Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti

804 56 4
                                    

Seseorang bernama Jovita, sering disapa Jo, termasuk tipe gadis bar-bar. Ia memiliki tato meskipun kecil dan ia sering terlihat merokok tiap ikutan nongkrong di warung kopi depan kampus. Kebanyakan mahasiswa di kampusnya selalu mengatakan jika Jovita terlalu banyak gaya. Tubuhnya cukup gembil, ia sering mengalami body shaming. Namun, apa pedulinya? Jovita sudah kebal.

"Ngerokok lagi?" tanya seorang lelaki, dia William, biasa disapa Willy. Selalu datang kepada Jovita entah di manapun tempatnya. Willy termasuk teman setia Jovita yang masih ada sampai sekarang. Mereka hidup bertetangga karena rumah Jovita dekat dengan kosnya Willy.

*****

Pertemuan pertama mereka sangat lucu. Jovita asik berbicara sendiri di teras rumah karena sedang merutuki nasibnya. Willy yang masih bisa melihat Jovita waktu itu—karena kamarnya berada di lantai 2 dan pekarangan rumah Jovita sendiri masih bisa ia lihat dari balkon—langsung mengamati gadis itu. Dengan tubuhnya yang gemuk, Willy jadi kasihan. Apa gadis itu baru saja mengalami pembullyan? Percaya atau tidak, Willy adalah anak baik. Dia tidak suka bullying.

Jovita melirik ke arah Willy yang asik mengamatinya sejak tadi. Jovita malu, ia langsung masuk ke dalam rumah.

Keesokan harinya, waktu Jovita menunggu ojek online, ia melihat Willy jalan di depan rumahnya. Jovita memanggilnya tanpa ragu, "Hei!"

Willy menoleh dengan wajah datarnya. Jovita malah jadi takut. Dia rasa, Willy cukup garang dilihat dari wajahnya.

"Nama lo siapa?" tanya Jovita.

"William"

"Gue Jovita"

"Dan gue gak nanya"

Jovita bungkam. Ia sedikit kesal. "Lo ngeliatin gue kan kemarin?" tanyanya dengan berani.

"Ge-er" jawab Willy.

"Seriusan. Maksud gue, kalo lo ngeliatin gue kemarin, jangan ngomong ke siapa-siapa, ya. Cukup lo aja yang tau"

Willy mengangkat satu alisnya. Tatapannya mengandung arti penasaran.

"Nanti gue jelasin kalo kita ketemu lagi, ya. Gue mau ngampus" kata Jovita, selang beberapa menit, ojeknya sudah tiba.

"Dimana kampus lo?" tanya Willy tiba-tiba.

"Universitas Cahaya Sakti" jawab Jovita.

"Sama, dong" balas Willy.

"Seriusan?"

"Iya"

"Ya udah, malah gampang dong kalo mau ketemu lagi. Ehehehe. Udah, ah. Gue mau ngampus"

Willy mengangguk. Ia tersenyum kecil. Gemas dengan keramahan gadis gemuk itu.

*****

Jovita hanya melirik Willy sekilas. Lalu, kembali ingin mencecap puntung rokoknya. Belum sampai mulutnya, puntung rokok itu diambil alih Willy dan ia masukkan ke mulutnya sendiri.

Jovita membelalakkan matanya, kaget. Itu kan bekas mulutnya, kenapa Willy dengan santainya mengambil alih?

"Mana rokok lo yang lain?" tanya Willy masih dengan rokok di mulutnya. Dengan ragu, Jovita mengambil rokoknya lalu memberikannya kepada Willy.

"Kapan lo mulai ngerokok?" tanya Willy sambil menghembuskan asap rokok. Ia ikut duduk di samping Jovita, tanpa peduli tatapan teman-teman Jovita yang ikut atau orang lain di sana.

Sky and LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang