OTHER IMPRESSED PAINTINGS

1.1K 158 7
                                    

CHAPTER 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 5

°•°•°•


Jimin berakhir disini sekarang, duduk di kursi taman belakang sekolah tepat di dekat kedai kudapan yang mulai sepi pengunjung sebab sudah melayani hampir semua murid.

Awalnya Jimin diminta membantu menyusun beberapa berkas di ruang konseling lalu gurunya menawarkan makan siang bersama, sebagai rasa terimakasih katanya. Jimin rasa sebagai murid yang membantu gurunya tidak masalah apalagi Jimin sudah terbiasa membantu guru yang satu itu, pikir Jimin.

Hingga pemikirannya justru menimbulkan perdebatan singkat antara gurunya. Ia merasa gurunya tidak perlu sampai memberi imbalan pada Jimin kendati sang guru memaksa agar Jimin menerima.

Yasudah, mau bagaimana lagi. Akhirnya Jimin mengangguk sebagai jawaban, kebetulan sudah masuk jam istirahat, tidak dipungkiri perut Jimin sudah mulai berdemo minta diisi.

"Makanan datang!"  Sedikit bertepuk tangan antusias, sang guru sedikit tersenyum melihat tingkah lucu salah satu muridnya. Sepertinya Jimin sangat menunggu makanannya sampai bereaksi sedikit berlebihan seperti itu.

Menaruh satu nampan berisi satu porsi makanan dan satu gelas minuman dihadapan Jimin. Kemudian sang guru baru ikut mendudukan diri disamping muridnya.

Jimin itu sopan, sebelum menyentuh makanannya bukankah ia harus berterima kasih sebab sudah membuat orang lain kerepotan meski padahal Jimin tidak meminta, lantas ia mengucapkan rasa terima kasihnya sambil sedikit membungkukan badan.

Suasananya hening, tidak ada obrolan mereka fokus pada kegiatan makan masing-masing. Meski sering bertemu tetap saja tidak ada topik yang lain selain mata pelajaran, pokoknya semua masih tentang sekolah.

Padahal Jimin sering mendengar beberapa murid mengobrol asik dengan gurunya, entah tentang film, tempat makan yang enak, berita yang sedang hangat-hangatnya atau yang lainnya selain soal pelajaran.

Meski sepertinya tidak begitu penting memulai pembicaraan dengan topik terkesan tidak berguna seperti itu dengan guru tetapi tetap saja, Jimin tidak pernah bisa memulainya, padahal itu hal sepele.

Jimin itu seperti orang yang tertinggal banyak informasi, seperti hiburan televisi, semacam drama atau acara apa yang sedang hangat menjadi perbincangan, atau berita paling tranding di sosial media, Jimin nampak macam orang yang tidak peduli seperti apa dunia luar bergerak.

"Ini, undangan pameran untuk minggu depan"

Sebuah undangan terbungkus rapih dengan plastik bening tersuguh dihadapan Jimin, sukses menarik atensi pemuda itu yang tengah sibuk menjepit sayur dengan sumpitnya sebelum memasukannya kedalam mulut.

Katakanlah Jimin sedikit bingung. Pameran seperti apa yang gurunya maksud sampai anak yang terbilang masih kecil jika di bandingkan umur gurunya bisa diundang kesebuah pameran.

THE LAST MIXTAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang