tara menyebutkan pesanannya.
"Gantian yang nduk." Wanita paruh baya di belakang etalase tersebut sedang sibuk melayani anak-anak lain yang memesan terlebih dahulu.
Tara mengangguk pelan, menelan ludah yang terasa penuh di dalam mulut lantaran melihat banyak makanan di depannya. Rawon, mie ayam, lontong balap, telur balado, Tara mengabsen satu per satu nama makanan disana, semuanya ingin dimakan. Tapi mengingat uang saku nya yang tidak seberapa, ia harus hemat jika tidak ingin jalan kaki ke rumah.
Mata Tara berbinar saat bu kantin menyodorkan makanan untuk nya tapi tiba-tiba tangan lain menyambar mie ayam tersebut. Tara melihat ke arah si empunya tangan, Ken!
"Kak, itu kan punya aku." Protes Tara kesal. Bagaimana tidak kesal kalau Tara sudah mengantre lama dengan perut lapar tapi sekarang makanan yang ditunggu nya itu justru diambil orang lain, bernama Ken. Ken lagi Ken lagi, oke dia ganteng tapi hello! Itu makanan aku.
"Kamu ngantre aja lagi." Balas Ken dengan pandangan dingin ke arah Tara.
"Hah-" Baru Tara hendak membalas ucapan Ken tapi lelaki dingin itu sudah berlalu meninggalkan Tara yang dongkol setengah mati karena perilaku Ken.
"Ya udah bu, buatin satu lagi." Ujar Tara dengan wajah kusut karena kesal.
"Mie nya habis nduk, itu porsi terakhir."
"Habis?" Tara membelalak, ya ampun bagaimana nasib perutku yang langsing ini? Oh perutku bagaimana kalau siang ini kamu minum air saja?
"Nasi rawon masih ada." Kata Bu Kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen Fiction"Kenapa kamu ngikutin aku?" Ken membalikkan badan menatap tajam pada perempuan yang mengenakan seragam persis sepertinya. "Ng...." Tara menggigit kuku-kuku nya sendiri, panik karena telah tertangkap basah membuntuti Ken, sang ketua OSIS di SMA Nusan...