Keesokan harinya, berjalan seperti biasanya. Ya, belakangan ini masih belum ada perubahan di mata Jovita. Ia masih merasakan yang namanya kurang bergairah dalam melakukan sesuatu, apalagi kegiatan sehari-hari. Rasanya, ia ingin tidur saja di rumah
"DORR!" Jovita nyaris saja terjungkal. Yerin memang hobinya bikin jantungan orang lain, tapi dia gak merasa bersalah. Malahan, Yerin cengengesan.
"Lo, nih!" omel Jovita.
"Lagian ngelamun. Mikirin apa?" tanya Yerin..
"Statistika" jawab Jovita asal.
"Ih! Gue serius, Jo" balas Yerin.
"Gak tau, kosong" ujar Jovita.
"Lo gak niat hidup?" tanya Yerin.
"Biasa aja" jawab Jovita.
"Inget kata Willy, mending apa kalo gak niat hidup?" celetuk Yerin membuat Jovita menatapnya sinis. "Masih mikirin Willy?" tanya Yerin lagi.
"Gak tau" jawab Jovita.
"Hadeuh, capek ngomong sama lo" balas Yerin lalu meneguk sekaleng susu coklat.
Mereka duduk dalam diam. Sampai ada dua orang yang duduk di seberang berbincang tentang sesuatu, membuat Jovita menoleh, diikuti Yerin.
"Gue denger, putri kampus kita balikan tuh sama visual kampus" ujar orang itu.
"Uhuy, mantap, dong. Irene, kan? Sama William? Masa mereka balikan?"
Orang yang diajak berbincang pun mengangkat bahunya. "Rumornya sih begitu" balasnya.
"Oh, ya wajar. Mereka semua cakep, cantik" ujar yang lain.
Jovita masih mendengarkannya, sampai akhirnya ia berdiri. "Gue duluan" ujarnya kepada Yerin.
"Kemana?" tanya Yerin penasaran.
"Gedung tetangga" jawab Jovita datar lalu berjalan mendahului Yerin. Gedung tetangga yang dimaksud adalah fakultas Willy.
"Eh, ikut!" seru Yerin.
*****
Sesuai dengan apa yang ia dengar. Willy dan Irene memang kembali dekat. Ini sesuai dugaan Jovita. Sepertinya, Willy kembali bersama Irene. Tapi, entahlah. Ia masih berharap tidak begitu kenyataannya. Jujur saja, Jovita tidak siap.
"Lo mau jadi mata-mata, Jo?" tanya Yerin pelan saat mereka mengamati Irene dan Willy berbincang, walaupun ada dalam sebuah tim.
"Diem" ujar Jovita.
"Kan gue cuman nanya" balas Yerin lirih.
Di tengah-tengah kegiatan mematai-matai yang mereka lakukan, tanpa mereka sadari ada yang ikutan di belakang mereka. Yerin sempat kaget, tetapi orang itu memberi kode agar diam saja dan jangan terkejut.
"Gemes banget" gumam Jovita.
"Mau jadi intel?" tanya orang itu.
"Ya enggak, lah. Dikata gue--" Jovita diam sebentar. Ia menoleh, apa-apaan ini? Candra tersenyum kepadanya. Jovita membelalakkan matanya, terkejut.
"Hai, ngapain lo di sini?" tanya Candra.
"L-lo?!" Jovita masih kaget, lalu ia memukul bahu Candra. "Ish! Lo ngapain di sini?" omelnya.
"Eh, bentar-bentar! Kan ini wilayah gue, fakultas gue" balas Candra.
"Bodoamat! Gak usah ikut campur, dong!"
"Ya suka-suka gue, lah"
"Lo bukan siapa-siapa gue"
"Mantan, Jo! Mantan! Masa lupa?"
Jovita berhenti memukuli Candra. Ia menatap kesal lelaki jangkung itu.
"Apaan, sih?"
"Jovita?" merasa terpanggil, Jovita pun menoleh. Semakin terkejut. Yerin merasa setengah panik, wow hampir ketahuan. Willy datang, di belakangnya ada Beckham dan Irene tentunya. "L-lo ngapain di sini?" tanyanya yang sama dengan pertanyaan Candra.
Jovita mati kutu. Bingung harus menjawab apa. Mampus, batinnya. Tiba-tiba, Candra merangkul Jovita. Ia tersenyum ke arah Willy, membuat hati lelaki bernama William itu panas. "Mau ketemu sama gue. Emangnya kenapa?" tanya Candra. Jovita tak percaya akan jadi seperti ini. Ia ingin terlepas dari rangkulan Candra. Namun, sayangnya gagal. "Lo malu, Jo? Yaelah, ketemuan sama mantan gak ada yang salah, kali" celetuknya.
"Yerin, bantuin gue!"
"E-eh?" Yerin bingung.
"Candra, lepasin" suruh Willy lembut, tetapi Candra tak menghiraukan.
"Apa?" balas Candra.
"Lepasin!" kali ini, Willy tegas, membuat Candra melepaskan rangkulannya.
"Oke" balas Candra.
"Gue duluan! Ta-tadi, cuman ada urusan sebentar" pamit Jovita bohong. Yerin pun mengikutinya. Willy ingin menahannya, tapi tak bisa. Ia menatap datar Candra yang terlihat santai. Willy mendekat. Suasana di tengah-tengah mereka begitu dingin, bahkan sampai mengundang perhatian beberapa orang.
"Jangan deketin Jovita lagi" ujar Willy.
"Apa? Hah, emang lo siapanya dia?" balas Candra bertanya.
"Gak usah nanya, seharusnya lo tau gue siapanya dia. Gue yang akan melindungi dia, dari brengsek bajingan kayak lo yang milih selingkuh dari dia" jawab Willy.
Candra menyeringai. "Kapan gue selingkuh?" tanyanya.
"Jangan lo pikir gue gak tau apa-apa, Candra. Gue tau, lo sempet deketin Brigitta dan Rose di waktu yang sama dan itu waktu lo belum putus dari Jovita" ujar Willy pelan, membisikkannya tepat di telinga Candra.
Seperti tersambar petir. Candra membelalakkan matanya.
Irene yang melihatnya pun merasa sedih. Jadi, Willy sudah punya tambatan hati dan itu bukan dia lagi? Dan sebesar itu rasa cinta Willy kepada Jovita? Selama ini, dia pikir mereka hanya teman saja. Nyatanya, tidak.
Setelah itu, Willy memilih melangkah menuju parkiran dan lanjut pulang.
"Tuh anak gak jelas mood-nya" gumam Beckham.
Irene menunduk, menatap sepatunya. Rasanya sangat sesak. Sedangkan Candra, ia masih tak percaya dan memilih pergi juga.
"Lo pulang, gak?" tanya Beckham kepada Irene.
"Hah? O-oh, pulang, lah" jawab Irene.
"Yuk, lah!" balas Beckham.
gw lupa ini ada yg salah ga ya? kayak ini irene beneran kan gw dulu juga ngetik namanya irene, trus gw belum sempat bilang apa jurusan willy dan candra? pokoknya kalo ada yang nyeleneh langsung drop di komen ya, gapapa. makasi semuanya^^
mff soalny suka lupa alur
salam dari candra ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky and Land
Teen FictionIn his eyes, we are look like sky and land. And in my eyes, we are still look like sky and land.