Tidur Ken yang baru sebentar terganggu oleh suara dentingan bel apartemen nya berkali-kali memekakkan telinga nya. Dengan malas Ken merosot dari ranjang dan berjalan keluar kamar membiarkan selimut yang tadi menyelimuti tubuhnya tergeletak di lantai.
"Kenath ini aku!" Suara perempuan terdengar di luar sana mendesak agar segera dibuka kan pintu.
Ken mengintip sosok tersebut pada monitor di samping pintu, siapa lagi kalau bukan si pengharum ruangan yang selalu mengganggu ketenangan Ken. Stella, perempuan tinggi langsing dengan kulit kecoklatan dan rambut bergelombang itu benar-benar sosok sempurna untuk menjadi teman kencan. Namun tidak bagi Ken, menurutnya Stella hanya lah salah satu dari sekian banyak model yang menjadi klien nya dan seorang tetangga berisik.
"Ada apa Stella, kita tidak ada jadwal pemotretan." Ken membuka pintu dengan mata yang masih setengah terpejam.
"Sepertinya ada barang ku yang tertinggal di apartemen mu."
Stella merupakan salah satu model merek pakaian terkenal di Indonesia yang biasa melakukan pemotretan dengan Ken dan tinggal tepat di seberang apartemen Ken. Hari Ken mengosongkan jadwal nya hanya untuk tidur, ia ingin tidur sangat lama tapi kedatangan si pengharum ruangan menggagalkan itu semua.
"Barang apa?"
"Entah lah, seperti parfum mungkin, izinkan aku memeriksa nya." Stella hendak masuk namun Ken mencegahnya. Ken tahu kemarin Stella sengaja meninggalkan parfum di tas sekolahnya, Stella melakukan itu agar ia bisa menghabiskan waktu nya di apartemen Ken dan mengusik ketenangan cowok SMA itu. Ken tidak mau itu terjadi, ia ingin istirahat kali ini.
Sebaiknya Ken mengalihkan perhatian Stella lagi pula parfum itu sudah diberikannya pada Tara tadi. Bodoh nya Stella yang mau mengorbankan uang jutaan hanya untuk bertemu Ken.
"Bagaimana kalau kita makan siang saja diluar!" Ken memberi inisiatif, setelah makan siang sebentar ia akan kembali ke apartemen tanpa gangguan pengharum ruangan ini.
"Dimana?" Stella bersemangat.
"Di bawah."
"Di bawah?" Stella mengangkat kedua alisnya, ia pikir Ken akan mengajaknya makan di restoran yang agak jauh dari sini agar mereka bisa satu mobil bersama. Tapi ternyata Ken hanya mengajak Stella makan di cafe lantai dasar apartemen tersebut.
"Ayo." Ken berjalan terlebih dahulu. Mau tidak mau Stella mengikuti Ken dan masuk ke lift untuk turun ke lantai satu.
"Besok kita ada pemotretan." Ujar Stella ketika pintu lift sudah tertutup.
Ken tidak menyahut, ia sudah tahu tak perlu diingatkan. Ken malas karena semua model yang menjadi klien nya selalu saja mencari perhatian padahal umur mereka biasanya jauh lebih tua dari Ken.
Ting! Pintu lift terbuka, Ken keluar lebih dulu.
"Adek nggak bisa masuk." Ujar security untuk ke sekian kalinya.
"Saya mau ketemu temen saya pak tinggal disini." Tara bersikukuh ingin masuk tapi apa daya, ia tak memiliki kartu khusus penghuni apartemen mewah ini sehingga tidak diperbolehkan masuk tapi ia sudah telanjur pergi kesini, rugi kalau pulang dengan tangan kosong, setidaknya ia harus mendapat sedikit informasi tentang Ken.
Tara memutar kepala dan melihat Ken baru saja keluar dari lift bersama seorang perempuan cantik yang tingginya hampir sama dengan Ken.
Dari pada diusir kan malu-maluin, mending panggil Kak Ken aja apalagi banyak orang ngeliatin aku.
"Nah itu temen saya pak!" Tara berlari menghampiri Ken.
"Hm?" Ken kebingungan melihat Tara berada disini padahal ini jam sekolah dan bagaimana mungkin cewek itu bisa sampai ke apartemen nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen Fiction"Kenapa kamu ngikutin aku?" Ken membalikkan badan menatap tajam pada perempuan yang mengenakan seragam persis sepertinya. "Ng...." Tara menggigit kuku-kuku nya sendiri, panik karena telah tertangkap basah membuntuti Ken, sang ketua OSIS di SMA Nusan...