Jovita baru saja selesai kelas dan langsung bertemu dengan Willy. Anak itu sudah berada di depan kelasnya. Tentu saja, Willy menunggu Jovita di sana sambil bermain ponsel. Jovita mendengus sebal lalu menghampiri Willy dan duduk di sampingnya. Willy langsung menoleh.
"Ey, si putri cantik udah kelar kelasnya" celetuk Willy sambil meletakkan tangan kirinya di belakang Jovita. Atensinya benar-benar terfokus kepada Jovita saat itu.
"Lo kenapa udah nyampe sini aja, sih?" tanya Jovita.
"Nungguin lo aja. Hari ini, kelas gue harusnya ada walaupun cuman satu. Tapi ya gitu, dosennya ngeselin. Mendadak bilang di grup kelas kalo hari ini gak ada kelas dulu. Padahal, gue udah parkir di kampus"
"Kasian. Kenapa motornya gak sekalian lo bawa ke dalam kampus?"
"Besok gue diskors"
"Ya gue bagian teriak MAMPUS aja" balas Jovita lalu tertawa terbahak-bahak. Willy menatap Jovita sinis.
"Udah baik gue kesini tanpa disuruh"
"Salah siapa?" tanya Jovita.
"Gak ada yang salah" jawab Willy.
Hening. Jovita memilih menatap ke arah lain. Ia sedang dalam mode marah dengan Willy. Lelaki itu tahu sekali jika Jovita sedang ngambek dan tau sekali Jovita kesal karena ulahnya.
"Mau gue beliin salad, gak?" tanya Willy.
"Mau, lah" jawab Jovita. "Yang gede banget, terus topping-nya lengkap"
"Aduh, niat banget morotin gue"
"Ya lo nawarinnya ikhlas, gak?" tanya Jovita balik.
"Kagak" jawab Willy.
"Ya udah, gak usah" balas Jovita ngambek.
"Iya-iya, Jo. Gue beliin, asal lo nanti gak ngambek lagi sama gue, ya?"
Jovita mengangguk.
"Oke, ayo!" ajak Willy lalu Jovita mengikutinya semangat.
*****
Di meja sudah tersedia 1 kebab dan 1 salad buah sesuai pesanan Jovita. Belum lagi ada 2 choco milkshake untuk mereka berdua. Willy hanya bisa menumpukan dagunya dengan tangannya sambil melihat Jovita makan dengan lahap.
"Bagaimana tidak gemuk? Anda kalau makan kesetanan gini" ujar Willy heran dengan Jovita.
"Yang penting sehat. Bawel amat lo" balas Jovita ketus.
"Ih, galak banget, sih. Inget ya, tadi lo janjinya apa ke gue?"
Jovita menghela nafasnya kasar. Menatap Willy tanpa datar, "Iya. Maafin, ya?"
"Gitu, dong"
"Hadeh, dasar Willy" Jovita berdecak lalu kembali melahap makanannya. Willy tersenyum melihat Jovita yang selalu apa adanya begini. Baginya, sulit menemukan perempuan seperti Jovita.
"Oh, iya. Gue mau nanya soal—"
"Rokok? Gue udah berhenti beneran, Wil. Aman" ujar Jovita menyela. "Lagian, gue juga baru beberapa kali doang, kok. Belum kecanduan" lanjutnya membuat Willy membulatkan mulutnya.
"Baguslah"
"Makasih, ya"
"Untuk?" tanya Willy.
Jovita tersenyum, "Udah mau beneran jagain gue" Jawabnya.
"O-oh, iya" balas Willy gugup. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Jovita kembali menghabiskan makanannya. Setelah selesai, ia meneguk minumannya sampai habis. Willy membelalakkan matanya, memang Jovita ini tidak ada kenyang nya.
"Udah" kata Jovita mengakhiri kegiatan makannya.
"Kenyang?" tanya Willy yang diangguki Jovita. "Kalo sama Candra, lo juga kayak begini?" tanya Willy lagi membuat Jovita sedikit terkejut.
"Eumm, enggak" jawab Jovita.
"Kenapa?" tanya Willy.
"Gue gak mau dikatain gila makan"
"Faktanya emang lo gila makan, Jo"
"Willy!" omel Jovita.
"Hm? Gue salah? Kan gue jujur" jawab Willy tenang sekali.
"Ya tapi, jangan gitu juga" Ujar Jovita tak terima.
"Gue suka lo yang apa adanya, Jo. Sesuai fakta aja. Gue suka lo yang gemuk begini. Kalo orang lain gak suka lo begini, goblok mereka" Jovita nyaris menganga mendengarkan ucapan Willy. "Lo cantik, baik. Kalo cuman gara-gara gemuk orang itu mutusin lo, gorok aja kepalanya"
"Willy, jangan ngomong gitu"
"Kenapa? Lo masih suka sama dia? Masih cinta?"
"Enggak, Wil. Sama sekali"
"Terus?"
"Anu, i-itu, gue—"
"Masih punya kenangan sama Candra?" tanya Willy lagi.
Jovita diam. Ia ingat, bagaimana dulu menjalani hari-hari bersama Candra, bahkan hadiah dari Candra masih ia simpan.
"Udah gue bilang, Candra itu gak baik buat lo kenang-kenang"
"Bukan gitu, Willy. Gue rasa, putusnya gue sama dia juga karena kesalahan gue"
"Karena apa?" tanya Willy.
"Karena gue gak nurutin kata-kata dia untuk diet" jawab Jovita membuat Willy berdecak sebal.
"Udah gue bilang, be yourself, Jo" balas Willy.
"Gue gak bisa ngelupain Candra gitu aja"
"Ada gue buat apa?" tanya Willy membuat Jovita tercengang. "Lo harus move on, Jo. Gue bakal bantu" lanjut Willy.
"Meskipun lo jadi pelarian?" tanya Jovita.
"Ya gak masalah. Demi lo" jawab Willy. Berat.
Jovita tersenyum, "You are the best for me" ujarnya yang membuat Willy tersenyum juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky and Land
Teen FictionIn his eyes, we are look like sky and land. And in my eyes, we are still look like sky and land.