2.1 SOTQP

2.1K 166 48
                                    

TYPO MY TYPE_

TYPO MY TYPE_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹

2019

Semakin tahun dunia semakin menggila, meluncurkan berbagai jenis inovasi untuk membantu kehidupan yang serba ingin cepat dan praktis. Setiap negara seola berlomba menunjukan diri yang terbaik, persaingan itu pastilah dibumbui oleh kehangatan tangan-tangan hitam yang senang memupuk benci. Dan itulah kesamaan yang masih mendasar sejak zaman dahulu. Iri adalah landasannya, lalu dengan liciknya saling menghancurkan di balik senyum manis mematikan.

Hidup juga masih tumpang tindih, tak ada kesejahteraan yang seharusnya. Si petinggi yang menimbun harta dan si rendah meminta sisah, sayangnya ia mala terinjak dan semakin hina di hadapan para bengis berperut buncit-

Ia membuka selimutnya, menghentikan bacaannya di ponsel pintarnya. Melirik arah pintu dan berkonsentrasi.

"SEHUUUUN!!!!!"

Suara itu membahana, membuat pria albino itu seketika terbangun dan merapikan tempat tidurnya. Menuju depan komputer menghidupkannya cepat dan membuka koran-koran. Ia menahan nafas saat langkah seseorang mendekati kamarnya. Pintu terbuka, dan secara dramatis ia menoleh.

Seorang wanita paru baya di sana, menatapnya garang sambil berkacak pinggang. "Sehun mengapa kau masih di sini!? Kau tidak berkerja, huh?"

"Ibu, maafkan putramu yang tampan ini. Mereka kembali memecatku, Bu." Wajahnya memelas.

"APA!?"

"Aku dipecat, Bu..."

"Kali ini apa lagi Sehun? Kau menggoda majikanmu lagi? Kau menjadi rebutan tante-tante lagi? Atau kau tertangkap dikerubuni tiga gadis saat berganti pakaian? Ya Tuhan Sehun, untuk apa aku menguliahkanmu jika kau hanya akan menjadi pengangguran?" Ibunya memijat keningnya.

Sehun hanya diam, mau bagaimana lagi. Ia dipecat di cafe tempatnya bekerja karena banyak pelanggan wanita yang mimisan, sialnya para pacar wanita-wanita itu komplain.

"Dan sekarang kau tidak berniat mencari kerjaan baru?"

Sehun terdiam, tadi memang dia hanya membaca situasi dunia. Berniat bermalasan sebelum nyonya besar datang. Sehun nyengir tampan. "Ibu tak lihat semua koran dan situs pencari pekerjaan ini? Aku sedang berusaha, Ibu."

Ibu memicing tak percaya, kemudian ia memeriksa apa yang anaknya kerjakan. Sehun tersenyum ketir, ia sebisa mungkin bersikap normal. Ibu kemudian tersenyum. "Bagus, besok kau harus bekerja. Kau tahu, Nak. Kita bukan orang kaya." Ibu berlalu kemudian.

Sehun menghembuskan nafasnya merasa lega. Ia merasakan sang ibu benar-benar nampak berharap banyak padanya. Walau ibunya cerewet dan sedikit keras, tapi wanita itu sangat menyayanginya. Wanita hebat yang telah membesarkannya seorang diri, tanpa pria yang sekiranya dipanggil ayah. Ingat, kehidupan ini kejam dan tidak akan seindah fantasi para fangirl halu.

Selir Oh, The Queen Park[Book4]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang