F I V E

36 8 1
                                    

Cleva Pov.

    Akhirnya gue sampe juga di rumah. Setelah sekian lama di perjalanan, dan sekian lama gue nahan rasa ngantuk gue. Gue menengok kepala ke kanan dan ke kini, tumben banget rumah ini sepi. Pada dimana? Gue cuman bisa bertanya-tanya.

"HELLO GUE BALIK, ADA ORANG DISINI, MAH, PAH, ABANG, BI IJAH?" teriak gue.

Astaga. Gue menepukkan tangan ke jidat. Gue lupa kalau Mamah sama Papah itu lagi diluar kota karena urusan pekerjaan. Sekarang dimana bang Taeyong dan Bi Ijah?

"Assalamu'alaikum" terdengar suara dari arah pintu, dan itu adalah Bi Ijah yang datang sembari membawa dua kantong belanjaan yang cukup besar.

"Waalaikumsalam, Bi abis belanja ya?" bodoh udah tau gue liat Bi Ijah bawa belanjaan ya jelas dia baru belanja lah. Anjir banget gue tuh.

"iya non. Non Cleva udah pulang dari tadi? Kok sendirian aja ngga sama tuan Taeyong, bukannya tadi tuan mau jemput non Cleva ya?"

Gue mebulatkan mata mendengan ucapan bi Ijah. "bang Taeyong jemput gue bi? Gue ngga tau kalo dia mau jemput,tadi gue pulang bareng temen"

"iya non sebelumnya dia udah pulang ke rumah,tau non Cleva belum pulang dia pergi lagi, katanya mau jemput non Cleva" jelas bi Ijah.

Gini nih yang paling gue ngga suka. Mau jemput ngga bilang-bilang lagian gue juga ngga liat dia di sekolah. Apa jangan-jangan dia bohongin bi Ijah bilangnya mau jemput gue, aslinya engga?. Bodo amat lah gue. Untuk memastikannya gue langsung menekan nomor pada telepon yang terletak di atas meja.

"Siapa yang telpon ya? Bersama Taeyong disini"

"Bangke Taeyong lo ada dimana?"

"Cleva? G-gue la-lagi nunggu lo, iya gue lagi nungguin lo disekolah nih sampe lumutan. Malah lo-"
"Taeyong buruan gamenya belom selesai ni, malah pergi aja pengecut lo"

"ngga jago ngibul lu bangke. Awas aja kalo udah sampe rumah!"

"Bodo Clev gue ngga peduli"

Tit.

Setelah panggilan diputuskan oleh bang Taeyong, gue ngga bisa nahan ketawa. Bisa-bisanya dia bohongin gue, gak mempah helaw. Cleva yang cantik cetar membahana sejagat raya ngga bisa dibohongin. Camkan itu.

Setelah itu, gue memutuskan untuk pergi ke kamar yang berada di lantai dua guna mengganti seragam menjadi pakaian santai.

***

Author Pov.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Saat ini di meja makan terdapat keluarga yang sedang menyantap hidangan makan malam. Begitu tenang, mereka fokus menyantap makanannya masing-masing tidak ada suara sedikitpun kecuali suara ketukan sendok dan garpu.

Sampai akhirnya seorang wanit paruh baya kini angkat bicara. "Jaehyun, Ara, besok mamah sama papah bakal kembali lagi ke Bandung. Ada pekerjaan penting yang harus diselesaikan oleh papah kalian disana. Dan mamah bakal temenin papah. Kalian ngga papa kan kalau ditinggal?" jelasnya.

Jaehyun membuang nafasnya kasar. Sudah tidak heran lagi jika Papah dan Mamahnya itu sering keluar kota dan meninggalkan dirinya dan Ara, adiknya. "berapa lama?" tanya Jaehyun dengan ketus.

"mungkin sekitar 2 minggu nak" Jawab papah Jaehyun.

"papah sama mamah pergi lagi? Padahal kan baru kemarin kalian sampai, kok pergi lagi si" ada sedikit rasa sedih di dalam hati Ara.

Hanna mengelus rambut Ara dengan lembut. "maafin mamah sama papah ya Ara, tenang aja kamu kan ada abang dia bakal jagain kamu"

"ya iya lah bang Jaehyun yang bakal jagain Ara, siapa lagi kalo bukan dia?!"

"Ara kamu ngga boleh gitu" ucap Jaehyun pada adiknya.

Memang benar kata Ara, sejak kecil dirinya hanya selalu bersama Jaehyun. Jaehyun yang mengurusnya, membantu menyiapkan perlengkapan sekolah, dan menjaganya. Kedua orang tuanya selalu sibuk dengan urusan pekerjaan. Sampai kapan mereka meluangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga tidak diganggu dengan urusan pekerjaan? Memang pekerjaan itu penting tapi bukankah keluarga itu jauh lebih penting dari apapun?

Jaehyun memang kecewa dengan kedua orang tuanya itu, tapi mau bagaimana lagi orang tua tetaplah orang tua yang harus dihormati.

Kini makan malam telah usai. Ara langsung melangkahkn kakinya menuju kamar. Jaehyun yang peka akan perasaan adiknya itu langsung mengikutinya dibelakang. Kedua orang tuanya memandang kepergian mereka dengan tatapan sedih sekaligus bersalah.

"apakah kita terlalu jahat kepada anak-anak kita. Kita meninggalkan kewajiban kita sebagai orang tua, kita kurang memberikan mereka kasih sayang dan perhatian" ucap Hanna seraya meneteskan air matanya.

"jika nanti kondisi perusahaan kita sudah mulai stabil, kita bisa menghabiskan waktu dengan Jaehyun dan Ara. Kamu tau sendiri kan Hanna bagaimana kondisi perusahaan kita saat ini? Apa yang kamu katakan itu benar, tapi sabar saja aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menstabilkan kondisi perusahaan kita" ucap Tama sembari merangkul pundak istrinya itu.

***

Chingtah ; JJHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang